Mohon tunggu...
Eko Abu Nizham
Eko Abu Nizham Mohon Tunggu... Guru - Guru SMKN 1 Muara Teweh

Topik konten favorit tentang Pendidikan dan Kepramukaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Renungan Lomba bagi Pembina Pramuka

3 Oktober 2023   17:57 Diperbarui: 3 Oktober 2023   18:01 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Andalan Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Barito Utara

Bercermin dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh Kwartir untuk Giat Lomba, baik untuk golongan Siaga, Penggalang maupun Penegak pada tahun 2019, ada beberapa hal yang menjadi bahan catatan dan Evaluasi kita terkhusus Para Pembina.

Kakak-kakak Pembina merupakan Pendidik yang memproses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan akhlak mulia melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan.

Dimana Nilai nilai itu secara tidak sadar telah menanamkan Dasa Dharma Pramuka dan menanamkan Prinsip Tri Satya kedalam jiwa peserta didiknya.

Ketika seorang pembina di gugusdepan mempersiapkan peserta didik untuk berlomba pada ajang kompetisi ditingkat kwartir, ia dengan berusaha bersungguh-sungguh membina, melatih, memotivasi dengan segenap jiwa, potensi yang dimiliki. Bahkan seorang pembina tidak hanya mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran namun juga bisa harta dengan maksud untuk mencapai "tujuan".

Bagaimana dengan Peserta didik yang menerima semua hal dari pembina?, ternyata mereka berproses, mereka terasah jiwa, raga dan kepribadiannya, pola pikirnya, kecakapannya, serta penghayatannya untuk mempersiapkan diri pada ajang lomba.

Kakak-kakak dapatlah kita melihat saat keberangkatan mereka dengan "rasa" optimis seperti Pejuang yang akan pergi ke medan perang, dengan percaya diri penuh mereka berangkat, adakah terbersit pada pikiran mereka bahwasanya mereka akan "kalah", Jawabannya "tidak".

Ingatlah kita dengan para Pejuang Kemerdekaan Indonesia yang kita cintai, saat mereka berangkat berjuang adakah mereka berpikir untuk kembali dengan meraih kemenangan? "Tidak" yang mereka pikir hanyalah "Berjuang", berusaha bukan hanya untuk menang, namun lebih dari itu karena kami telah berlatih dengan sungguh-sungguh, mengorbankan waktu dan tenaga untuk tampil "bisa".

Pada pikiran meraka "kami telah cakap" untuk ikut berkompetisi, dan penuh percaya diri mereka berkata dalam hati "kami adalah pemenang".

Sehingga ketika mereka berangkat walau hanya naik Pik-up ataupun Track, berjejalan berdesakan tidakkah kita meihat senyum bahagia mereka? Senyum para Pejuang peraih Kemenangan !

Ternyata usaha kita memproses mereka telah membentuk sebuah kepribadian "Percaya diri" sampai saat mereka berangkat ketempat tujuan.

Tibalah saatnya untuk berkompetisi dengan regu dari pangkalan yang berbeda, dengan ragam corak latihannya masing-masing setiap regu menampilkan kecakapannya. Sekali lagi ternyata kita selama ini telah membentuk akhlak mulia pada mereka yakni untuk selalu berusaha bersungguh-sungguh "Berikhtiar dan Tawakkal", berusaha dan berserah diri akan hasilnya kepada yang Maha Kuasa.

Sangat mengejutkan ternyata usaha dari Proses yang telah kita ciptakan kepada mereka peserta didik anggota Pramuka kita.

Ternyata Usaha kita untuk mencapai "tujuan" berbeda dengan apa yang mereka asumsikan, ketika pengumuman pemenang hasil Lomba disampaikan, kita pembina tidak terima dengan "kekalahan", mereka kita bentak, marahi, kita katakan mereka tidak berusaha dengan sungguh-sungguh, sampai terlontar dari kita pembentuk jiwa pejuang ini kata-kata "bodoh".

Seperti Tsunami yang menyapu jiwa pejuang, jiwa patriot mereka serta merta "hilang" dengan berakhirnya kalimat ketidak puasan kita pembina dengan "kekalahan" mereka.

Mereka berangkat dengan "Senyum Kemenangan" dengan semangat "Pejuang" telah sirna, kita telah membentuk Jiwa baru pada diri mereka, yakni jiwa "Kekecewaan", merasa bersalah dengan usaha yang maksimal, tidak percaya diri dengan usaha yang akan mereka tampilkan pada masa yang akan datang.

Padahal masa mereka masihlah panjang. Kasihan mereka, tidakkah kita telah menghilangkan sebuah INTAN dalam diri mereka yang harganya beratus-ratus juta dibandingkan hanya dengan sebuah piala dengan harga berkisar Tiga ratus ribuan satu set untuk sebuah kebanggaan.

Piala hanyalah alat untuk membentuk Intan Kepribadian menjadi lebih terasah lagi keindahannya, sehingga nilainya akan lebih mahal lagi di dunia dan akhirat.

Meraih Piala atau Tidak, mereka tetap Juara kita, mereka tetap anak kita, mereka tetap harapan bangsa, mereka tetap generasi penerus kita, mereka tetap yang akan mengingat kita walau kita telah tiada.

Sesungguhnya kitalah Piala bagi mereka, Piala sesungguhnya yang telah mereka dapatkan dari awal mula kita memproses mereka. Kitalah Piala mereka ..... kita para Pembina. Maka Banggalah dengan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun