Bagian yang Adil
Â
Sang hakim sepuh telah mengidap sakit selama tiga bulan. Banyak tabib mencoba menyembuhkannya, tetapi ia tak kunjung membaik. Suatu hari, ia memanggil putranya, Abu Nawas.
"Abu, masaku akan segera tiba," ujarnya pada putranya. "Sang Sultan Aaron al Roshid akan menunjukmu sebagai penerusku. Terimalah, jika kamu pikir kamu sanggup menjadi hakim yang baik. Jika kamu tidak sanggup, tinggalkanlah."
Tak lama setelah itu, Ayahanda Abu tutup usia. Abu nawas sangat berduka dan kalut. Ia berduka atas kepergian Sang Ayah. Ia kalut karena tak ingin menggantikan peran ayahandanya, tetapi ia tak kunjung memiliki dalih yang baik dan tepat guna menolak itu.
Suatu hari ia melihat bocah-bocah bermain kuda-kudaan yang terbuat dari gedebog pisang. Ia membuat satu dan bergabung dengan mereka. Mereka lari-larian berkeliling dengan riang. Akhirnya, mereka pergi ke istana dengan kuda-kudaannya. Beberapa menteri melihat Abu Nawas di antara bocah-bocah. Mereka pikir bahwa Abu Nawas jadi sinting atas wafatnya ayahnya. Mereka melaporkan hal tersebut kepada Sang Sultan.
Sang Sultan tak mempercayai mereka, jadi ia panggil Abu untuk datang ke Istana. Ketika Abu memasuki gapura istana, seorang prajurit menghentikannya. "Heh, dengar," ucap si prajurit. "Aku akan membiarkanmu masuk jika kau janji sesuatu padaku."
"Berjanji apa sama kau?" tanya Abu.
"Berjanji padaku untuk memberikan separuh dari apapun yang Sultan akan berikan padamu."
"Baiklah, tak masalah," ujar Abu. Sang Prajurit membiarkannya melewati gapura kedalam Istana.
Tatkala Abu menghadap Sang Sultan, ia membungkuk mengapurancang namun ia tak berbicara sepatah kata pun. Sang Sultan lantas bertanya padanya.