Dengan metode Reenactor, seseorang belajar dan mendalami sejarah dari rasa bangga berseragam keren sehingga makna pembelajaran lebih mengena.Â
Jadi saat berseragam, seorang Reenactor harus tahu sejarah yang dipakainya. Misal kenapa logo bendera merah putih dipasang disaku dada kiri. Sementara yang umum sekarang itu dipasang di dada kanan. Para pejuang dahulu tidak memakai emblem nama, beda dengan organisasi komunitas sekarang memakai nama.Â
Reenactor tidak memakai logo organisasi jaman now. Jika ada yang ngaku Reenactor tapi memakai logo logo organisasi jaman now, itu bukan Reenactor. Karena logo logo itu belum ada di tahun 1945.Â
Banyak organisasi berdandan ala pejuang, tapi memakai aktibut mulai pangkat, pin dan tanda jasa berlebihan. Mereka bukan Reenactor. Saat perang kemerdekaan, para pejuang tidak pakai pangkat seperti itu, kecuali upacara resmi.
Reenactor juga tidak memerankan sosok pahlawan, misal menjadi Soekarno, kecuali untuk visualisasi tema tertentu yang mengharuskan ada tokoh tersebut ada dalam satu frame multimedia yang dibangun. Reenactor tidak pernah memerankan personal tertentu, tapi lebih banyak memerankan pasukan pejuang.
Hal hal ngawur dan tidak sesuai fakta sejarah tidak dikenal didalam Reenactor.
Dan untuk memperoleh seragam otentik ini, banyak riset ilmiah dilakukan dan kadang sampai berburu hingga ke pelosok negeri. Inilah uniknya hobby Reenactor. Belajar sejarah dari berseragam itu Keren.
Ikuti tulisan tentang Reenactor di tulisan saya selanjutnya atau ditulisan sebelumnya di tag #reenactor ngalam atau #reenactormenulis . Semoga menginspirasi.
Museum Reenactor Ngalam, 4 Februari 2022 ditulis Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H