"Tunjukanlah padauku?"
"Ini dia," ujar Abu Nawas. Ia mengeluarkan sepotong kain putih. "Jika siapapun mengikatkan kain ini membalut pinggangnya, ia akan mendapatkan kedigdayaan. Tubuhnya akan kebal."
"Bagaimana aku bisa mempercayainya? Aku butuh bukti, Abu!" ujar Sang Sultan.
"Itu mudah, Baginda. Ku balutkan pada pinggang anda. Biarkan para pengawal memukuli anda dan anda tak akan merasa sakit," ungkap Abu Nawas.
Sang Sultan sontak terkejut. "Tidak, Abu. Mengapa tak kau coba hal tersebut pada dirimu?"
"Tidak, Baginda. Jika saya melakukannya dan membiarkan orang-orang memukul saya, saya bisa saja berbohong. Saya bisa saja mengatakan saya tak merasakan kesakitan meskipun saya sangat menderita sekali. Oleh sebab itu saya butuh seseorang untuk membuktikannya," jelas Abu Nawas.
Suasana hening sebelum Sang Sultan bertanya, "Lantas, bagaimana kau dapat membuktikannya, jika saya tak ingin mencobanya?"
"Biarkan seorang prajurit membuktikannya," kata Abu Nawas.
Sang Sultan tak menyetujui usul Abu Nawas, sebab Sang Sultan tak mempercayai bahwa itu bukanlah sebuah jimat yang asli. Abu Nawas pun tak membantah Sang Sultan dan hanya berkata, "Saya punya prajurit." Kemudian ia pergi keluar ke halaman istana yang mana beberapa orang mengikutinya.
Abu Nawas berjalan ke arah sebuah pohon yang tumbuh di halaman istana. Beberapa orang berdiri mengelilinginya. Ia membalutkan kain pada pohon itu. Tiba-tiba ia mengeluarkan secarik kertas dari sakunya. Kertas yang bertuliskan kata "PRAJURIT".
Kemudian, ia membuka kertas tersebut dan menunjukkannya kepada orang-orang. Ia bertanya, "Tahukah kalian apa ini?"