Mohon tunggu...
Eko Prasetyo
Eko Prasetyo Mohon Tunggu... Akuntan - Apa ya?

Buat Tugas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Islam dan Perspektif Peradaban Kuno tentang Penciptaan Alam Semesta

24 Desember 2019   15:56 Diperbarui: 24 Desember 2019   16:04 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selama masa keterpaduan tersebut, bumi dan langit dipisahkan oleh air yang sangat besar. Lalu, Dewa Anu (Dewa Langit) bercampur dengan unsur-unsur kosmis seperti langit, bumi, angin, dan air hingga terciptanya turunan dewa. Dewa Langit, Dewa Bumi, Dewa Angin, dan Dewa Air inilah yang dipercaya menciptakan suatu tatanan yang disebut sebagai alam semesta.

Lalu menurut Bangsa Mesir Kuno yang beranggapan bahwa alam semesta tercipta dari air yang tidak bernyawa yang disebut Nu. Air tersebut perlahan-lahan semakin surut hingga munculah tanah dari perairan.

Air yang surut tersebut meninggalkan bukit kering dan subur, serta dari puncak bukit itu tampak matahari terbit (menurut mereka disebut sebagai Dewa Ra). Hal ini dimaknai oleh Bangsa Mesir Kuno sebagai munculnya kehidupan yang berasal dari kekacauan.

Selain itu ada Bangsa Yunani Kuno yang beranggapan bahwa pada awalnya alam semesta ini dibentuk oleh suatu entitas yang misterius atau disebut Khaos. Dari Khaos inilah munculah Gaia (Dewi Bumi) beserta makhluk dewata primer lainnya. Lalu Gaia melahirkan Uranus (Dewa Langit) dan Pontos (Dewa Laut) hingga pada akhirnya terdapat kehidupan di bumi.

Dan ada Bangsa Nordik/Skandinavia yang memiliki kepercayaan bahwa pada awalnya alam semesta ini terdapat Ginnungagap, yaitu jurang menganga yang tak berujung. Di kedua sisinya dikelilingi oleh dunia api atau disebut Muspelheim dan dunia es atau disebut Nilfheim.

Jauh di dalam Ginnungagap, terdapat Yggdrasil yang disebut sebagai pohon kehidupan yang terdiri dari 9 dunia. Lava dari Muspelheim memasuki Ginnungagap. Pertemuan antara udara panas Muspelheim dengan udara dingin Nilfheim di Ginnungagap menyebabkan terciptanya makhluk raksasa yang disebut Ymir serta sapi yang disebut Audhumla.

Setiap kali Audhumla menjilati batu, terbentuklah dewa-dewa. Dewa-dewa inilah yang kemudian membunuh Ymir dan menjadikan setiap bagian tubuhnya menjadi alam semesta. Menurut kepercayaan Bangsa Nordik, bumi yang sekarang kita pijak, berada di dunia ke-3 dalam pohon kehidupan Yggdrasil.

Kepercayaan-kepercayaan di atas menurut kita hanyalah sebatas mitos belaka yang tidak terbukti kebenarannya atau bisa dikatakan pseudo-science atau pseudo-religion. Mitos tersebut dibuat agar dapat diterima oleh akal manusia pada zaman dahulu.

Ya, mungkin menurut kalian itu hanyalah dongeng semata. Tapi ini tentang perspektif setiap manusia, bagaimana mempercayai suatu hal, salah satunya tentang alam semesta.

Bagaimana pandangan Islam tentang penciptaan alam semesta? Dalam Al-Qur'an, pada awalnya Allah SWT menciptakan tujuh langit yang memiliki ketetapan dan fungsi yang berbeda-beda, serta menghiasi seluruh langit dalam dua masa. Setelah itu bumi diciptakan oleh Allah SWT dalam dua masa.

Dan yang terakhir, isi dan kelengkapan bumi diciptakan oleh Allah SWT dalam dua masa pula. Dengan demikian, total penciptaan alam semesta ini yaitu terdiri dari enam masa. Hal ini tercantum dalam surah An-Naaziat, 79: 27-33.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun