Mohon tunggu...
Eko Nurwahyudin
Eko Nurwahyudin Mohon Tunggu... Lainnya - Pembelajar hidup

Lahir di Negeri Cincin Api. Seorang kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Ashram Bangsa dan Alumni Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Motto : Terus Mlaku Tansah Lelaku.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

King The Land: Upaya Mengubah Citra Piramida Kurban Pekerja

20 Februari 2024   12:07 Diperbarui: 24 Februari 2024   07:34 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karya pribadi

King The Land: Upaya Mengubah Citra Piramida Kurban Pekerja

            Bangunan yang menjadi latar penceritaan film itu hampir genap seratus tahun. Alih-alih bisnis hancur lantaran uzur, Hotel King menjadi hotel termegah seantero Korea Selatan. Namun, di balik kesannya sebagai hotel terbaik, banyak cerita nasib pekerja yang terbalik. Dari permasalahan pemagangan, penyingkiran, tindas-menindas memanjat karier hingga praktik union busting dan pembunuhan karakter.

Melalui 16 episode drama Korea bertajuk King The Land, penonton diajak masuk melihat bagaimana Hotel King dan bisnis lain konglomerat Goo II Hoon beroperasi. Diawali dengan cerita Cheon Sa-rang, perempuan pemagang lulusan D-2 yang meniti cita-citanya menjadi hotelier. Pada hari pertama magangnya ia bersemangat. Setiap intruksi dari instruktur pemagang, ia ikuti. Ia tetap tersenyum meskipun ditempatkan di ruang gym hotel dan hanya disuruh membersihkan keringat para pengunjung yang tercecer pada alat-alat gym. Ia tetap semangat meskipun di sela-sela istirahatnya, seniornya membeberkan fakta dunia kerja seperti sulitnya pekerja untuk naik kariernya.

"Kenapa kau senyum terus? Hotel itu sesungguhnya ada di lobi lantai satu. Staf di sini pakai baju olahraga, staf di sana pakai seragam... Mau bekerja keras sekeras apapun orang sepertimu mustahil mendekati lobi hotel meski dunia kiamat. Aku saja terperangkap di sini selama lima tahun (episode 1 menit 26:15).

            Berbeda dengan Sa-rang yang menjalani hari pertama magangnya dengan lancar, Goo Won putra konglomerat pemilik hotel di King Group menjalani hari pertama sebagai hari terakhir magangnya. Bersama rekan magangnya yang lain di hadapan intruktur magang ia menyimak penjelasan yang intimidatif.

"Yang terpenting bagi pegawai magang itu adalah punya otak, bukan memahami tugas atau membantu senior. Walau sudah gesit dan bekerja keras, tamatlah riwayat kalian kalau sudah dicap sebagai tak punya otak." (episode 1 menit 11:36).

Instruksi yang intimidatif dari instruktur magang tersebut memberikan kesan yang berbeda kepada pemagang. Bagi No Sang Sik peserta magang, yang tak memiliki bargaining power, magang menjadi proses meniti karier meskipun harus menjinakkan diri dengan semua budaya perploncoan perusahaan dari senior yang menindasnya dan menjadi kambing hitam atas kesalahan yang bukan dilakukannya.

"Dengar baik-baik, ini magang kelimaku. Bila kau begini terus jangankan pegawai tetap, pegawai kontrak pun sulit. Kumohon gunakan akal sehatmu" ujar No Sang Sik kepada Goo Won (episode 1 menit 13:34).

Goo Won yang memiliki bargaining power lantaran latar belakang keluarganya tentu berani bicara. Ia memberikan kesaksian atas No Sang Sik yang dikambinghitamkan oleh karyawan senior.

"Dia hanya menuruti perintah atasan sesuai aturan. Bila hasilnya salah, berarti yang salah yang memerintah, bukan? Menurutku salah menyalahkan bawahan tanpa tahu penyebabnya..." (episode 1 menit 16:30).

Kerja, Dikerjai

Problem senioritas yang kelewat batas tak hanya dialami pemagang, buruh junior pun tak luput dari elegi macam itu. Sepanjang episode lain, penonton disuguhkan kuatnya senioritas yang dihadapi buruh junior Grup King. Buruh junior Grup King itu bernama Oh Pyeong-Hwa dan kang Da-Eul yang merupakan sahabat Sha-rang. Melalui kisah Oh Pyeong-Hwa dari devisi penerbangan Grup King, penonton mendapat gambaran bagaimana sulitnya naik jabatan. Bukan lantaran prestasi seorang buruh mendapat promosi naik jabatan, melainkan seberapa pintar menyenangkan hati senior!

Adapun melalui kisah Kang Da-Eul pada devisi pemasaran Grup King, penonton mendapat gambaran bagaimana ribetnya buruh yang tertekan mentalitas senior yang menganggap dirinya seorang majikan! Hingga dibudayakannya berbagai macam kegiatan rutin di luar batas hubungan kerja seperti menyiapkan kudapan rutin untuk senior! Belum lagi tentang pembagian jadwal senior-junior yang diskriminatif. Buruh senior yang menempati posisi pengawas dan kerja administratif memiliki jam kerja yang lebih luang dan menetapkan hari libur akhir pekan sedangkan buruh yang menempati posisi kerja lapangan mendapat jam kerja tinggi serta jadwal kerja shifting (hari libur tidak teratur). Bahkan tingginya intensitas jam kerja dan mininya waktu istirahat tergantung dengan kebijakan elit korporat.

Keadaan agak membaik setelah beberapa waktu. Penonton dihiburkan oleh dipilihnya Kang Da-Eul sebagai ketua tim pemasaran. Selama memimpin, ia bahkan mewujudkan gagasan progresifnya yang salah satunya menghapus mentalitas majikan pada jabatan ketua tim.

"Mulai hari ini, kita urus sendiri makanan masing-masing. Tak masalah kan? Aturan staf junior harus menyiapkan kudapan pun cukup sampai hari ini. Memang itu tradisi baik yang sampai harus diwariskan?! Kita bekerja di sini untuk melayani orang. Jangan berdebat akibat tradisi yang bahkan tak jelas pembuatnya" (episode 2 menit 39:16).

Selain Kang Da-Eul, gagasan progresif juga diutarakan oleh Goo Won ketika ia memberi sambutan sebagai manajer umum.

"Kelak aku berjanji akan membuat Hotel King menjadi hotel tanpa senyum terpaksa."

(episode 2 menit 26:55).

Nir Ing Sambikala Kurban Pekerja

Visi baik Goo Won untuk merubah keterpaksaan senyum para buruh berangkat dari memori hidupnya melihat hilangnya keintiman emosi batin manusia dalam profesionalitas kerja. Ada relasi kuasa yang tidak sehat antara buruh dan majikan yang musti dirubah. Misalnya dalam episode 5 dan episode 6 para buruh yang bukan kewajiban peran kerjanya harus legowo tidak dapat menolak kerja tambahan mencari suplai bahan produksi atas kebijakan Pekan Tani dari atasan. Tak jarang problem kerja tambahan yang dibebankan diluar perannya menimbulkan kecelakaan kerja.

Pesan pentingnya, pemberi kerja menjamin keselamatan kerja buruhnya digambarkan dengan satir adegan yang kocak. Goo Won menggelontorkan uang perusahaan menyewa helikopter untuk mengevakuasi Sa-rang yang jatuh ke jurang saat mencari gingseng liar pada tugas tambahan Pekan Tani. Alih-alih mendapat damprat dari Goo II Hoon, ayahnya atas keputusannya menggelontorkan anggaran demi keselamatan satu orang buruhnya, Goo Won justru mendapat apresiasi.

"Hal tersulit di dunia ini adalah menyelamatkan hanya satu orang. Kita memperhitungkan untung ruginya. Sebab zaman sekarang banyak yang lebih penting dari nyawa satu orang. Itu pasti sebuah keputusan sulit. Bagus. Meskipun ada kerugian anggaran" (episode 6 menit 59:47).

Tak hanya perihal pesan keselamatan kerja bagi buruh yang menyedot diperhatikan penonton, hadirnya buruh di balik layar keberhasilan bisnis menarik disimak. Melalui adegan diberikannya panggung untuk buruh-buruh sepuh membagikan kisahnya yang telah bekerja puluhan tahun dalam acara HUT ke-100 tahun Hotel King, emosi penonton diaduk sedemikian rupa. Goo Won sadar bahwa sambutan perwakilan DPR dalam suatu acara formal perusahaan tidak lebih penting dari rasa terima kasihnya terhadap kerja-kerja buruh yang selama ini diabaikan elit perusahaan.

Peningkatan Laba dan Kesejahteraan Buruh, Bisakah?

Memimpin perusahaan menjadi yang terbaik seantero negeri, menjadi tantangan tersendiri. Di balik gaung kemenangan persaingan bisnis sering kali terdapat pertarungan gagasan hingga level kebijakan. Hal ini juga nampak pada pertarungan gagasan apakah peningkatan laba dapat ditempuh dengan strategi menyejahterakan buruh? Menjawab pertanyaan yang agak pelik tersebut, penonton dihibur secara apik melalui adegan adu gagasan (Gagasan konservatif Goo Hwa Ran, putri Goo II Hoon dengan gagasan progresif Goo Won) dalam rapat direksi.

Goo Hwa Ran mempercayai bahwa dengan jalan memangkas anggaran kesejahteraan buruh seperti insentif maupun memangkas anggaran makan dan transportasi serta meningkatkan target buruh 2 hingga 3 kali lipat dapat meningkatkan laba perusahaan. Bahkan demi menghemat anggaran perusahaan tinggal merentankan status buruh dan mencari biaya buruh murah lebih-lebih gratis melalui program pemagangan.

"Intinya yaitu mengurangi biaya tetap dan biaya variable secara keseluruhan. Pertama adalah biaya tenaga kerja. Kita kurangi pegawai tetap dan menambah pegawai kontrak. Kita bisa mempekerjakan siswa perhotelan atau pekerja paruh waktu... Kita bisa menghemat biaya sekitar satu miliar won per bulan atau sepuluh miliar lebih pertahun." (episode 13 menit 40:18).

Namun strategi kuno itu ditentang Goo Won. Ia meyakini bahwa peningkatan laba perusahaan dapat dicapai tidak harus dengan strategi eksploitatif. Ia justru membeberkan dengan memberi banyak bonus dan meningkatkan kesejahteraan buruh maka motivasi dan etos kerja buruh meningkat. Hal itu dengan sendirinya juga akan memberikan rasa kepemilikan terhadap perusahaan serta peningkatan laba. Di tambah lagi cara-cara out of the box seperti mengoptimalkan jejaring bisnis di luar negeri dan membuat program kerja sama juga mendorong peningkatan laba.

"Hotel itu bukan sekadar menjual kamar, tetapi juga memberi rasa haru. Maka, perusahaan harus memberi dukungan penuh agar staf dapat memberi pelayanan yang..." ujar Won menjelaskan. Penjelasan tersebut dipotong oleh ayahnya dengan pertanyaan target nominal peningkatan laba. Berbekal branding hotel yang berhasil tercapai di acara HUT Hotel King ke-100 tahun dan program strategis yang matang Goo Won menjelaskan kembali, "Jika begitu, kita mulai dengan sepuluh kali lipatnya, sekitar seratus miliar won. Aku sudah menawarkan konsultasi managemen kepada 170 hotel lokal di seluruh dunia dan 30 di antaranya telah menandatangani kontrak delegasi. Sebagaimana kita ketahui, dengan pendelegasian, kita akan memberi pelayanan atas nama Hotel King dan menerima biaya konsultasi dari sebagian pendapatan. Laba pertahunnya ditaksir lebih dari 35 miliar won. Ada pula tawaran dari hotel bintang enam di Dubai yang masih dibangun, serta kesepakatan dari Grup Resor Comfortable di Belgia yang baru terjun ke dunia perhotelan untuk jadi jaringan Hotel King. Kelak Hotel King tidak hanya akan ada di Korea...Perusahaan membangun pegawai dan pegawai membangun perusahaan. Tadi kalian membahas pegawai kontrak. Mereka meamang lebih mudah untuk dipakai dan dibuang. Akan tetapi, mereka pun akan lebih mudah membuang perusahaan. Kesimpulannya, kita sama-sama siap untuk saling membuang. Mari hentikan cara itu." (episode 13 menit 42:53)

Meskipun secara garis besar fokus film drama Korea dengan genre komedi romantis ini menyorot kisah-kasih antara Sa-rang dengan Goo Won, namun kritik-kritik perburuhan dalam film ini sangatlah menarik dilirik. Kritik perburuhan itu tak hanya menarik ditampilkan dalam adegan yang kaku nan formal seperti pertarungan strategi Goo Won dengan Goo Hwa Ran di dalam rapat direksi tetapi juga dapat disimak melalui problem percintaan antara Goo II Hoon dengan Han Mi-so. Adapun problem perburuhan yang menjadi plot twist episode 15 tersebut tak lain kritik atas union busting (pemberangusan serikat buruh).

Adegan itu secara sangat singkat menampilkan ketidakberdayaan Goo II Hoon melindungi seorang pekerja di bawah kepemimpinanya. Ia tidak dapat melindungi Han Mi-so, istri tercintanya dari ayahnya. Di mata sang mertua, Han Mi-so yang dianggap membahayakan konglomerasi Grup King lantaran mencoba mendirikan serikat buruh. Setelah dianggap memantik upaya konfrontatif terhadap sang mertua, Han Mi-so dibunuh karakternya (dihilangkan rekam jejaknya dari perusahaan maupun dari lingkungan keluarganya hingga harus berpisah dari putranya, Goo Won selama puluhan tahun). Demi melindungi keselamatan Goo Won, Han Mi-so dengan rela menerima ancaman intimidatif dari mertuanya hingga ia akhirnya hadir kembali membantu kesuksesan pernikahan putranya dengan Cheon Sa-rang.

Terlepas dari kekurangan lainnya seperti ending cerita yang seyogyanya dapat didramatisir lebih lanjut, drama korea ini dengan baik mengangkat satu hal yang kerap luput: piramida bisnis yang megah itu seringkali dibangun di atas kurban para pekerja!

Judul King The Land | Sutradara Im Hyun-wook | Produksi Npio Entertainment | Penulis Choi Rom | Genre Komedi Romantis | Tahun 2023 | 16 Episode | Pemain Yoona SNSD (sebagai Cheon Sa-rang), Junho 2PM (sebagai Goo Won), Go Woon-Hee (sebagai Oh Pyeong-Hwa), Kim Ga-Eun (sebagai Kang Da-Eul), Kim Sun-Young (sebagai Goo Hwa Ran), Son Byong-ho (sebagai Goo II Hoon), Nam Gi-ae (sebagai Han Mi-so) | Peresensi Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, kader PMII Rayon Ashram Bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun