Mohon tunggu...
eko haryestu
eko haryestu Mohon Tunggu... -

dikenal sebagai kota pahlawan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pesta Hardiknas di Kali

3 Mei 2014   00:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:55 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Hari sudah siang., jam sudah menunjukkan pukul 13.30 an. beberapa anak kelas X SMA Harapan pondok pinang mulai gelisah. Rencana pulang lebih awal untuk mandi, sebelum meluncur ke puncak,  gagal- karena ada yang lebih utama dari sekedar kebutuhan mandi, yaitu belanja ke pasar tradisional Kebayoran lama.

Maklum, ini perkemahan pertama mereka. Perkemahan setelah hampir 1 tahun belajar tentang dunia Kepramukaan. Heboh, bahkan lebih heboh dari performance akhir tahunan sekolah.

Aprilia, wanita jelita dengan segala stylenya manakala menjalani proses belajar. mulai dari kalem sampai berkesan aleman, tiba tiba bak pejuang srikandi 45-penuh semangat, gigih pengen ikut pergi ke pasar belanja kebutuhan pokok masak memasak kebutuhan konsumsi. Bujubuneng, ada apa nehhh?........

Wuuuzzzzz...mobil minibus yang saya kemudi gasnya saya injak penuh konsentrasi. meskipun maunya saya injak penuh gasnya, tapi saya batalkan-mengingat mobil kami dalam kategori tuwek. ditambah lagi jalanan menuju pasar memang macet.

Alhamdulillah, keadaan pasar tidak terlalu rame. cuaca yang cukup terik juga menbambah keadaan terang benderang-memudahkan kami memilih bahan- bahan masakan yang tersaji di emperan pasar.

Kentang yang bertumpuk di hamparan para pedagang kaki lima, langsung disambar oleh anak- anak yang hari harinya lebih memilih super market dan mall untuk memenuhi selera belanjanya, tanpa tawar -menawar njlimet. Terjadilah kesepakatan transaksi pembelian 3 kg kentang. Lalu, gula merah, margarine dll.

Wuihhh, berat amat tentengan kami. Sukses nampaknya. Tenaga saya selaku pembina yang mulai berumur terasa kesedot ngangkut bahan- bahan belanjaan yang padahal sudah kami bagi- bagi merata.

Tapi, tidak mengapa. Bagi saya ini proses kegiatan yang sangat- sangat mengharukan. serombongan anak remaja yang dalam adab kebiasaan sehari -harinya telah jauh meninggalkan tempat yang bernama pasar tradisional. kini, merapat dengan sadar dan butuh : harus belanja! woww, anak mami gitu loh. ini biasa terjadi pada siswa disekolah lain, namun tidak pada anak anak kami.

Maka, ada beberapa   adegan langka terjadi, beberapa anak bermain takar -takaran kacang hijau, malah sesekali sembari meremas remasnya langsung di atas tempat penjualannya.

Masya Allah, Nggak Sherina Munaf-yang waktu itu masih duduk di kelas enam dan baru menjadi penyanyi cilik terkenal, nggak anak SMA-sami mawon, ternyata-anak gedongan cukup terkaget kaget jika diajak berbelanja langsung di pasar tradisional.

Menjelang pukul 17. lebih, kami berangkat menuju puncak. Beberapa waktu sebelumnya harus menunggu teman mereka yang sedang Tekhnikal meeting lomba pothografer, Nabila namanya. Kebetulan sekitar dua bulan yang lalu telah menyabet juara ke 3 lomba rally photograpy se DKI. Makanya kami ingin kegiatan ini terekam dengan maksimal ditangan Nabila.

Keadaan jalan tol di long week end kali ini, tidak seramai minggu lalu. Tapi, tetap saja jalanan menuju puncak rapat merayap alias macet. Maka keputusan menunaikan sholat magrib, saya serahkan ke kelompok mereka-yang akhirnya memutuskan melakukan Sholat Jama Ta'khir. mereka sudah dewasa, mereka berusaha bertanggung jawab atas apa yang terbaik dalam kehidupannya.

Jalanan nan padat  melelahkan berujung pada tempat yang kami tuju. Kami merasa sangat lega sudah berada di puncak. Tidak lama kemudian Kak Abdillah-memberikan aba -aba agar menyegerakan menegakkan sholat. Kamipun melakukan penuh dengan khidmat.

sesudah itu-perhelatan akbar dilakukan. entah siapa yang memulai mengkomando-yang jelas suasana dapur tiba- tiba hiruk- pikuk tinggi sekali. Bunyi gemeretak senggolan barang pecah belah, peralatan dapun terus berdenting. Masak memasak telah berjalan dengan kecepatan zik- zak tinggi.  aturan sesuai dengan yang mereka tahu. Jenakanya, pengetahuan mereka terhadap memasak minim. Maka dialog perdebatan beneer bener menimbulkan suara gaduh bin ribut. Sungguh harmoni musik alam dapurisme yang aneh di tengah malam, namun tetap enak di pandang dan didengarkan-karena dilakukan oleh remaja- remaja yang belum tentu sebulan sekali masuk ruang dapur.

Saya sering terlibat masak- memasak bersama anak- anak, namun keadaan kali ini membuat saya sungguh- sungguh terharu. suasana yang sangat jauh dari bayangan alam pikiran. saya bersyukur bisa menggali dan membangkitkan fitrah mereka sebagai wanita dan remaja pria.

Ada sebagian dari mereka cewek-cewek cantik yang sedang memasak rame-rame tersebut bercerita kalau di  rumahnya tidak pernah ke dapur. sebab kalau berdiri terlalu lama di dapur, kakinya menjadi terasa gatal. Tetapi ternyata pada pelajaran PRAMUKA ini mereka mau melalukan semua proses memasak, bahkan dimulai dari belanja di pasar tradisional yang terkenal becek dan bau katanya.

Yang lebih mengharukannya lagi ketika proses penghidangan, mereka tetap sepakat makan dengan cara beramai ramai. setelah bertarung mengadu keahliannya di dapur mulai dari jam 21.an akhirnya rampung pada pukul 02.00 dini hari. Duh Gusti....indahnya kebersamaan ini. Hebatnya bersatu dalam perjuangan maenjalani fitrah.

sejak awal kami memang sepakat, selama proses pembelajaran ini, tidak boleh menikmati makanan yang tidak diolah  atau dimasak oleh mereka sendiri.

Berikutnya kami tutup kegiatan malam nan panjang ini dengan merenung bersama sama. mengevaluasi segala apa yang telah kami lakukan. seiring dengan itu, api ungun kian menyala dalam hembusan angin pegunungan yang mulai menusuk nusuk tulang. amboi, nikmatnya suasana malam malam mendekati hari sakral dunia Pendidikan.

Pagi pagi sekali, sesudah mencicipi ubi dan pisang rebus sarapan pagi-kami menyusuri kali. Gundukan tanah dan rerumputan tinggi menghadang sepanjang jalan menuruni ngarai. Tidak masalah, mental merekapun kian tumbuh tinggi-bahkann telah memanas terbakar matahari.

Hanya dalam hitungan menit kami telah sampai di kali. airnya yang sedikit menghitam-menandakan bahwa sampah sampah yang beraneka ragam pasti tlah menyatu dengan air yang pada hulunya jernih. Belum lagi beberapa sampah terlihat menyangkut pada bebatuan diantara aliran air yang mengalir cukup deras.

ora opo Mas, inilah yang memang kami cari. Kami datang datang kemari memang untuk bersih bersih kali. Ayo, PESTA KITA MULAI. Selamat Hardiknas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun