Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Itu Harus Punya Ini

8 November 2021   17:03 Diperbarui: 8 November 2021   17:24 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
D oke garage Eko Irawan

Kembali ke artikel Inspirasi Eko Irawan, saya kembali membagi tips penulis itu harus punya ini. Kenapa harus punya? Karena dengan ini, penulis itu jadi punya kemampuan unik dalam proses kreatifnya. Artikel ini bukan dalam rangka pamer, tapi merupakan proses belajar bersama sesama penulis berasal dari pengalaman. 

Bagaimanapun juga, penulis senior pun juga mengalami mati ide, ragu ragu berkepanjangan dan tulisannya tidak pernah rampung. Wall hasil, masuklah ke laci. Iya kalau ditemukan kembali, kalau hilang? Itulah suka duka penulis. Berikut mari kita bahas bersama.

1. Punya kebiasaan Membaca 

Penulis yang malas membaca, dia tidak punya cukup kemampuan untuk menjawab sebuah ide, gagasan dan opini yang disampaikannya berdasar pada apa dan bagaimana menurut kacamata keilmuan. Misal saya menulis tentang stri nareswari. 

Jika saya tak membaca literatur tentang Ken Dedes, selaku stri nareswari yang tercatat dalam sejarah, maka saya bisa jadi menjadi goblog mendadak saat ditanya dari mana infonya. 

Anda penulis ngawur? Penafsiran sendiri? Dan bla Bla bla. Ide itu saya dapat setelah membaca paparaton, negara kertagama dan mengikuti diskusi dengan mereka yang sudah ahli. 

Membaca itu penting, tapi rajin membaca tak menulis, ilmu yang anda dapat akan muspro. Sia sia. Ibaratnya anda akan jadi unta yang membawa banyak buku di punggungnya, tapi hanya beban membawa tanpa tahu manfaat dari buku yang dibawanya. Tak mau jadi unta? Maka menulislah. 

2. Punya Hobby 

Saat saya SD saya ditanya ibu Guru, hobbymu apa? Membaca. Sejak kecil, saya rela puasa dan tidak jajan demi bisa membeli sebuah buku. Saya harus berkaca mata tebal, juga karena Hobby saya membaca buku siang malam. 

Sehobby Hobbynya saya membaca, ternyata ada titik jenuhnya. Bosan juga membaca tanpa tahu apa yang kita cari. Kita hanya paham dalam ranah diri kita pribadi. Sebelum saya menulis, saya seperti onta tadi. Hanya kolektor buku, tapi tidak menginspirasi.

 Namun setelah Hobby menulis saya punya wadah, dunia buku kembali jadi api inspirasi. Namun Hobby apa yang akan dijalankan seorang penghobby penulis untuk membuat dirinya tetap eksis berkelanjutan menulis? 

Ternyata penulis juga perlu punya Hobby lain diluar dunia kepenulisannya. Hobbynya berbeda beda. Bagi penulis kuliner, harus punya Hobby makan. Biar tahu rasanya. Penulis sejarah, harus punya Hobby jalan jalan ke situs sejarah. 

Penulis fiksi, harus sering nonton pagelaran karya sastra. Bahkan untuk memelihara kemampuan fiksinya agar tetap hidup, penulis harus punya Hobby bermain seperti masa anak anak. 

Saya berusaha menjaga kemampuan fiksi saya dengan menjadi seorang diecaster. Mungkin lucu saja, bapak bapak kok masih beli mainan mobil mobilan. Sepertinya masa kecil tidak bahagia. Bahkan didalam tas saya juga ada diecast. Enjoy saja.

D oke garage Eko Irawan
D oke garage Eko Irawan

Dari koleksi yang saya beri nama d'oke Garage ini saya belajar seni fotografi makro. Karena hanya kolektor diecast saja, ternyata tidak bisa banyak cerita jika tidak dikemas dalam seni fotografi. Itu saya, tentu lain dengan anda.

3. Punya dan gabung komunitas 

Saat menjadi penulis terasing, saya membayangkan seorang Pram. Bagaimana dia mampu menulis tentang Arok Dedes saat dibalik jeruji penjara. 

Saya saat paket data ludes, hape saya off line, saya serasa terasing. Sudah jauh dari buku, jauh dari koleksi Hobby yang menumbuhkan semangat, jauh dari orang terkasih, sendirian lagi.tak bisa online medsos dan browsing,  Ternyata saya tak bisa berkarya. Saya jadi terasing. 

Kenapa ya? Karena saya masih makhluk sosial yang perlu bermasyarakat. Jadi sebagai penulis, buat atau bergabunglah dengan komunitas yang buat dirimu nyaman. 

Memang ada sih, komunitas yang bikin kamu tambah mati gaya. Misal komunitas reuni yang menjadikan kamu sebagai objek bully. Dimana ajang pamer kekayaan, perjalanan luar negeri dan makanan mahal. Bagi saya itu bukan komunitas mendidik, tapi sampah. Dasar agama manapun, melarang pamer dan kesombongan. Betul bukan?

Saya berkomunitas, karena disitulah panggung aktualisasi karya kita. Persaingan didalamnya untuk menumbuhkan motivasi. Game game kecil didalamnya untuk membangun sinergi. Dalam komunitas, cobalah bisa berempati dan mensupport satu dengan lainnya. Misal saya menulis dan saya share di group whatapps. 

Entah mereka malas atau ada sentimen pribadi, itu diluar konteks. Ternyata direspon saja tidak. Padahal apa sih susahnya saling ngelike.... Kasih apresiasi. Kan bisa mendongkrak kapasitas dari karya teman kita sendiri. Jika takut kesaingan, to lucu. Lha, sama sama punya passion sendiri. Itu contoh betapa penting sosialisasi penulis dalam komunitas.

4. Punya Me Time 

Kenali diri anda sendiri, dan berbahagialah dengan pribadi anda sendiri. Me time, itu ajang diri kita kenal akrab pada diri sendiri. Kita dalam menulis, mungkin bisa copy paste style penulis idola. Tapi kamu akan jadi pengikut doang. Tak punya gaya. Padahal setiap manusia itu diciptakan dengan keunikan tersendiri lho. 

Kenapa keunikanmu tidak kau maksimalkan? Me time adalah cara pintar jadi diri kamu sendiri. Sempatkan diri mengenali siapa dirimu. Jika kamu tak kenal dirimu sendiri, orang lain akan gagal mengenal siapa kamu sebenarnya.

Kurang lebih inilah 4 hal yang harus dimiliki penulis. Semoga menginspirasi.

Malang, 4 November 2021

Oleh Eko Irawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun