Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dunia Ventilasi (Aksara Cerpenku #1)

12 Februari 2022   22:37 Diperbarui: 12 Februari 2022   22:40 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksara cerpenku #1 dokpri

Dunia ventilasi. Melihat sisi hidup. Berkaca pada kemungilan. Ternyata kita lupa. Makna tersirat. Tersurat. Dalam jejak tetumbuhan. Hikmah yang tersembunyi.

Renungan jiwa sepi. Bicara pada sang bayu. Hembuskan pesan. Bahwa aku sudah lelah. Datanglah keajaiban. Agar lembar selanjutnya itu adalah....

Sebuah asa tentang Perubahan. Tak ini ini saja. Bosan. Mengeluh dalam tangis kekurangan. Kesedihan. Bukalah pintu keajaiban. Agar kecambah cinta tumbuh. Meniupku pergi menuju bahagia.

Disana, yang normal itu berpasangan. Berdua dalam kasih. Sementara aku ini dihakimi fitnah jahat. Jujur ada yang senang melihatku tersiksa. Bicara sendiri dengan angin. Di dunia ventilasi.

Agar aku gila. Jadi lelaki sinting. Sihir bangsat telah merusak hidup ini. Dengan mantra sembur suwuk. Yang menghipnotis orang tak salah, agar kena azab setingan. 

Jika aku dimakan sang kala. Aku hancur dalam ketidakberdayaan. Itu tujuan mulia para pecundang. Yang mau enak, tanpa usaha. Dan aku dicap tak waras. Lalu aku dirampok. Dihabisi. Punyaku direbut. Diinjak injak. Agar kapok. Dan berakhir dengan hanya bisa mengintip dari celah sempit. Dunia ventilasi.

Kelak aku akan pergi dari dunia ventilasi. Kan kubuka jendela dunia. Agar mata para bangsat itu, terbuka. Siapa munafik sejati. Karena keadilan itu nyata. Milik mereka yang mau berjuang.

Dunia ventilasi. Dunia awal pembuka. Langkah pertama untuk aksara cerpenku. Silahkan tertawakan diriku. Aku tak minta mbadog dirimu. Sementara kau mbadog saja merusak rumah tangga orang. Mbisiki jahat. Sungguh mulia dirimu. Dipuja para iblis. Sungguh serigala ngaku alim. 

Aku pasrahkan dirimu. Pergilah. Pergi yang jauh. Kau sudah pilih bajingan itu dari pada mulianya kehormatanmu sendiri. Itu tak ada obat, kecuali nikmati surgamu sendiri. Aku tak tanggung jawab. Karena menurutmu, cintaku tai. Kenapa kau harapkan diriku?

Sekarang puas bukan buah karma ini. Aku gila, menghadap dunia ventilasi. Bicara pada angin. Terasing dalam sulitnya cari rejeki. Caramu sengsarakan aku, dipuji para setan langit bumi. Puas. Sangat puas. Hasil dirampok. Demi pangeran yang menodai kehormatanmu. 

Kamu bahagiakan melihatku sengsara? Balas dendam mu terpuaskan. Pahalamu sundul langit bumi. Jika ini membuatmu nyaman, jangan hentikan. terus lakukan. Toh ini bumerang bagi dirimu. Lezat bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun