Dalam hal ini, tanpa perlu membuka dalil-dalil, kalaulah soal pernikahan Kyiai Ma’ruf yang sudah sepuh dengan wanita muda hendak dipersoalkan, maka Boni salah besar.
Terus terang, sampai saat saya menulis ini saya tak tahu agama atau keyakinan Boni Hargens apa, dan saya pun tak mau peduli. Hanya saja saya sebagai umat Islam, walau awam ilmu agama yakin betul kalau pernikahan sudah dilakukan sesuai ketentuan agama, maka dianya sah, halal! Tak peduli itu kakek-kakek menikahi anak gadis, mau yang menikah ulama, ustadz, ketua MUI, atau kalaupun ulama atau ustadz itu berpoligami, asal dilakukan di jalan Allah maka tidak ada yang perlu dimasalahkan.
Kalaupun akhirnya Boni menghapus foto tersebut dan melalui status di Twitter-nya meminta maaf serta menjelaskan alasan ia mengunggah foto tersebut hanyalah karena salah teknis, sulit juga memercayai ‘excuse’ tersebut. Katanya, foto itu masuk ke HP dia dari WhatApps yang dikirim orang bernama Bithor, lalu kepencet 'share' saat mau di-save. (??)
Kalau mengutip ungkapan seorang teman; “Hari genee salah pencet...anak kecil juga gak percaya...!”
Tapi sudahlah, toh kabarnya Boni hendak langsung menjelaskan masalah itu dan meminta maaf ke Kyiai Ma’ruf, dan yakinlah Kyiai Ma’ruf sebagai umat muslim apalagi ulama terkemuka akan mau memaafkan Boni. Jadi clear, masalah Boni dengan Kyiai Ma’ruf selesai!
Yang belum selesai menurut saya, persoalan di pundak Presiden Jokowi, dengan kasus Boni bisa jadi malah bertambah. Lho, kok Jokowi lagi yang dibawa-bawa?
Begini. Kita maklum Boni sekarang adalah ‘orang Jokowi’. Setidaknya di era Jokowi sekarang pengamat politik dari Universitas Indonesia ini mendapat ‘jatah’ pekerjaan sebagai Dewan Pengawas Lembaga Kantor Berita Nasional Antara.
Nah, dia sebagai orang dalam lingkaran pemerintahan, dengan membuat blunder seperti ini sedikit banyak kecaman juga akan mengarah kepada Jokowi. Karena di ranah massa, kasus Boni ini pasti tidak akan terhenti begitu saja sampai permohonan maafnya ke Kyiai Ma’ruf.
Yang ingin saya sampaikan di sini, saya kasihan pada Jokowi, padahal Beliau sudah capek-capek meredam pertentangan antarkelompok belakangan ini, terutama yang menyangkut SARA.
Capeknya Jokowi melakukan roadshow ke sejumlah tokoh politik, ormas serta ulama – termasuk ke MUI - untuk mendinginkan suasana panas di republik ini patut diapresiasi. Paling tidak kepada rakyat Jokowi menunjukkan ada hubungan yang baik serta sinergitas antara pemerintah dengan ulama dalam menyikapi persoalan bangsa.
Kalau sudah begini, hendaknya anak buah Jokowi paham, harus bisa mengerem ‘syahwat’ untuk menjatuhkan lawan politik atau kelompok lain yang beda kepentingan dengan ejekan apalagi makian. Tidak mengeluarkan pernyataan atau komentar-komentar kontraproduktif sehingga hanya makin menambah capek Jokowi.