Jujur, pengakuan itu penting. Itu sangat berharga. Bagiku. Saat aku tak diakui. Seolah aku orang bodoh. Yang mengaku aku. Jadi kekasihmu. Tapi tak kau akui. Aku ada.Â
Saat Yang Maha Kuasa bertitah. Membolak balik hati yang gundah. Dan nanti kau menerimaku. Apa kata orang? Apa kata dunia.
Kenapa kau Malu menerimaku sekarang? Aku tak sama dengan cerita masa lalumu. Aku beda. Aku tak sama. Dan jangan samakan aku dengan seseorang. Ini jalan takdir yang beda. Aku ada untukmu. Tulus.
Mungkin ada yang kurang. Aku memang tak sempurna. Tapi jangan jadikan kekuranganku, untuk tidak mengakuiku. Kenapa?
Aku berusaha memahamimu. Aku berupaya mengerti dirimu. Aku tak peduli kata orang. Ini kita. Juang bersama. Mungkin kau takut. Kau ragu. Yang lalu gagal. Akupun gagal. Tapi ini lembar baru.
Kita tak lagi muda. Kegagalan dulu, bukan alasan memastikan gagal dimasa depan. Kita dipertemukan, karena ada tangan Tuhan. Ada rencana Illahi, menuju keajaiban. Bahwa cinta ini, bukan cinta dolanan.
Aku akan pantang mundur. Aku akan terus maju untukmu. Untuk bahagia. Karena aku menemukan dirimu. Menuju asa, berawal di Januari di titik 0 Jogja. Melangkah dari awal, untuk bahagia selanjutnya.
(Bersambung)
Malang, 17 Januari 2022
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H