Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepotong Kenangan Desember

5 Januari 2022   13:49 Diperbarui: 5 Januari 2022   15:04 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum pulang meninggalkan Jogja, ingin kugores kisah tentang kita, pernah disana. Berdua setelah lama dalam kusutnya kisah. Dibuang sayang, kisah sepotong kenangan Desember di Jogjakarta.

Akan banyak berjuta kisah. Itu milik kita. Bukti bahwa bacot lambe turah para pengkritik, adalah sampah. Saat kita berdua disini. Mereka para keparat yang iri. Yang ingin merampok bahagia, milik sepasang kasmaran.

Dulu mau maunya dipermainkan para bajingan tengik. Yang mengorek ngorek hubungan kita. Untuk konsumsi ghibah para elit munafik. Sejatinya mereka iri, dan akan menari bahagia, diatas bangkai kesedihan, jika kita menuruti apa kata orang. 

Berapa jam ke depan, tahun baru akan menjelang. Ini bukan akhir, tapi awal tumbuh kembang, untuk kita. Untuk membuktikan pada para munafik buta, bahwa cinta kita ini titah Jodoh dari Yang Kuasa. Terkutuklah para pengkritik, instan karma menanti menghakimi, hadiah memfitnah orang tak salah tapi jadi bahan lezat ghibahmu.

 


Hidup ini untuk dinikmati. Disyukuri. Dijalani tanpa keluh kesah. Kita berdua, memang perlu sekali waktu pergi jauh dari semua itu. Keluar lingkaran dari para jawara pendusta. Yang menjual kisah kita, untuk menghakimi. Seolah mereka lupa berkaca diri. Sang bangsat biadab berjubah pembela, tapi merampok kebahagiaan insan kasmaran. 

Biarlah mereka jadi anjing yang menggonggong. Kafilah kasmaran tetap berlalu. Uruslah dirimu sendiri. Kau obok obok hidupku, demi puasnya hati iblismu. Sekarang hasilnya apa? Kami berdua tetap melangkah. Memberi bukti nyata bahwa perbuatanmu, hanya sampah para munafik dusta.

Beberapa hari ini, kita memang bolak balik di titik nol Jogja. Kita memang memulai dari nol lagi. Hingga malam tahun baru ini, kita kembali ke sana. Menikmati hidup, lepas merdeka dari kata orang.

Nol, ibarat impas. Dari titik nol adalah bahasa SPBU. saat isi bahan bakar hidup kita, diisi dari titik nol. Agar jelas transaksi hidup ini. Lupakan dan pendam masa lalu. Kita memulai hidup baru dari titik nol Jogja.

Duduk di bangku sambil berpegang tangan. Mengenang masa lalu. Menikmati hari ini. Dan merencanakan masa depan kita. Hidup bukan olok olok kepalsuan. Kita sama sama menua, haruskah kita jalan sendiri sendiri dan jadi tontonan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun