Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Redtis Dukung Lawan Stunting

30 Januari 2022   22:12 Diperbarui: 30 Januari 2022   22:18 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Redtis dukung Lawan Stunting dokpri

Sebuah ide brilian terus digagas dan dikembangkan oleh para start up muda di kelurahan Bakalan Krajan kecamatan Sukun kota Malang. Ide tersebut dikemas dengan sebutan, "Redtis."

Bagaimana kisah perjuangan mereka, berikut ulasannya semoga menginspirasi.

Redtis Lawan Pandemi Covid

Para penggagas Redtis pada awal 2020 saat pandemi covid mulai melanda negeri ini, mulai berkumpul untuk membicarakan sebuah strategi agar masyarakat terdampak mempunyai usaha ekonomi kreatif sehingga tercipta ketahanan pangan, kecukupan gizi dan memperoleh penghasilan yang pada akhirnya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Gagasan ini dilaksanakan diperkotaan dengan lahan terbatas dan harus memanfaatkan sumber daya, baik alam atau manusia, seefisien mungkin. 

Gagasan itu berupa budidaya ikan nila metode intensif menggunakan sistem bioflok di kolam terpal. Kenapa memilih ikan nila, karena ikan nila merupakan ikan air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Harga pasaran ikan nila juga sangat stabil dengan pangsa pasar kecukupan ikan nila berkualitas baik, masih sangat luas. Potensi ini bisa memberikan keuntungan secara signifikan pada para pembudidaya nila hingga bisa meningkatkan kesejahteraan hidup dan peningkatan gizi keluarga.

Keunggulan budidaya nila bioflok adalah :

1. Dilakukan dikolam terpal, sehingga tidak membutuhkan lahan luas untuk membuat kolam tanah atau kolam beton. Jadi lebih hemat biaya dalam membuat kolam budidaya. 

2. Mampu tebar padat. Pada kolam konvensional di kolam atau tambak, tebar ikan berkisar 10-20 ikan permeter kubik, pada kolam intensif bioflok tebar ikan bisa mencapai 80-100 ikan permeter kubik.

3. Hasil panen ikan tidak bau tanah sehingga tetap lezat diolah dengan bumbu sederhana.

4. Hemat pakan dengan pakan full pelet dengan FCR dikisaran 0,8-1,2, artinya asumsi kisaran 1 kg pakan bisa menghasilkan 1 kg daging ikan.

5. Ramah lingkungan dengan kolam tidak berbau. Selama masa budidaya pada ikan nila tidak perlu Mengganti media air sehingga bisa tetap berbudidaya di daerah minim air. Kolam nila juga tidak menimbulkan bau. Ini berbeda dengan budidaya lele yang cenderung menimbulkan pencemaran berupa bau kurang sedap pada lingkungan sekitar. Itu terjadi karena lele diberi pakan alternatif, sifat ikan lele yang kanibal karena saling memakan jika konsumsi pakan kurang dan budidaya lele butuh biaya olah air dengan prebiotik tertentu serta wajib ganti media air secara berkala. Hal tersebut tidak terjadi pada budidaya nila.

6. Standar kualitas ikan nila bisa dijaga sehingga bisa memenuhi standar yang diminta oleh user atau pasar restauran. Dengan edukasi keunggulan nila bioflok, membuat nilai jual tidak ditentukan oleh tengkulak sehingga mampu memberikan kesejahteraan secara signifikan pada pembudidaya.

Hal tersebut diatas adalah keunggulan nila bioflok sehingga mampu memberikan kontribusi pada para pembudidaya berupa :

1. Ketahanan pangan menghadapi pandemi, sehingga masyarakat punya lauk bergizi dari kolam sendiri.

2. Kelebihan panen bisa dijual dengan harga menguntungkan bagi para pembudidaya karena dengan edukasi positif pemasaran tidak dikuasai tengkulak. Strategi pemasaran bersifat kreatif edukatif pada end user, sehingga tahu perbedaan nila intensif dengan budidaya nila konvensional.

3. Bagi yang berwawasan entrepreneur, peluang budidaya nila bisa jadi lapangan pekerjaan yang memberikan penghasilan. Segmentasi budidaya nila bisa terbaca dari pembibitan, pendederan, pembesaran hingga olahan pangan pasca panen. Prospek nila meliputi peluang bisnis dari hulu ke hilir.

Redtis dukung lawan Stunting 

Sebagaimana dikutip dari voaindonesia.com sbb :

Indonesia masih dihadapkan dengan permasalahan gizi buruk salah satunya adalah stunting pada anak. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis. Akibatnya anak lebih pendek dibanding anak-anak lain sesusianya. Lantas bagaimana cara mencegah stunting pada anak?

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar terbaru Kementerian Kesehatan setidaknya 30,8 persen balita di Indonesia memiliki tinggi badan tidak sesuai dengan usianya atau biasa disebut dengan stunting. Kekurangan gizi kronis tidak hanya berdampak terhadap gagal tumbuh secara fisik atau berat lahir rendah, kecil, pendek, dan kurus. Namun juga rentan terhadap gangguan penyakit tidak menular dan dapat menghambat pertumbuhan otak yang dapat mengganggu pertumbuhan motorik.

Konsumsi ikan dianggap sebagai salah satu solusi dalam penanggulangan pemasalahan gizi di Indonesia karena ikan merupakan sumber protein hewani yang dihasilkan oleh sumber daya alam di Indonesia dan Redtis berkontribusi dan menginspirasi untuk menyediakan ikan air tawar yang dibudidaya di lahan perkotaan. 

Gerakan Gemar makan ikan juga  merupakan jawaban dari masalah penanganan stunting, sehingga mampu berkontribusi menciptakan generasi Emas Bangsa Indonesia di masa mendatang.

Membaca hal tersebut diatas, gagasan yang dilakukan oleh Redtis merupakan sumbangsih pada upaya mendukung pemerintah melawan stunting. Inspirasi Redtis ini memungkinkan keluarga pembudidaya ikan nila mencukupi kebutuhan gizi keluarganya secara mandiri. 

Pada tahun anggaran 2022 ini anggaran dana desa khususnya desa desa di kabupaten Malang sudah menganggarkan 20 % untuk penangganan stunting. 

Salah satu sumbangsih Redtis adalah menjadi rekanan sosialisasi budidaya nila bioflok sebagai solusi menangani stunting. Contohnya desa Pakisaji kabupaten Malang telah menggandeng Redtis untuk turut berpartisipasi dalam penanganan stunting. Meskipun baru satu desa, namun gagasan ini menjadi sumbangsih bagi Redtis untuk menginspirasi banyak pihak untuk penanganan masalah stunting.

Sebagai usaha rintisan start up berbasis budidaya nila bioflok sistem intensif, Redtis terus berkarya dan berkolaborasi membangun lini usaha berbasis kemitraan dengan para pembudidaya plasma tidak hanya di wilayah Bakalan Krajan kota Malang, namun juga bermitra kolaborasi dengan petani plasma di luar kota Malang. Kurang lebih telah ada 100 kolam nila bioflok  diwilayah Bakalan Krajan Kota Malang dan ada Kurang lebih 200 kolam nila mitra binaan tersebar di kota lain, di kabupaten Malang, Jombang, Nganjuk, Surabaya, Blitar dan Tulungagung. 

Beberapa petani plasma dari beberapa wilayah di Jawa timur juga telah melirik potensi budidaya nila bersama Redtis. Tersebarnya sekmentasi pembesaran nila hingga ke luar kota ini merupakan bukti nyata bahwa budidaya nila bioflok itu memberikan kontribusi nyata dan bukan sekedar gagasan Abal Abal. Beberapa pihak termasuk konsumen dan restauran telah menjadi pelanggan setia dan membuktikan hasil panen dari Redtis memenuhi standar gizi, berkualitas dan terjamin mutu. 

Penataan management, skill up teknis budidaya dan investasi juga dilakukan secara profesional untuk menjadikan Redtis sebagai start up milenial berbasis budidaya nila bioflok. Tentu ini sebuah perjuangan yang dilakukan secara bersungguh sungguh. Semoga Redtis menjadi inspirasi bagi semua pihak untuk tumbuh berkembang secara profesional di masa mendatang.

Salam Sukses, Salam Redtis.

Malang, 30 Januari 2022

Ditulis oleh Eko Irawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun