Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Desember 0 Km Jogja (Bagian 5)

31 Desember 2021   01:56 Diperbarui: 31 Desember 2021   01:58 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baca kisah sebelumnya di link : https://www.kompasiana.com/eko67418/61cc534c4b660d2c501c0673/desember-0-km-jogja-bagian-4

------------------------

Tibalah dipenghujung Desember. Esok itu sudah bulan baru. Tahun baru. Harapan baru. Bukan untuk terus terlena, tapi babak baru. Tak sendiri lagi. Tapi berdua denganmu. Dimulai dari titik 0 Jogja.

Desember akan jadi kenangan. Tahun depan, kita akan kembali. Menapak tilas langkah. mengenang kisah. Saat malu malu mengakui. Kisah jinak jinak merpati.

Langkah setiap jengkal di Jogja. Dari semangkok soto di jalan Mataram. Hingga berteduh di teras Musium Sono Budoyo. Nol km Jogja episentrumnya. Aku dan kamu dalam juang berdua.

Pagi itu kita sarapan diujung gang sebelah kampung sosrokusuman. Melahap kuliner Jogja, memulihkan raga. Setelah semalam memadu cinta. Yang dulunya seolah terlarang.

Kenapa tak sedari dulu, kita satukan rasa. Seolah hanya aku saja. Padahal cinta ini, ada aku. Ada dirimu. Tapi memang caramu mencintai aku itu, berbeda.

Mempertahankan prinsip dan ego. Ketakutanmu, bisa aku pahami. Aku itu memperjuangkanmu. Bukti sudah kau lihat. Untuk apa percaya pada bacot orang lain, ternyata cinta ini tidak salah.

Bapak dan ibu warung itu senyum senyum melihat kemesraan kita pagi itu. Kita memang pasangan tak lagi muda. "Kok anaknya mboten diajak?" Tanya sang ibu warung. " Nostalgia " jawab kami hampir serempak. 

Rasanya, jika dijogja itu. Ndak mau pulang. Disini saja. Tapi diawal Januari nanti, kita harus kembali. Memulai hidup baru ditempat asal. Banyak yang akan kita tata disana.

Kau sekarang bisa membuktikan ucapanku. Kubilang,"aku akan selalu ada untukmu." Itu bukan omong kosong. Gulung Koming aku memperjuangkanmu. Dan aku tak pernah kapok melakukannya.

Kita pun kembali menikmati pedestrian Malioboro. Hari ini kita akan kunjungi museum terbesar, setelah museum Nasional Jakarta. Kita kali ini, naik becak. Agar cepat sampai ke Sono Budoyo.

Tak disangka. Ini juga Jejak Thomas Karsten. Sang arsitek yang njawani, yang turut merancang Malang. 


Rugi ke jogja jika tak mampir ke Sono Budoyo. Disitulah rekam jejak peradaban Jawa. Orang Belanda sekaliber Thomas Karsten saja mau nguri nguri, kenapa kita Jawa tulen, malah cuek dengan budaya Jawa.

Aku memang mengajakmu mesra dengan museum. Bagiku museum adalah hidup. Sama seperti menulis. Tak menulis ibarat tak hidup. Dan museum adalah inspirasi kehidupan itu sendiri.

Hari ini ada, karena terjadi kisah lembar lembar kemarin. Kisahnya jadi sejarah, penuh kenangan. Barang barangnya, jadi artefak, koleksi museum. Itu bukan kuno. Tapi itu mbois lop ilakes. 

Mungkin kau harus terbiasa dengan passion ku. Kau harus bisa sinergikan diri, seperti aku menerimamu tanpa syarat. Tanpa alasan.

Kisah kita ini akan abadi. Karena ini kutulis. Kuabadikan dalam jejak langkah kita di Jogja. Aku dan kamu.

Masih ada waktu tersisa diawal Januari. Selepas nanti malam dialun alun Keraton Jogja. Nanti kita akan habiskan malam disana. 

Sungguh masih banyak kisah yang ingin kutulis. Tapi disini, cukuplah menepi. Titik nol km jadi saksi. Museum Sono Budoyo akan menyimpan janji. Tentang dua anak manusia. Bersama di Desember 0 km Jogja. Kita akan merindukannya.

Djogja, 31 Desember 2021

Ditulis oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun