Parameter sukses sebuah kampung tematik bukan diukur dari suksesnya sebuah event yang bersumber dari bantuan yang diperoleh. Bantuan dimaksud langsung pakai habis untuk gelar acara yang bersifat konsumtif, tanpa ada kontribusi nyata untuk keberlanjutan dari progres kampung itu sendiri. Bantuan itu bisa dari pemerintah, sponsorship, atau keswadayaan dari masyarakat setempat. Banyak kampung memperoleh nilai bantuan bernilai spektakuler, namun output bantuan tersebut sama sekali tidak menyentuh pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat. Masyarakat dan pegiat setempat hanya jadi penonton pasif yang tidak memperoleh manfaat apapun, kecuali infrastruktur sekitar kampung sudah tertata rapi, lingkungan bersih dan hal positif lainnya. Secara kasat mata kampung tersebut bisa dibilang sukses, namun silahkan ditanya pada para pegiatnya, apakah mereka sudah memperoleh apa yang dicita citakan dan apakah para pegiat tersebut punya power untuk mengembangkan inovasi selanjutnya. Hal hal ini harus dipikirkan para pegiatnya secara mandiri, jika masih menunggu bantuan, para pegiat ini dijamin tidak akan mampu berkembang.
Para pegiat ini harus punya inovasi yang laku dijual. Saat kampungnya menjadi destinasi wisata, para pegiat ini harus punya sektor ekonomi kreatif yang menopang kehidupan kampung itu sendiri. Seberapa kuat para pegiat ini harus merogoh kantong pribadi secara terus menerus untuk kegiatan sosial di kampung, sementara mereka bukan boneka manekin atau robot mekanis yang tunduk patuh pada suatu program. Mereka manusia, yang butuh hidup dan punya keluarga. Akankah mampu terus terusan dipaksa dalam prestise tersanjung sebagai pahlawan kampung tematik, tapi dia sendiri lapar? Anaknya menangis dan keluarganya berantakan.
Ini rangkuman kisah dari para pejuang dan pegiat kampung yang siang malam berjuang mewujudkan destinasi kampung tematik. Tolak ukur suksesnya kampung tematik, adalah pertumbuhan pemberdayaan ekonomi kreatif di dalam kampung itu sendiri. Didalamnya harus tumbuh lapangan pekerjaan yang menghidupi warga sekitar. Warung, guest house, pusat sovenir dan pusat oleh oleh serta kuliner harus memberi nilai pada masyarakat sekitar. Jika kampung tematik belum memberikan kontribusi pada ekonomi kreatif masyarakat sekitar, hal tersebut belum bisa dianggap sukses.
Bagaimana menurut anda, semoga program yang berbasis kampung ini memberikan kontribusi positif pada masyarakat sekitar.
Malang, 8 Januari 2022
Ditulis oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H