Mohon tunggu...
Eko Hadi P
Eko Hadi P Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang pelajar seumur hidup

Pembaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Anjing dibawa ke Masjid, Ini yang Bikin Marah!

2 Juli 2019   21:59 Diperbarui: 2 Juli 2019   22:14 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan judul yang provokatif seperti di atas saya tidak bermaksud mencari sensasi untuk memancing klik pembaca. Walaupun tren memang seperti itu, ya bolehlah sekali-kali ikut tren.

Mari duduk santai membaca ocehan ini.

Ada tiga kata kunci di tulisan saya kali ini, cukup aktual saya kira, mudah-mudahan panah yang saya luncurkan tepat menusuk sasaran hati sidang pembaca.

Tiga kata : Anjing, Masjid dan marah.

I  Anjing

Makhluk Allah yang satu ini punya berbagai kedudukan di dunia manusia. Dikenal sepanjang sejarah manusia fungsinya yang beragam, sebagai teman, penjaga, pengiring, pemburu, pembunuh, bahkan di sebagian tempat menjadi bagian dari menu.

Sebagai manusia muslim, saya pribadi punya pengalaman gagal dengan makhluk ini. Trauma masa kecil yang pernah dikejar anjing liar di tempat pembuangan sampah tempat saya main, menjelma menjadi fobia seumur hidup yang belum pernah saya taklukkan. Bahkan sampai pada taraf lebay, ketika saya temui seekor anjing sedang tidur siang di sebuah gang saya lebih memilih memutar mencari gang lain. Kemampuan anjing menggigit, menggonggong dan mengejar cukup membuat saya tidak berani lewat, walaupun mungkin si anjing tidak peduli dengan kehadiran saya dan termasuk anjing lucu dan jinak seperti karakter Lassie dan Scooby Doo dalam film TV jadul.

Tetapi hal itu tidak menafikan hukum Islam tentang anjing. Allah menciptakan hewan ini tentu ada manfaatnya bagi manusia. Kehebatan instingnya, taring dan hidung yang tajam tentu bukan sekedar aksesoris. Ada kebolehan pemanfaatan anjing di kalangan umat Islam, syarat dan ketentuan berlaku tentunya. Anjing dimanfaatkan sebagai penjaga kebun dan ternak dari hewan hama seperti babi hutan. Kalangan muslim di kampung saya pun banyak yang punya anjing, karena banyak babi hutan di sekitar perkebunan.

Fungsi lainnya sebagai anjing pemburu, bekerja dalam kelompok yang efektif. Bahkan ada adab Islam terhadap anjing pemburu yaitu ketika dilepas mengejar buruan harus diucap basmalah maka hewan yang dia dapat menjadi halal bagi sang pemilik. Dan menjadi hewan pemburu tentu saja diperhatikan, diberi makan, dilatih dan bukan disiksa. Indah bukan ?

Disinilah kemampuan dan insting luar biasa sang anjing dimanfaatkan secara maksimal.

II Anjing masuk masjid, anjing dibawa masuk masjid, apa masalahnya ?

Sang anjing tentu saja tak bersalah. Sebagai makhluk yang kelak tidak dikenai pahala dan dosa dia sama sekali tidak paham kenapa dibawa masuk masjid atau melangkah sendiri ke masjid, mungkin sekadar penasaran ingin tahu tempat apakah itu. Dan umat Islam memahami itu. Paling banter akan dihalau, larilah ia. Saya yakin tidak akan dikejar apalagi sampai dibunuh. Terlalu lebay dan mengada-ada.

Umat Islam hanya menjaga tempat ibadahnya bersih dari najis, karena anjing dan hewan sepintar dan seterlatih apapun tetap saja hewan, bisa buang kotoran sembarangan. Kebersihan selalu satu paket dengan ibadah umat Islam, bahkan menjadi prasyarat sah ibadah.

Tentang sang pembawa anjing, biarlah yang berwajib menangani, karena dilihat dari sisi manapun tak ada manusia dengan level kejiwaan normal dari agama manapun akan melakukan hal tersebut. Apalagi pihak berwajib menyatakan sang pelaku depresi. Maka tak ada aksi untuk orang depresi selain memahami dan memaafkan. Seperti perlakuan Nabi pada orang Arab desa yang kencing di masjid karena tidak tahu kalau itu masjid.

III Marah !

Baiklah, saya harus hati-hati di bagian ini, serius ! Karena isu Suku, Ras dan agama adalah mahkota yang harus kita jaga sebagai bangsa yang ber-bhinneka tunggal ika. Jangan sampai keutuhan persatuan kita kembali diobrak-abrik dengan politik adu domba.

Tapi perkenankan saya mengajukan analisis dengan paradigma yang berbeda, mohon tetap baca sampai habis.

Peristiwa anjing, masjid, dan sang pemilik ini tentu saja sudah ada dalam suratan takdir Allah, tertulis 50 ribu tahun sebelum terciptanya langit dan bumi. Dan takdir Allah terjadi untuk suatu hikmah, ada tujuan di balik itu, entah kita mengerti atau tidak.
Anjing dibawa masuk masjid, apakah ini suatu pertanda dari Allah ? Peristiwa yang disajikan, menjadi viral dan hangat dibicarakan umat dimana-mana, atau sekadar viral lalu hilang ditelan viral lain yang lebih brutal dan sensasional ?

Mari kita dekati lagi. Mengapa Allah mengirim orang ini membawa anjingnya ke dalam masjid ? 

Mungkin ada pesan besar untuk umat Islam tentang masjid. Dan kita pun layak dan pantas melemparkan otokritik pada diri kita sendiri. Menunjuk dada sendiri sebelum menunjuk orang lain.
Kehormatan kita merasa terusik dengan peristiwa ini. Betulkah ? Sejauh mana keterusikan kita ? Hanya setipis peristiwa itu atau seharusnya lebih dalam lagi ?

Kalau memang betul kita terusik, marah, tersinggung tempat ibadah kita dilanggar, mari jujur kita akui sejauh mana penghormatan anda, saya dan kita sebagai umat Islam terhadap masjid kita sendiri. Seakrab apa kita dengan masjid sebagai tempat ibadah sehingga kita layak dan berhak tersinggung dan marah atas pelanggaran kehormatan masjid ?

Terutama bagi para lelaki muslim, saya ingatkan ( termasuk mengingatkan diri sendiri ) ada ibadah lima kali sehari shalat berjamaah di masjid. Ada sunnah muakkadah, sunnah yang sangat ditekankan disitu, bahkan di bagian fikih lain masuk ke level wajib shalat berjamaah di masjid. Sejauh mana ikatan kita dengan masjid yang membuat kita wajib tersinggung ?

Atau kita hanya masuk masjid sekali sepekan hanya karena shalat Jum'at, itupun tidur saat khatib bicara di mimbar atau buka hape main game. Tidak ada kepentingan penyucian jiwa disitu, hanya rutinitas kewajiban yang ingin cepat dilewati.
Atau kita tidak pernah masuk masjid, kecuali dua kali seumur hidup : saat kawin dan kelak digotong orang dalam keranda jenazah.

Sudahkah kita perhatikan isi masjid, menghidupkannya, bukan melulu memegahkan, menghiasi biar gemerlap dan mentereng namun sepi dari jamaah ?

Haruskah Allah mengirim seorang wanita dan anjingnya biar kita terusik dan mulai memperhatikan masjid ? Sudah setuli apakah kita ini ?

IV Sebuah Adendum

Saya memang berharap dan semoga anda tersinggung dan marah. Marah terhadap diri sendiri dan hubungan kita yang sangat buruk dan mendekati perceraian dengan masjid. 

Saya berharap kita berkontemplasi dan kembali menaburkan benih cinta pada masjid yang selalu menunggu, kosong disana, tak terkunci, terbuka tanpa syarat, tanpa pertanyaan, dan karcis bagi siapapun yang ingin kembali pada Tuhannya. Masuklah ke masjid, anda tidak akan ditanya kartu identitas, tujuan atau harus mengisi absen. Masjid adalah ruang kemerdekaan, ruang kontemplasi, kesetaraan, pendidikan dan kedamaian.

Marahlah anda, bawa kemarahan anda pada shalat Subuh di masjid  dan silakan hitung berapa orang yang hadir. Makin marahlah anda kalau yang hadir hanya beberapa gelintir saja, sementara kita selalu mengaku tersinggung dengan berbagai peristiwa yang menghina kehormatan Islam, kita berteriak membela Islam tapi kita masih tidur saat adzan Subuh berkumandang. Tidakkah kita selayaknya malu pada diri sendiri yang lucu, ironis dan menjadi bahan candaan orang yang tidak tahu ?

Silakan berpikir tanpa emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun