Mohon tunggu...
EKO NUR ROHMAN
EKO NUR ROHMAN Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Membumikan Sejarah dan Karakter Kepada Generasi Penerus Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membumikan Nilai Moral dari Peristiwa Pemberotakan Petani Banten Tahun 1888

12 April 2024   15:52 Diperbarui: 12 April 2024   16:20 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuan, dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, tentunya banyak sekali persimpangan jalan yang harus dilalui. Berbagai peristiwa hitam-putih pernah terjadi. Halnya memang jika mengingat masa penjajahan bangsa Eropa di Indonesia tentunya adalah membuka luka hitam perjananan bangsa Indonesia.

Namun, bagaimanapun ialah sejarah, peristiwa yang sangatlah berharga. Dahulunya tokoh-tokoh yang kita kenal katakanlah seperti Ir.Soekarko, Gajah Mada, dan sebagainya, adalah sosok yang bernyawa memiliki perasaan, pikiran yang dahulu hidup, bernafas, sama seperti kita saat ini. Lebih lanjut, bagaimanapun peristiwa sejarah adalah hal yang sepatutnya kita ambil nilai moralnya, sehingga menjadi manfaat untuk lebih bijaksana dalam melangkah di masa kini dan masa depan.

Jika kita melihat kondisi bangsa Indonesia sekarang, tidak bisa dipungkiri banyak terjadi konflik berkaitan dengan politik, agraria, ekonomi yang mananya mengorbankan kesejahteraan rakyat, misalnya saja permasalahan bagi kaum petani. Ya, namun bagaimanapun, akan hal tersebut, pastilah ada pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari suatu kebijakan yang tidak semestinya.

Marilah kita duduk sebentar, kembali ke masa lalu, untuk belajar dari berbagai peristiwa yang telah terjadi di tanah air kita. Tentunya kalau kata orang bijak, supaya jangan sampai kita mengulangi pengalaman luka yang sama.

Tuan, dahulu tanggal 9 Juli tahun 1888, kalau kita hitung kebelakang dari tahun 2024 tepatnya adalah 136 tahun yang lalu, sebuah peristiwa besar pernah terjadi yang berawal dari Cilegon, Banten, Jawa Barat. Apa itu? Adalah hal yang akan kita bahas bersama dalam artikel ini, mengenai nilai moral dari peristiwa pemberontakan petani Banten tahun 1888.  

Sebelum kita bahas lebih lanjut, penulis ingin menyatakan bahwa tulisan ini bersumber dari beberapa buku, jurnal, penjelasan dari dosen kita dahulu kuliah dan diskusi dengan rekan-rekan sejarah. Namun, bukan berarti tulisan ini adalah benar dan dapat diambil kesimpulan, melainkan sebagai sarana literasi melihat peristiwa pemberontakan petani banten khususnya dari segi nilai moral yang bisa diambil. Sedang penulis rasa, diluar sudah cukup banyak yang mengkaji mengenai peristiwa pemberontakan petani Banten dalam peristiwa secara detail. Tentunya penulis berusaha menuliskan artikel ini dengan objektif. Masukan saran, penulis terima untuk penyempurnaan artikel ini.

Pemberontakan Petani Banten 1888 yang terdapat buku karya Sartono Kartodirdjo, sejatinya telah menggambarkan peristiwa tersebut dalam pendekatan multi-dimensional. Jika, kita lihat dari sisi politik penyebab pemberontakan secara garis besar adalah semakin rengganggnya jarak sosial antara petani, elite perdesaaan, elite agama dan pejabat-pejabat bentukan Belanda.

Akan merasa kurang, sebelum membahas peristiwa ini, tentunya kita singgung dahulu perisitiwa yang terjadi sejak tahun 1825-1830, adalah perang besar yakni Perang Jawa atau biasa kita dengan Perang Diponegoro, suatu perang besar yang mana membuat Belanda kewalahan menaganinya, bahkan perlu mendatangkan bantuan tentaranya dari daerah lain. Hal demikian, melihatkan betapa ada kekuatan besar, basis masa terorganisasir, pemimpin yang kuat dalam perang tersebut. Ya, walaupun akhirnya Pangeran Diponegoro berhasil ditanggap pada 28 Maret 1830 dan diasingkan hingga wafat di Makassar, Sulawesi Selatan.

Tetapi, sejatinya perlawanan Pangeran Diponegoro tidaklah gagal, namun, memberikan semangat dan inisiator gerakan perlawanan dalam tujuan mengusir bangsa Eropa, mungkin lebih tepatnya adalah untuk minimal mengusir bangsa Eropa dari kegiatan kolonialisme dan imperialisme, serta tujuan untuk merdeka, walau istilah merdeka belumlah terkonsep dengan baik di era abad 19.

Kekuatan rakyat dari penggabungan berbagai unsur khsuusnya kaum santri dan petani dalam Perang Diponegoro memberikan suatu sumbangsih lahirnya cara pemberontakan bagi rakyat.

Perlu sedikit kita ingat juga, bahwa dampak besar terjadinya Perang Diponegoro adalah kondisi politik hubungan Jawa dengan Eropa jauh berbeda dari sebelumnya. Ya, jika sebelum terjadi Perang Diponegoro antara Jawa dengan Eropa, maksudnya adalah saat era VOC (1602-1799) status Jawa khususnya adalah daerah Kraton diakui sebagai negara yang berdaulat yang memiliki posisi setara dengan Belanda. Namun, selanjutnya, di era Daendels (1801-1811) dan Raffles (1811-1816) Kraton sudah menjadi subordinat atau bawahan pemerintah kolonial.

Keraton tidak lagi memiliki kedaulatan dan kewenangan secara penuh dalam urusan internal dan eksternal, disebabkan harus melalui persetujuan atau konsultasi terlebih dahulu dengan pihak Belanda.

Lebih lanjut, dalam hubungan politik antara Jawa dengan Eropa juga memiliki hubungan dengan peristiwa-peristiwa di Kraton Yogyakarta yakni peristiwa Geger Sepehi, yakni peristwa dengan adanya keterlibatan Inggris menghancurkan sebagian bangunan keraton, menjarah barang-barang berharga dan perhiasan milik kesultanan, dan mengasingkan Hamengkubuwana II ke Pulau Pinang. Hal demikian memiliki dampak, keraton mengalami kerugian besar dan berimbas pada hubungan antara Inggris dan keraton.

Kita masuk ke Banten, setelah ada gambaran untuk mengingat peristiwa-peristiwa sebelum pemberontakan Petani Banten.

Peristiwa pemberontakan Petani Banten, bukanlah peristiwa sederhana, melainkan sebuah representasi bahwa petani masih ada, memiliki harga diri, petani mampu melawan, petani mempunya kekuatan dan tekat untuk menjaga tanah nya dari kesewenagan kolonial. Berbagai latar belakang penyebab peristiwa pemberontakan tersebut adalah benacana kelaparan dan wabah penyakit yang disebabkan karena kemarau panjang yang berdampak pada gagal panen dan wabah pes. Serta sejatinya ada keterlibatan unsur agama, pada bagian agama akan penulis bahas setelah membahas latar belakang dari hubungan kelaparan dan wabah penyakit.

Permasalahan kelaparan dan wabah penyakit, membuat pihak kolonial memberikan kebijakan untuk memusnahkan ternak termasuk yang tidak terjangkit penyakit. Sebelumnya pemerintah kolonial sudah memberatkan rakyat dengan kebijakan pajak yang tinggi yang bisa dikatakan besarnya sulit dibayar oleh kemampuan rakyat. Hal demikian, menimbulkan kemarahan karena kolonial telah dianggap berindak kejam dan sewenang-wenang karena tentunya akan berakibat pada penghasilan kaum petani. Selain itu, ditambah lagi dengan adanya peristiwa meletusnya gunung kratau tahun 1883 yang membuat kerugian materi dan korban jiwa.

Berkaitan dengan faktor agama, ketika rakyat dalam kondisi penderitaan. Justru rakyat mulai mempercayai takhayul memberi sesajen kepada pohon kepuh besar yang diyakini bahwa dapat memusnahkan bencana. Hal demikian, membuat adanya keresahan dan membuat konflik dalam masyarakat yang mengarah pada hal-hal yang bisa dikatakan musyrik menurut pandangan islam. Sehingga hal ini membuat pemerintah kolonial mengambil tindakan untuk membuat situasi bisa teratur.

Adapun, berkembang juga mengenai kepercayaan mengenai kedatangan Imam Mahdi yang mana bukan hanya sudah dikenal namun sudah dinantikan. Hal ini, membuat peningkatan semangat di masa-masa sulit bagi rakyat untuk memiliki harapan. Suasana revolusioner akhir abad ke-19 terlihat, disertai keresahan sosial di masyarakat terkhusus kepada pihak penindas asing.

Lebih lanjut, hingga karena berbagai kekacauan di masyarakat, dalam perkembangannya membuat pemerintah kolonial kewalahan dalam menangani pemberontakan tersebut.

Pada akhirnya, seperti pendapat yang disampaikan oleh Christiaan Snouck Hurgronje, seorang penasehat urusan pribumi untuk pemerintah kolonial Belanda, menyatakan bahwa banyak tokoh-tokoh agamawan yang diburu untuk dimintai pertanggungjawaban atau lebih tepatnya adalah hukuman dari pemerintah kolonial, misalnya Haji Iskak, Haji Wasid dan sebagainya. Bahkan Haji Sapiudin, Haji Kalipudin dan Haji Abdulhalim melarikan diri sampai ke Mekah.

Hal di atas, menunjukkan bahwa pihak kolonial Belanda, melakukan operasi pengejaran terhadap tokoh-tokoh yang terkemuka.

Nilai moral yang bisa diambil dari peristiwa pemberontakan Petani Banten secara garis besar menurut penulis adalah nilai religius dan nasionalisme.

Pertama, nilai religius. Hal ini sangatlah penting diambil. seperti sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sejatinya bangsa kita juga merupakan bangsa yang religius, namun sering kalinya dalam aspek religius tentunya harus secara sadar, sehingga dapat mengamalkan ajaran agamanya dengan baik. Melihat dalam konteks historis pemberontakan petani Banten, memanglah ada bersinggungan dengan aspek religius, yakni mengenai adanya kepercayaan terhadap ajaran agama dan juga ada hal yang dilakukan untuk menghentikan/memperingatkan untuk berhenti dalam kegiatan yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, hal tersebut dapat dikatakan benar adanya dan memanglah perlu diingatkan.

Namun, halnya memang setiap orang pada saat waktu tersebut dalam kondisi panik situasi kacau dan sebagainya. Sehingga memang banyak ada beberapa hal yang semestinya tidak terjadi. Walaupun begitu, hal di atas, sejatinya relevan dengan masa sekarang, baiknya setiap orang tetap belajar, menjaga dan menerapkan ajaran agamanya agar tidak mudah terprovokasi pada pihak-pihak yang bisa dikatakan memanfaatkan momentum. Pun, adanya pondasi yang kuat dalam aspek religius dapat menjaga setiap orang dapat menerapkan sikap toleransi pada orang lain dan meminimalisir konflik di masa sekarang, serta tentunya meningkatkan kualitas hidup suatu bangsa.

Kedua, adalah aspek nasionalisme. Nasionalisme dapat disimpulkan adalah ajaran untuk mencintai tanah air. Nasionalisme bangsa Indonesia tentunya berbeda dengan nasionalisme bangsa Eropa. Mengapa? Karena nasionalisme bangsa Indonesia adalah organik lahir karena sikap kolonialisme dan imperialisme di Indonesia. Sehingga keinginan dan tujuan daripada nasionalisme bangsa Indonesia adalah keinginan untuk merdeka, karena kita telah dijajah dan merasakan penderitaan yang luar biasa.

Nasionalisme dalam konteks ini adalah keterlibatan rakyat dalam meperjuangkan tanah airnya untuk lepas dari kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Walaupun, sejatinya pemberontakan petani Banten dapat dipadamkan, namun menyalakan api semangat terjadinya berbagai pemberontakan-pemberontakan lainnya. Seperti pemberontakan petani serang 1893, pemberontakan petani lebak 1926, pemberontakan petani menes 1942 dan gerakan rakyat banten 1945-1946. Hal di atas, tentunya, bermuara mengarah kepada semangat perjuangan bangsa Indonesia pasca abad ke-19 yakni keinginan untuk merdeka dengan arah dan corak perjuangan yang bersifat diplomatis dan arah konsepsi kenegaraan serta kepemimpinan yang lebih baik.

Bilamana era sekarang, tentunya nilai nasionalisme pemberontakan petani Banten bermuara pada semangat generasi penerus bangsa untuk mengisi kemerdekaan. Genenasi penerus bangsa dapat meunjukkan sikap mencintai tanah air dengan memberikan prestasi, menjaga persatuan bangsa, berbagai ide perubahan ke arah progresif dalam berbagai bidang. Mungkin, contoh sederhananya adalah misalnya membuat aplikasi yang membuat suatu pekerjaan menjadi lebih efisien, pembuatan lapangan pekerjaan untuk peningkatan ekonomi bagi masyarakat, dan sebagainya. Jadi, wujud daripada nasionalisme dapat dinamis sesuai pergerakan zamannya.

Tuan, setelah panjang lebar membahas garis besar peristiwa dan nilai moral yang dapat diambil dari peristiwa pemberontakan petani Banten. Tentunya, marilah kita coba terapkan nilai moral di atas dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah memiliki pesan-pesan kehidupan sebagai jembatan untuk kehidupan yang lebih baik. Historia Magistra Vitae!

EKO NUR ROHMANHistoria.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun