Saya adalah penikmat heritage. Kapasitas saya sebagai Ketua Museum Reenactor Ngalam di kota Malang, ternyata membawa saya pada banyak kisah perjalanan dan bertemu dengan banyak orang dengan berbagai latar belakang profesi, pendidikan dan keminatan.Â
Banyak lokasi bertema heritage menjadi destinasi pilihan untuk merekam jejak kisahnya baik melalui foto, tulisan dan sebagai penikmat haritage, tentunya harus turut hadir menikmati suasana heritage yang dibangun.Â
Ini bukan sekedar kongkow ngopi di sebuah lokasi, namun sebagai penulis, tentu banyak sense and passion yang bisa diketemukan, dirasakan ada atau bahkan hilang dari tempat dimaksud. Membangun suasana haritage itu tidak bisa parsial, tapi harus terintegrasi dalam suatu ekosistem. Inilah hal menarik yang akhirnya saya tulis disini.
Apakah heritage itu?
Berikut ini adalah penjelasan dari arti kata heritage berdasarkan Kamus Bahasa Inggris – Indonesia Online adalah:
Arti kata heritage dalam Kamus Bahasa Inggris – Indonesia adalah kb. warisan, pusaka. our cultural h. kebudayaan yang kita/kami warisi.
Kata haritage lekat dengan peninggalan tertentu dari suatu kebudayaan di suatu daerah, baik berupa budaya ragawi atau non ragawi yang hingga hari ini masih bisa kita temui dan dikembangkan disuatu kawasan.Â
Bentuk budaya ini bisa berupa bangunan fisik seperti situs, punden, artefak, candi hingga bangunan eks kolonial, namun bisa pula berbentuk  logat, cara berpakaian, adat istiadat, makanan, seni tari dan bentuk kebudayaan lain yang masih tetap ada hingga sekarang. Upaya pelestarian haritage ini sudah dirintis dan dikembangkan dibeberapa kota hampir di seluruh dunia, salah satunya di kota Malang.Â
Keberadaan kampung haritage kayutangan adalah salah satu embrio nguri nguri agar tetap lestari dan dikenal hingga anak cucu. Tema haritage ini juga banyak diusung kampung tematik di kota malang yang giat mengangkat potensi kampung menjadi destinasi wisata yang menarik dan khas kota malang.Â
Kampung sejarah dengan museum Reenactor adalah contoh melestarikan tradisi dan nilai nilai perjuangan kemerdekaan khususnya di malang. Disana dilakukan riset sejarah berbasis live historical Reenactment, yaitu sebuah metode mengenalkan kembali makna semangat perjuangan bangsa melalui kegiatan kegiatannya. Metode ini sangat intens meneliti fakta sejarah otentik hingga ke kehal hal sepele seperti bentuk dan motif kain yang digunakan pada masanya.Â
Jadi inilah yang patut dibanggakan karena ini satu satunya museum Interaktif ala historical Reenactment  dan di Indonesia hanya ada dimalang. Hal hal mengenai perjuangan kemerdekaan tak hanya di kota malang banyak diteliti secara detail, dan hasil karya yang dirintis sejak 2007 itu bisa disaksikan di Museum Reenactor Ngalam di kelurahan Sumbersari kota malang.Â
Perjalanan haritage ala Reenactor ini tidak melulu di kampung Sejarah, dimana sumbersari pada masa agresi adalah markas komando gerilya kota, tapi juga merambah hingga Surabaya, jogjakarta, Semarang, Bandung dan Jakarta.Â
Di malang sendiri, Reenactor sudah support gelaran Malang Tempo dulu, sebuah giat unik yang dilaksanakan beberapa waktu lalu di kota malang. Bahkan dandan ala Reenactor ini jadi semacam life style para Reenactor, termasuk penggunaan jaket ala pejuang hingga model sepatu. Jadi keaktifan Reenactor di kota malang bukan tiba tiba muncul, tapi sudah dirintis sejak 2007.
Membangun Ekosistem itu...
Pejuang haritage ala Reenactor ini bukan ide murahan, karena untuk dandan lengkap dari topi hingga sepatu, ternyata butuh biaya lumayan besar. Reenactor Ngalam ini dibangun secara swadaya oleh Reenactor sendiri termasuk kegiatan kegiatannya. Untuk gedung dan tanah yang digunakan untuk museum, merupakan Asset dari Pemkot Malang yang diberikan pada kampung sejarah sebagai salah satu pemenang lomba kampung tematik di kota malang.
Pengalaman adalah guru terbaik, dan pengalaman impresi pejuang ini kami rasakan hampir disemua kota bertema haritege di pulau Jawa. Saat kami di Jogja dengan dandan ala pejuang, banyak wisatawan meminta foto bersama kami dan menjadikan kami bak foto model. Disurabaya, solo, Semarang, Ambarawa hingga Jakarta apresiasi ini kami dapatkan sambutan meriah. Namun di kota sendiri, saat kami mengadakan tour foto session di  kayu tangan, dijantung Malang city of haritage, ternyata tak ada yang ngajak kami foto bersama. Hanya beberapa orang yang melakukannya. Kenapa ya?
Saya memang merasakan ekosistem dengan atmosfer yang berbeda saat tampil di kota sendiri. Apresiasi, sosialisasi dan pengenalan menurut saya belum sampai pada esensi menciptakan sebuah ekosistem yang nyaman untuk berkarya. Kami sadar, tanggung jawab ini tidak akan mampu diletakan dipundak Reenactor sendiri yang notabene berswadaya dari kantong sendiri. Tentu dimasa mendatang, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk mengangkat potensi para pejuang haritage ini menjadi sesuatu yang membanggakan.Â
Membangun sebuah ekosistem haritage memang tidak bisa parsial, tapi harus terintegrasi dari semua unsur. Kolaborasi cantik tapi pemberdayaan semua unsur adalah cara menumbuhkan kegiatan yang lebih menarik di masa mendatang.
Untuk sebuah drama teatrikal berdurasi 10 menit, agar senapan Reenactor bisa berbunyi, dibutuhkan dana kurang lebih 2 jutaan. Itu hanya untuk membeli mercon jenis tertentu dan aman digunakan. Itu tak bisa kami lakukan sendiri jika harus ditalangi biayanya secara swadaya. Hal ini contoh masuk akal sebuah ekosistem harus dibangun sejak awal , salah satunya saling memahami dari para pegiat dan potensi yang ingin ditampilkan. Atraksi epic seperti yang dilakukan saat parade juang Surabaya, merupakan contoh study bahwa kegiatan haritage tetap punya pangsa pasar menarik dan salah satunya peran dari pejuang heritage ini bisa diperankan oleh Reenactor.
Tulisan ini hanya satu sumbangsih dari Reenactor Ngalam terhadap pengembangan haritage di kota malang. Semoga pandemi segera berlalu dan giat ini bisa kembali dikembangkan dan menjadi ikon unik menjadikan malang sebagai kota Pejuang.Â
Semoga tulisan ini menginspirasiÂ
Malang, 25 Oktober 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H