Bahasa Burung
Para menterinya Sultan sering iri terhadap perhatian Sang Sultan kepada Abu Nawas. Abu sering mendapat hadiah-hadiah dari Sultan mereka.Â
Mereka membuat sebuah rencana untuk mempermalukan Abu Nawas di hadapan Sang Sultan. Oleh karena itu, mereka mengarang sebuah cerita bohong guna membuat Sultan mereka percaya bahwa Abu Nawas dapat menerjemahkan nyanyian burung-burung.Â
Salah satu dari mereka berujar kepada Sang Sultan, "Baginda, burung jalak anda indah dan bersenandung dengan begitu merdu."
      "Aku tahu," ujar Sang Sultan.
"Apakah anda paham nyanyian apa itu, Baginda?"
"Tidak, tentu saja tidak. Tak seorang pun paham."
"Ada seorang laki-laki di negeri ini yang dapat menerjemahkan bahasa burung. Ia adalah Abu Nawas. Orang-orang bilang begitu."
      "Benarkah?" Sang Sultan mulai tertarik.
      "Keesokan paginya, Abu berada di Istana. Sang Sultan dan para menterinya tengah duduk di sekitar sebuah sangkar burung yang indah.
      "Abu," Sang Sultan memulai. "Orang-orang bilang bahwa kamu satu-satunya orang di negeri ini yang memiliki kemampuan untuk menerjemahkan bahasa burung."
"Tidak, Baginda. Itu suatu kebohongan!"
      "Oh, Ayo lah, Abu. Cobalah terjemahkan kicauan burung ini untukku."
Para menteri tampak tersenyum Abu Nawas menjadi tertunduk sedih. Mereka pikir mereka akan memenangkan permainan ini karena sebentar lagi mereka akan menyaksikan wajah Abu yang merah.Â
Setelah sejenak senyap, akhirnya Abu mengangguk pelan dan berkata, "Semua benar, Baginda. Saya akan mencoba yang terbaik yang saya mampu."
      "Begitu kan keren. Kerjakan!"
      "Tak lama kemudian, burung itu berkicau dengan riang.
      "Apa yang ia katakan dalam nyanyiannya, Abu?"
      "Ia mengatakan selamat pagi," ujar Abu.
      Sang Sultan dan para menteri tertawa cekikikan. Burung itu bernyanyi lagi. Lama waktu kicauan itu selama satu menit.
      "Apa yang ia katakan dalam lama waktu nyanyian itu?" tanya Sang Sultan.
      "Ia menyampaikan semua menteri rakus," awab Abu. Semua menteri tertegun tetapi wajah mereka tak dapat menyembunyikan kedongkolan mereka. Salah satu dari mereka menampik, "Itu tak benar!"
Abu dengan cepat menjawab, "Kalau anda tak percaya dengan saya, terjemahkanlah saja sendiri!"
      "Benar, benar. Abu, kau dapat melanjutkan," ujar Sang Sultan. Burung itu berkicau lagi, lebih lama daripada sebelumnya. Abu mengatakan kepada Sang Sultan, "Ia mengatakan para mentri sering menggunjing hal-hal buruk tentang Anda di belakang."
      Suasana menjadi ribut. Para menteri menjadi marah. Salah satu dari mereka berujar, "Itu suatu kebohongan yang besar!"
      Abu menimpali kembali, "Kalau kalian pikir kalian paham bahasa burung, kenapa kalian tidak menerjemahkannya sendiri?"
Sekali lagi Sang Sultan menenangkan mereka. Burung itu bernyanyi lagi dengan merdu sebentar. Setelah ia berhenti Abu menerjemahkan maksud ini, "Semua menteri ingin Anda lekas mati karena mereka muak dengan anda!"
Para menteri bangkit dari tempat duduk mereka dan merempuh kepada Abu. Mereka bersiap menghajar Abu tetapi Abu telah lari keluar lebih dulu. Ia nampak kecewa. Para menteri menatap satu sama lain dengan rasa bersalah.
Yogyakarta, 20 September 2021
Catatan: Diterjemahkan dari buku berjudul Abunawas and King Aaron, retold by Sugeng Heriyanto, Cetakan ke-9, diterbitkan Kanisius pertama kali pada 2000.
Eko Nurwahyudin, alumni Hukum Tata Negara UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan kader PMII Ashram Bangsa Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H