Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Daun Jingga Bulan Mei

12 Mei 2022   18:30 Diperbarui: 12 Mei 2022   18:32 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daun Jingga bulan mei dokpri

Kita memang jarang bertemu. Chatpun jarang. Karena kau hanya kirim gambar jempol untuk tulisan panjang di WhatsApp. Begitulah caramu, dan bagitu itu simple. Karena memang sudah tak ada yang kau pertanyakan.

Kamipun terus berjalan. Menyusuri jalanan pagi itu. Jika nuruti bertengkar, Yo pasti meledak. Bagaimana tak marah, hidup butuh modal. Dan modalnya macet. Usahanya kembang kempis. Seperti pohon daun jingga. Akan luruh saat musim badai pancaroba tiba.

Kita memang bahas untuk segera saja. Nekad. Toh, dipikir nunggu apa. Semua hari baik. Tapi kita tak mau gegabah. Soal itu gampang, tapi setelah itu tinggal dimana? Rasanya bodoh banget, jika untuk tempat tinggal saja tak jelas alamatnya.

Dan kau tahu apa alasan dari kesulitan ini. Pengertianmu adalah segalanya. Dan dengan pilihan ini, terpaksa mengorbankan waktu. Membuang hari hari dengan kisah perjuangan.

Aku memang cerita, ini rencana demi rencana. Walau normal, jelas mempertanyakan kelambatan. Tapi sejak awal aku bilang, bahwa ini perjuangan berdua. Walau kau tak melakukan apa apa, tapi doamu akan diijabahi penguasa langit. Kelak lelah kita menunggu pasti terjawab. Hasil tak akan ingkari perjuangan. Dan itu ada aku dan kamu.

Tak terasa sejam lebih berjalan hingga kembali ke bawah pohon berdaun jingga. Kau sudah memesan angkutan online. Mobil putih itu tak berapa lama muncul, dan kau meninggalkan aku sendiri.

Inilah kisah jalan jalan pagi ini. Menyatukan perbedaan jadi tujuan. Tak ada janji janji manis, yang ada kesepakatan. Sebuah pengertian bahwa hidup ini harus diperjuangkan. Tanpa mengeluh. Karena kelak, pasti terbayar. Dan tak ada yang lain yang akan protes, karena yang menangis dalam penantian ini aku dan dirimu.

Malang, 12 Mei 2022
Ditulis oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun