Orang-orang menjadi kebingungan. Beberapa dari mereka berkata, "Kertas". Beberapa lainnya berkata, "Prajurit."
Abu Nawas memegang kertas tersebut dengan tangan kirinya, dan menujuk kata tersebut dengan tangan kanannya. Kemudian ia menanyai pertanyaan yang sama, "Tahukah kalian apa ini?"
"PRAJURIT!" ujar orang-orang kompak.
"Apa ini?" ulang Abu Nawas.
"PRAJURIT!" teriak mereka kompak.
Abu Nawas tersenyum dan berkata, "Benar sekali, saya meletakkan prajurit ini di bawah pohon dan saya balutkan pohon tersebut dengan jimat ini."
Abu Nawas menyelipkan kertas itu di antara jimat dan pohon. Ia mengatakan kepada orang-orang, "Sekarang, lemparlah apapun sesukamu pada prajurit itu!"
Orang-orang menjadi bingung. Lalu, Abu Nawas memberikan sebuah contoh. Ia mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke kertas yang dibalut jimat dengan penuh emosi. Kemudian orang-orang mengikutinya.
Abu Nawas diam-diam berjalan ke Sang Sultan dan berbisik, "Anda melihatnya, Baginda. Prajurit itu tidak mengeluh sama sekali. Ia tidak merasakan sakit!"
Madiun, 10 Mei 2021
Catatan: Diterjemahkan dari buku berjudul Abunawas and His Impossible Missions, retold by Sugeng Heriyanto, Cetakan ke-6, diterbitkan Kanisius pertama kali pada 2001.