Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mencari Cinta Februari (Bagian 1)

9 Februari 2022   20:44 Diperbarui: 9 Februari 2022   20:51 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Februari katanya romantis. Penuh cinta. Tapi kapan? Saat coklat valentine lumer. Dan bunga cinta remaja telah layu. Mencari cinta Februari. Karena Aku tak pernah menemukanmu. 

Bagi yang lain, Februari itu indah. Saat cinta sudah sepakat. Menyatu dalam bahtera cinta. Tumbuh dalam asa. Tentang rasa bersama. Tapi....

Dari dulu hingga kini. Dari jaman behaula hingga menua bersama. Soal klasik yang terulang. Terulang dan terulang. Soal yang sama. Soal yang itu itu saja.

Anggap ini tiada niat. Tapi itu tulus. Cuma saat dompet kempes. Kosong. Kita tak pernah bisa membeli romantisme. Era kapitalis. Sungguh tak ada yang gratis.

Romansa cinta pasangan miskin. Disangka diri ini, pangeran pemberi harapan palsu. Janji janji tanpa bukti. Hanya omongan hampa para pemimpi.

Seolah diri ini hanya pujangga nekad. Yang merayu bidadari langit. Tiada modal siapa mau. Karena Februari itu, butuh pundi pundi berharga.

Mencari cinta Februari. Aku belum pernah memilikinya. Dari remaja hingga cinta yang telah menua. Lunglai dalam asa. Karena satu hal. Kenapa Februari selalu tak punya dana.

Aku bukan pencinta fanatik. Yang memburu romantisnya Februari. Apalah arti valentine day. Jika cinta belum sepakat. Dan pundi pundi itu belum termiliki. Bisa apa.

Cinta kita memang beda. Bukan cinta remaja. Bukan cinta biasa. Cinta ini perjuangan. Menata rasa, agar kelak kita tak sengsara. Melalui kisah selanjutnya.

Dari awal tiada janji. Karena janji itu berat. Saat tak terbukti, tak kuasa ditepati, saat waktunya nanti. Bukan seperti itu, tentang kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun