Inilah salah satu bagian dari hasta dasa parwa (18 bagian) kisah Mahabharata. Tentang Pandawa bermain dadu. Tentang bagaimana Dewi Drupadi menjaga kehormatannya. Menjaga suaminya. Berjuang untuk kebahagiaan.
Dan itu ada di panel relief Jajaghu. Didepanku.
Idemu memilih dia sebagai suami baru. Polyandri ala Dewi Drupadi. Bisakah, mampukah. Sementara alasanmu balas dendam. Untuk tuduhan salah yang tidak kulakukan. Penghakiman sepihak atas nama cinta dan nafsu. Kau tak terpisahkan bersama dia, selingkuhanmu.
Iya, ini sejarah kelam hidupku. Seolah dijawab wayang watu. Panil Mahabarata. Tentang Dewi Drupadi. Kau anggap petunjuk ini mubazir. Kuno. Tak modern. Tapi panil ini menjawabmu, tentang nafsumu mengalahkan warasmu.
Akupun bertarung gila. Melawan diri sendiri. Jika kau stri nareswariku, kau mungkin tak akan gila. Wanita bersuami dua. Ide siapa. Saran siapa.Â
Bukan renungan biasa. Saat kupusing melihat tingkah polahmu. Kau ini seorang ibu. Tapi kenapa yang berburu kepuasan? Ada cara halal. Direstui Semesta. Tapi kau lakukan durjana. Memilih cara haram. Cara binatang.
Bangganya dirimu disukai banyak lelaki. Sungguh urat malumu telah putus. Kongslet. Kau lupa sudah bersuami. Punya tanggung jawab. Tapi nafsu bintangmu, mengalahkan logikamu.
Apakah aku Tunggul ametung? Yang akan ditikam Kebo ijo petang itu. Atas suruhan dia. Ken Anggrok. Sang Amurwabumi. Demi utamanya Stri nareswari. Yang akan dirampok lelaki selingkuhanmu? Agar kau bahagia bersamanya?
Kehormatanmu itu stri nareswariku. Itu yang kau obral gratis pada lelaki bajingan pujaanmu. Kau masih mulia pelacur. Masih dibayar. Tapi dirimu? Masih keluar uang. Demi dia. Kau peras aku untuk dia. Sementara dia, tertawa ngakak diatas ranjang, menikmati tubuhmu.
Seharusnya dia kesatria. Yang menjaga mulianya dirimu. Tapi dia malah merampok yang dijaganya. Untuk nikmatnya sendiri. Gratis, tak bayar , tapi minta dibayar. Demi perbuatan haram, kau peralat stri nareswariku. Untuk nikmat sesaat, berbuah sengsara. Dunia akhirat.
Dan kau minta dibenarkan. Kau Galang semua manusia untuk membenarkan dendammu. Kau buat cerita settinganmu. Seolah malaikat lalai tak mencatat bejatmu. Padahal sandiwaramu basi. Ditertawakan langit bumi. Terekam dalam ruang waktu. Kau lakukan. Sembunyi. Suka sama suka. Dibalikku. Dengan riang gembira mereguk surga. Bersama selingkuhanmu.