Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Stri Nareswari #5: Sang Putri dari Purwwa

8 Desember 2021   14:30 Diperbarui: 8 Desember 2021   14:33 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stri nareswari #5/dokpri

(Baca kisah sebelumnya di sini)

Menembus ruang waktu. Hingga jauh ke masa Pra Tumapel. Serasa jadi wisatawan. Melihat kembali dalam bingkai sejarah. Yang mulai lusuh. Dan dilupakan.

Urgensi masa lampau. Tak selalu usang untuk dibahas kembali. Untuk kebaikan hari ini. Tentang Tauladan Wanita Utama. Sang Stri Nareswari.

Renungan yang terus berlanjut. Dalam pendapat para cerdik pandai. Menyelam dalam untaian sejarah. Mencarimu. Menemukanmu. Sang Wanita utama. Yang di ulas Pararaton. 

Andai ini diliput infotainment. Bisa dikilas balik di YouTube. Budaya literasi itu penting. Merekam jejak masa, tentang suatu masa. Sebuah keemasan. Kejayaan. Yang telah dilupakan.

Stri Nareswari. Bukanlah omong kosong. Biarlah CC. Berg menganggap dirimu hanya fiksi. Hanya hidup dalam susastra Pararaton. Tapi siapakah yang melahirkan para raja besar Jawa, jika kau hanya fiksi belaka.

Itulah buah dari lemahnya literasi. Citralekha yang entah hilang, atau disembunyikan. Ini bukan mitos. Bukan dongeng. Kau pernah ada. Sang Putri dari Purwwa.

Akupun mengikuti rombongan pasukan berkuda. Dusun dusun kuno dengan nama pohon kami lalui. Jalanan ditata pecahan batu, membuka langkah kuda kuda perkasa.

Inilah masyarakat sukun. Yang gagah perkasa. Regol besar menyambut. Bale besar dijaga ksatria. Semua tampak gembira. Dengan hidangan aneka rupa.

lumaga śatruni kabuyutan. Itulah kata kunci dari sebuah prasasti. Bernama prasasti Sukun. bertarikh 1083 S (1161 M). 

Isi prasasti ini sendiri menceritakan tentang raja Śrī Jayāmərta yang mendengar ketaatan penduduk daerah Sukun setelah berusaha sekuat tenaga untuk membela sri maharaja dengan cara memerangi musuh kabuyutan. Karena alasan itulah, maka raja memerintahkan untuk memberi hak-hak istimewa kepada penduduk Desa Sukun.

Ya, ternyata aku datang ditahun 1161. Di desa Sukun.  811 tahun kemudian, Aku dilahirkan ibuku disebuah puskemas kecil, yang sekarang masuk kelurahan sukun. 

Suara Gending menyambut para tamu. Para muda mudi berparas rupawan menyambut tamu agung hari itu. Yang memuliakan sukun sebagai Wanua swatantra. 

Sang Maharaja Jenggala Manik, raja Śrī Jayāmərta didampingi para punggawa tampak berwibawa. Didampingi sesepuh yang sangat berwibawa, Sang Mpu Purwwa.

Sang Mpu, tampak tertarik akan hadirku. 

"Ananda, datang dari waktu yang jauh, tapi dari tlatah yang sekarang kita injak ini," sapa Mpu purwwa memulai berbicara. Iya, aku jadi seorang time traveller. Wisatawan milenial, yang menembus ruang sejarah masa lalu. Kotaku. Ditempat, dimana aku dilahirkan.

"Engkau pasti ingin bertemu putriku, Anandaku." Kata Mpu Purwwa. "Kau sedang mencari Stri Nareswari, amanat ibumu anandaku." Sapa beliau ramah sambil duduk di sebelahku. 

Sang Mpu bertafakur. Matanya melihat jauh diruang hampa. Ia seperti khawatir melihat peristiwa besar yang akan segera terjadi.

" Kau sudah tahu anandaku. Biarkan sang waktu menjawabnya. " Katanya sambil memegang erat pundakku. Iya, aku memang tahu peristiwa apa yang akan terjadi. Karena aku datang dari masa depan. Tapi aku berusaha menyimpan enigma takdir. 

"Engkau kuijinkan bertemu dengan putriku. Dialah Sang Putri dari Purwwa"

"Bukan putriku takdirmu, tapi kelak 812 tahun lagi, putriku akan menitis padanya. Lahir untuk menjadi takdirmu. Tapi kau baru menemuinya 858 tahun lagi dari sekarang. " Terawang sang Mpu, memberikan winarahnya. 

"Semangat ya Anandaku. Engkau akan menjadi sang citralekha, yang mencatat tafsir baru hingga ke masamu. Temukan stri nareswari takdirmu sendiri. Sang Hyang Maha Agung, sudah mencatat margasmaramu. " Pesan sang MPU Purwwa. 

Acara penganugerahan Wanua swatantra sukun hampir usai. Para pemuda kesatria dari sukun,  Gurung Gurung, Slilir, paniwen, Kepuh, Janti, panjara, kubu kubu dan pemuda kabuyutan Wara Giri tampak bersuka ria.

"Hadirin semua, sebelum nanti kita ke Panawijen, kita akan menyusuri sungai suci, sungai Metro, hingga ke Jenggala. Kita jalan jalan ke kota raja Jenggala Manik. Kita akan ditemani Ken Nawak citralekha. Mari anandaku," 

Begitulah sang raja Śrī Jayāmərta mengumumkan kegiatan selanjutnya dan memperkenalkan diriku sebagai Ken Nawak Citralekha, sang time traveler penulis stri Nareswari.

Akupun mengikuti langkah langkah mereka. Menikmati setiap alurnya. Berjalan hingga bertemu Stri Nareswariku sendiri... Kelak akan bertemu dengannya, 858 tahun dari kelanaku bersama sang raja Śrī Jayāmərta.

Tlatah Bumi Sukun, 8 Desember 2021

Ditulis oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun