Daun Jingga bulan mei, jadi sisi romantis saat kau hadir pagi itu. Udara sejuk bertiup, menyapa cantiknya dirimu. Hari hari yang melelahkan, menunggu yang menjemukan. Dan pengertianmu jadi jawaban.
Bukti memang jadi pertanyaan. Kapan? Mana? Belum lagi kekhawatiran yang sulit dijabarkan. Tapi pahami jika aku itu apa adanya. Tak ada yang kusembunyikan. Jika Ada ya bilang ada. Jika Tak ada, Yo, memang tak ada. Tak perlu konflik, karena kita bukan cinta ABG lagi.
Dari jauh sudah kau lihat dirimu. Lima menitan kau berteduh dipohon berdaun jingga itu. Kau mulai tampak resah sambil memandangi layar smartphonemu.
Kau memang enggan datang kekediamanku. Akupun kau tolak untuk bertandang ke rumahmu. Aku berusaha memahami kenapa. Memang jahat apa kata para tetangga itu.
Antisipasi fitnah saja. Jujur tak semua orang suka kita jadian. Kaupun akan enggan menjawab kapan kita resminya. Seolah ini hubungan terlarang, atau entahlah apa versi kata mereka. Jelas jelas sangat membagongkan.
"Kok lama sih?" Tanyamu saat aku mendekat. Kupegang tanganmu dan tak kulepaskan. Mata menatap mata. Tiba tiba kau kibaskan tanganmu, hingga pegangan kita terlepas. "Malu, dilihatin orang," bisikmu.
Pagi itu dia kuajak jalan kaki saja. Jika biasanya kita kemana mana pakai motor, kali ini kutawari dia berdua jalan kaki. Ya, itung itung olah raga. Biar tubuh sehat.
Sejenak masih silang pendapat mau kemana. Masih belum mau meninggalkan pohon  berdaun jingga itu. Sepakat jalan kaki, tapi belum sepakat mau kemana. Kalau aku ngikut saja.
Akhirnya kita menyeberang jalan. Kita telusuri saja jalanan ini sambil terus berbagi curahan hati. Sebenarnya aku ingin kita bergandeng tangan, tapi kau tak pernah mau. Tak apalah, yang penting kau sudah mau datang dan janjian dibawah pohon daun jingga di bulan Mei ini.
Kita tak sedang cari masalah. Juga tak mau membahas masalah. Yang dahulu, biarlah jadi misteri kemarin. Sekarang adalah aku dan kamu. Mari bersama, untuk selamanya.