Di sana mereka nyewa rumah. Edwards meneruskan bisnis alat komputer, sementara Kanti menggelar meja di pinggir jalan jualan nasi kuning. Suatu kali datang tawaran ngajar Inggris di Primagama. Tawaran yg langsung disambar. Sehari ngajar dua jam, Edwards digaji 6 juta sebulan.
Januari 2014, kabar pedih datang dari Iggris. Ibu Edwards meninggal. Kepergiannya begitu disesali Edwards lantaran ia tak bisa pulang menengok. Edwards terpukul. Dialah satusatunya anak. Dilanda kesedihan yg dalam, Edwards kembali menekuni hobi : minum. Kian hari kian menjadi.
"Akhirnya levernya kena," kata Kanti.
Didera sakit lever, Edwards ambruk. Keduanya memutuskan hijrah ke Jakarta untuk betobat. Mereka tinggal di Hotel Banggalawa Jakarta Sekatan. Tak berapa lama, mereka pindah rumah kontrakan. Lebih murah.
Drama sakitnya Edwards berakhir. Hanya selisih 6 bulan, ia menyusul jejak ibunya.
"Waktu itu saya tanya keluarganya apakah boleh dikremasi. Mereka bilang you can no fire your husband. But you have no money. Saya bilang oke. I never mind," kata Kanti.
Kini Edwards, belahan hatinya, sudah tidur dg tenang. Ia kuburkan malaikat penyelamat itu di Pondok Ranggon Jakarta Selatan.
Â
Â
(3) KENANGAN DAN WARISAN
Edwards, pria baik itu, pria yg mencintai Kanti tanpa ragu, telah pergi. Selamanya.