Baca kisah sebelumnya di link : https://www.kompasiana.com/eko67418/61cc534c4b660d2c501c0673/desember-0-km-jogja-bagian-4
------------------------
Tibalah dipenghujung Desember. Esok itu sudah bulan baru. Tahun baru. Harapan baru. Bukan untuk terus terlena, tapi babak baru. Tak sendiri lagi. Tapi berdua denganmu. Dimulai dari titik 0 Jogja.
Desember akan jadi kenangan. Tahun depan, kita akan kembali. Menapak tilas langkah. mengenang kisah. Saat malu malu mengakui. Kisah jinak jinak merpati.
Langkah setiap jengkal di Jogja. Dari semangkok soto di jalan Mataram. Hingga berteduh di teras Musium Sono Budoyo. Nol km Jogja episentrumnya. Aku dan kamu dalam juang berdua.
Pagi itu kita sarapan diujung gang sebelah kampung sosrokusuman. Melahap kuliner Jogja, memulihkan raga. Setelah semalam memadu cinta. Yang dulunya seolah terlarang.
Kenapa tak sedari dulu, kita satukan rasa. Seolah hanya aku saja. Padahal cinta ini, ada aku. Ada dirimu. Tapi memang caramu mencintai aku itu, berbeda.
Mempertahankan prinsip dan ego. Ketakutanmu, bisa aku pahami. Aku itu memperjuangkanmu. Bukti sudah kau lihat. Untuk apa percaya pada bacot orang lain, ternyata cinta ini tidak salah.
Bapak dan ibu warung itu senyum senyum melihat kemesraan kita pagi itu. Kita memang pasangan tak lagi muda. "Kok anaknya mboten diajak?" Tanya sang ibu warung. " Nostalgia " jawab kami hampir serempak.Â
Rasanya, jika dijogja itu. Ndak mau pulang. Disini saja. Tapi diawal Januari nanti, kita harus kembali. Memulai hidup baru ditempat asal. Banyak yang akan kita tata disana.