Mohon tunggu...
EKO NUR ROHMAN
EKO NUR ROHMAN Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Membumikan Sejarah dan Karakter Kepada Generasi Penerus Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kesimpulan dan Refleksi: Sejarah Perjalanan Pendidikan Nasional

17 April 2024   16:01 Diperbarui: 17 April 2024   16:01 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah perjalanan pendidikan nasional Indonesia telah melalui berbagai tantangan perjalanan zaman. Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang sejarah perjalanan pendidikan nasional, perkembangan pendidikan Indonesia dalam artikel ini membahas sejak masa kolonial Hindia Belanda, Jepang, pasca kemerdekaan (orde lama dan orde baru), hingga masa reformasi yang saat ini sudah menggunakan kurikulum terbaru yakni kurikulum merdeka maupun kurikulum 2013.

Selain itu, dalam perjalanan pendidikan Indonesia juga terdapat peranan penting dari tokoh pelopor pendidikan Indonesia, yakni Ki Hadjar Dewantara (KHD) yang sangat besar peranannya. Sehingga, sebagai seorang pendidik ataupun calon guru professional harus mengertahui sejarah perjalanan pendidikan Indonesia dan peranan, filosofi, serta refleksi dari pemikiran filosofis KHD. Adapun untuk sejarah perjalanan pendidikan Indonesia dan peranan, filosofi, serta refleksi dari pemikiran filosofis KHD akan dibawah dalam artikel ini.

A. Sejarah Pendidikan Indonesia

1. Sejarah Pendidikan Periode Sebelum Kemerdekaan

a. Masa Kolonial

Pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda di Indonesia terdapat diskriminasi yang sangat terasa bagi peserta didik. Pemerintah kolonial membentuk kasta-kasta untuk membedakan golongan. Golongan ini terbagi menjadi bebrapa golongan yakni: golongan eropa, golongan timur (Cina dan Arab), dan golongan bumiputera. Selain itu, adanya diskiriminasi juga terjadi pada status sosial lapisan masyarakat, yaitu kaum priyayi dan pribumi pada umumnya. Pemisahan menurut golongan masyarakat dan status sosial dipertegas dengan penggunaan bahasa pengantar yaitu Bahasa Belanda untuk golongan Eropa dan elite pribumi, sedangkan Bahasa Melayu untuk golongan pribumi, (Gusti Muhammad Prayudi dan Dewi Salindri, 2015; 21).

Pendidikan yang dilaksankan oleh pemerintah Hinda Belanda hanya ditujukan bagi kalangan pribumi golongan atas saja. Masyarakat pribumi golongan bawah atau rakyat biasa tidak dapat mengakses pendidikan. Selain hal tersebut, kesempatan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi juga terbatas. (Widi Indah Lestari, Maskun, Syaiful. M, 2013; 5)

b. Masa Jepang

Pada masa pendudukan Jepang pendidikan yang di wariskan oleh pemerintah Hindia Belanda dilakukan penghapusan. Pemerintah Jepang menghapus sistem dualisme yang telah diterapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Akses pendidikan diberikan ke semua lapisan masyarakat, namun tujuan dari penghapusan ini adalah menyediakan tenaga prajurit untuk membantu Jepang yang terlibat dalam perang. Adapun dalam praktiknya, pendidikan pada masa Jepang proses pembelajaran diganti dengan kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan. (Hasnida, 2017:253).

Pendidikan Jepang pada saat itu mewajibkan peserta didik mengikuti latihan fisik, kemiliteran dan indoktrinisasi terhadap pendidik maupun peserta didik, indoktrinisasi ini berupa indoktrinisasi "Hokai Ichiu", menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, melakkan senam "Taiso", pengibaran bendera Jepang dan melakukan penghormatan terhadap Kaisar Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun