Menentukan jurusan kuliah merupakan suatu hal yang bisa dibilang gampang susah. Saat ini, informasi mengenai adanya berbagai jurusan, sistem seleksi, hingga berbagai informasi mengenai pendaftaran masuk Perguruan Tinggi baik negeri dan swasta sangatlah mudah untuk diakses, pelaksanaannya pun sekarang sudah menggunakan sistem komputer atau istilah lainnya  Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK). Hal ini tentunya, suatu kemajuan progresif, jika dibandingkan dengan sistem seleksi masuk perguruan tinggi katakanlah 10 tahun yang lalu.
Namun, perlu diingat terkait berkaitan dengan pemilihan jurusan. Seiring berjalannya waktu, kebutuhan lapangan pekerjaan bersifat dinamis, artinya memang ada jurusan yang bisa prospek 5 tahun kedepan, namun ada juga jurusan yang tingkat prospek kedepannya bisa dikatakan cenderung masih kurang terserap. Hal ini, yang perlu dipahami dan mengatur strategi yang efektif.
Sebelum membahas langsung menuju detail, penulis ingin mengajak mengingat kembali bahwa sejatinya secara garis besar tujuan pendidikan adalah untuk membentuk menjadi manusia supaya bisa bertahan hidup dan mengeksplorasi dirinya. Hal demikian selaras dengan konsep pemikiran filosofi pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Adapun, artinya jika ingin kuliah tentunya ada pertimbangan yang mana pertimbangan tersebut dapatlah sesuai dengan kebutuhan yang bersangkutan untuk mengembangkan dirinya dari potensi yang dimilikinya. Misalnya memiliki potensi atau minat bidang akuntansi, maka kuliahnya bisa mengambil jurusan yang berkaitan dengan akuntansi.
Lalu, ternyata dilapangan tidak sesederhana hal di atas. Banyaklah faktor sehingga memilih jurusan kuliah merupakan suatu hal yang kompleks.
Kadang kalanya, tidak semua orang ingin kuliah karena hanya untuk niat murni belajar. Melainkan untuk menjembatani diri pada lowongan pekerjaan. Ya, memang terkadang, demikian. Artinya secara praktik memang pendidikan ini tidak seperti seharusnya, memang hal-hal semacam ini tidak bisa dipungkiri, karena kebutuhan akan lowongan pekerjaan juga dinamis.
Misalnya di perusahaan X membutuhkan implementasi praktik dari alat A dan sudah menggunakan standar resmi. Nah, hal tersebut belum diajarkan di bangku kuliah. Makanya dalam link / jembatan (perguruan tinggi) sejatinya juga harus menyesuaikan sdm lulusannya dengan kebutuhan pasar.
Tetapi, ini hanya akan banyak relevan pada masyarakat yang mengincar kuliah ingin menjadi pegawai atau pekerja. Bagi yang niatnya adalah untuk belajar tentunya hal demikian bisa menjadi tambahan bekal ilmu.
Lebih lanjut, sebelum menentukan pilihan. Menurut pandangan penulis, dapat melakukan riset mandiri mengenai tingkat penyerapan lulusan dari jurusan yang ingin dipilih. Misalnya mendapatkan hasil ternyata lulusan prodi/jurusan yang dipilih diserap cepat oleh lowongan pekerjaan, atau lowongan pekerjaannya banyak.Â
Maka jurusan tersebut bisa dikatakan memiliki tingkat prospek tinggi. Sebaliknya jika mendapati lulusan dan penyerapannya rendah, maka perlu dipikir kembali, apakah prospek atau bagaiamana? Karena sebetulnya juga tergantung dari individu yang lulus tersebut.Â
Apakah memiliki softskill, ipk yang oke, atau ada hal apa? Itu perlu diketahui juga. Untuk mendapati hasil tersebut dapatlah dilihat di Linkedin, atau mencari informasi kuantitas lowongan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang akan dipilih. Penulis juga sarankan tidak hanya dari referensi kampus, karena jika mengambil referensi kampus, tentunya kredibilitasnya juga perlu divalidasi untuk mendapatkan informasi yang transparan. Misalnya jurusan kependidikan atau keilmuan khusus yang dalam waktu 5 tahun masih prospek?