Ya, ibuku. Yang mengasuhku sejak kecil. Yang membela aku saat aku disakiti. Yang mengajari aku baca tulis. Bicara. Berjalan. Semua peran ibuku.
Ibuku, tak pernah rela aku sengsara. Doa ibuku selalu dikabulkan semesta. Jangan lawan, jangan sakiti dia. Karena ibu ingin anaknya, jadi yang terbaik.
"Kau ingat amanatnya Anandaku?" Tanya MPU Purwwa. "Beliau sudah ada di swargaloka. Buat beliau tersenyum. Jalankan amanatnya. Perjuangkan. Itu doa terbaik ibumu. Agar kau memperoleh bahagia."
Ibuku memang telah meninggalkan dunia ini. Tapi doa doanya membuka rahasia stri Nareswariku sendiri. Takdir jodohku selanjutnya. Perjuangan untuk bersamanya. Dalam kisah asmaraloka sejati.
"Katresnan itu harus diperjuangkan anandaku. Seorang wanita utama itu, akan menentramkan hatimu"
"Jaga dia, caranya memang beda dengan wanita pada umumnya pada jamanmu. Dia menyembunyikan cintanya. Secara Rahasia."
"Dia berwatak ksatria. Penuh tanggung jawab. Bisa dan mampu menjaga kehormatannya. Termasuk kehormatanmu Anandaku."
"Dia akan jaga aibmu. Jika ada wanita yang obral aibmu, khususnya pada lelaki lain, buang saja dia. Dia tidak menghormatimu. "
"Apalagi dia memuji muji lelaki lain. Sebagai lelaki utama. Dan tunduk patuh pada lelaki lain. Untuk memperalat kamu. Menipu kamu. Untuk senang sendiri. Sungguh bumi langit akan jadi saksi. Siapa yang akan memetik buah karma."
"Stri Nareswari menjaga kehormatannya. Jika dia berikan kehormatannya pada orang lain, derajatnya sudah sekelas anjing. Masih mulia pelacur. Apalagi menghina tresnomu tai, siapa yang tai anandaku?"
"Nanti dia akan bilang khilaf. Lupa. Dulu terkena sihir asmara gila. Dan sekarang sudah tidak mikir itu lagi. "