Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Inspirasi Nila Farm #3: Membaca Peluang Budidaya Nila

19 Januari 2022   15:23 Diperbarui: 19 Januari 2022   15:33 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kolam bioflok lele juga menimbulkan pencemaran udara, warga sekitar kolam banyak yang komplain, karena bau. Belum lagi kualitas daging lele yang dikasih makan sembarang, termasuk ayam tiren, secara kualitas dan higienis tidak bisa diterima oleh standar restoran, apalagi untuk tujuan eksport. Dan saat waktu panen lele tidak dipanen, praktis lele akan makan memakan, karena lele bersifat kanibal. 

Jika dihitung waktu, budidaya lele menyita banyak waktu, seperti memisah lele berdasarkan bobot dan hal teknis lainnya. Itulah kenapa di kampung Nila Slilir memilih budidaya nila bioflok. Kenapa harus nila merah bioflok? Karena kolam tidak berbau, hemat pakan full pelet sehingga kualitas daging nila higienis, fcr pakan bisa ditekan dibawah 1,1 artinya 1 kg pakan, menghasilkan 1 kg daging ikan. 

Sistem budidaya pembesarannya mudah dengan hasil panen dijamin tidak bau tanah. Disana fokus pada nila merah, karena pangsa pasar nila merah lebih berkelas dan lezat saat diolah. 

Hal hal seperti ini perlu diperhatikan oleh pembudidaya baru, karena output panen adalah kunci sukses budidaya. Kualitas harus dijaga agar harga product bisa menembus segmen pasar yang berkelas. 

Tujuannya para pembudidaya menghasilkan panen berkualitas dan higienis, tidak sembarang panen atau asal pokoke panen, tapi hasil panen tidak diterima direstoran dengan harga pantas dan akhirnya ditampung tengkulak dengan harga murah.

 Wirausaha harus sama sama untung dan memberikan kesejahteraan pada para pembudidaya. Budidaya apapun, termasuk nila atau lele pasti punya cara dan trik agar output akhir, tetap memberikan keuntungan sesuai tujuan. 

Banyak yang sukses budidaya lele dengan kapasitas eksport, tentu mereka menguasai maping pangsa pasar dan menjaga kualitas panennya. Untuk skala rumahan dengan lahan sempit dan modal terbatas, kolam terpal nila bioflok bisa jadi solusi. Apapun jenis budidaya anda, terserah pada keputusan akhir pilihan anda. 

Demikian tiga hal pertimbangan awal sebelum terjun secara profesional dalam dunia entrepreneur budidaya ikan. Semoga menginspirasi dan selamat membaca artikel Sam Oke selanjutnya.

Salam sukses.

Malang, 19 Januari 2022
Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun