Isi prasasti ini sendiri menceritakan tentang raja Śrī Jayāmərta yang mendengar ketaatan penduduk daerah Sukun setelah berusaha sekuat tenaga untuk membela sri maharaja dengan cara memerangi musuh kabuyutan. Karena alasan itulah, maka raja memerintahkan untuk memberi hak-hak istimewa kepada penduduk Desa Sukun.
Ya, ternyata aku datang ditahun 1161. Di desa Sukun. 811 tahun kemudian, Aku dilahirkan ibuku disebuah puskemas kecil, yang sekarang masuk kelurahan sukun.
Suara Gending menyambut para tamu. Para muda mudi berparas rupawan menyambut tamu agung hari itu. Yang memuliakan sukun sebagai Wanua swatantra.
Sang Maharaja Jenggala Manik, raja Śrī Jayāmərta didampingi para punggawa tampak berwibawa. Didampingi sesepuh yang sangat berwibawa, Sang Mpu Purwwa.
Sang Mpu, tampak tertarik akan hadirku.
"Ananda, datang dari waktu yang jauh, tapi dari tlatah yang sekarang kita injak ini," sapa Mpu purwwa memulai berbicara. Iya, aku jadi seorang time traveller. Wisatawan milenial, yang menembus ruang sejarah masa lalu. Kotaku. Ditempat, dimana aku dilahirkan.
"Engkau pasti ingin bertemu putriku, Anandaku." Kata Mpu Purwwa. "Kau sedang mencari Stri Nareswari, amanat ibumu anandaku." Sapa beliau ramah sambil duduk di sebelahku.
Sang Mpu bertafakur. Matanya melihat jauh diruang hampa. Ia seperti khawatir melihat peristiwa besar yang akan segera terjadi.
" Kau sudah tahu anandaku. Biarkan sang waktu menjawabnya. " Katanya sambil memegang erat pundakku. Iya, aku memang tahu peristiwa apa yang akan terjadi. Karena aku datang dari masa depan. Tapi aku berusaha menyimpan enigma takdir.
"Engkau kuijinkan bertemu dengan putriku. Dialah Sang Putri dari Purwwa"
"Bukan putriku takdirmu, tapi kelak 812 tahun lagi, putriku akan menitis padanya. Lahir untuk menjadi takdirmu. Tapi kau baru menemuinya 858 tahun lagi dari sekarang. " Terawang sang Mpu, memberikan winarahnya.