Sayangku, aku tahu kau butuh kepastian. Akupun butuh jawaban. Sementara aku hanya mampu mengajakmu berjuang. Agar kelak ini jadi bahagia dari lelah kita. Ini hasil perjuangan kita. Agar kita nanti bisa menjawab, fitnah mereka itu biadab, dan kita membuktikan jalan jodoh cinta kita.
Tak bolehkah aku bahagia? Dilarangkah aku punya kekasih? Apakah mereka itu Tuhan, yang berkuasa mengatur nasibku? Sungguh mereka itu telah melampaui batas.
Januari dari titik 0 Jogja. Ini adalah awal pertarungan ego. Prinsip. Adu domba ini bukan dari kita, tapi dari mereka. Kita akan dijadikan tontonan. Materi rasan rasan orang kurang kerjaan. Pahala macam apa yang akan diberikan untuk manusia tukang fitnah?
Sampailah pada titik 0, dimana memulai kembali. Tak perlu debat kusir. Jalani saja apa adanya. Syukuri ada cinta, karena inilah awal bahagia berdua, denganmu.
Aku akan jadi air mengalir. Terus berjuang dalam siklus. Siapa yang bersungguh sungguh, akan menuai hasilnya. Aku sudah bosan jadi orang susah. Dan perjuangan ini, tulus. Bukan dolanan.
Kau mungkin masih tak percaya. Ini hanya kalimat kalimat. Aku rela ditolak saat tak punya bukti apa apa. Tapi saat doa penuh pengharapan dikabulkan Illahi, akankah takdir terindah ditolak?
(Bersambung)
Djogjakarta, 10 Januari 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H