Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Lulus Kuliah Cari Kerja? Kok Tidak Jadi Entrepreneur?

20 Februari 2021   18:27 Diperbarui: 20 Februari 2021   18:30 1059
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini terinspirasi dari curhat seorang teman. Anaknya laki laki, lulusan sarjana tehnik komputer dari universitas terkenal dan sekarang kerja di toko rokok elektrik sebagai pramuniaga. Gajinya minim dibawah UMR dan kerjanya full day. Salah sedikit, dimarahi juragan. Sekarang sudah tidak kerasan. Minta dicarikan lowongan kerja apa saja. Yang penting kerja, biar tidak malu sama tetangga. 

Cerita cerita seperti ini sudah sering kita dengar dimasyarakat. Setelah lulus, berlomba lomba masuk ke dunia kerja. Melamar kesana kemari, cari lowongan kerja. Kadang menunggu lowongan PNS, sampai tua rela jadi honorer di gaji seikhlasnya. Padahal orang tuanya susah payah bayar mahal untuk biaya pendidikan perguruan tinggi. Harapannya agar anaknya jadi orang. Namun, setelah lulus, sama saja. Kerja apa adanya. Yang salah siapa?

Fenomena apakah ini? Lulus sarjana seharusnya sudah punya ilmu dan pengalaman lebih mumpuni dibanding lulusan SMA. Jika lulusan SMA kerja apa adanya masih bisa dimaklumi, namun ini sarjana brow. Why?

Artikel berikut mencoba mencari jawaban dari fenomena ini, dan semoga menginspirasi lulusan sarjana agar menemukan passion yang cocok bagi dirinya, sebagai tiket meraih sukses gemilang bagi masa depannya.

Kuliah adalah Bekal Pengalaman

Sistem pemilihan jurusan dan kesesuaian bakat minat masuk ke perguruan tinggi sering diabaikan, sehingga banyak mahasiswa hanya sekedar kuliah. Yang penting kuliah. Milih jurusannya salah. Tidak ada bakat minat dijurusan itu. Selama proses pembelajaran, tersiksa dan memaksakan diri karena tidak punya passion dijurusan itu. Hasilnya hanya sekedar lulus. Ijasahnya tidak laku didunia kerja. Karena secara keahlian, dia kurang menguasai karena pelajarannya saja sudah tidak suka, bagaimana bisa ahli dibidang itu?

Seorang teman, lulus jurusan pertanian dengan fokus ilmu tanah. Sekarang kerja jadi admin akutansi kantor di perusahaan rokok. 

Teman yang lain, lulusan sarjana hukum, namun endingnya jadi ustad dan guru ngaji.

Bahkan teman yang lain, baru lulus dari jurusan sejarah, bukan mengembangkan diri di dunia kesejarahan, tapi malah jadi sopir.

Saya pribadi dari pendidikan guru jurusan PPKn tapi tidak jadi guru sekarang malah menjadi pegiat museum dan sejarah.

Dan banyak lagi contoh, bahwa asal kuliah dan memaksakan diri kuliah tapi tidak sesuai bakat minat, setelah lulus hasilnya Zong. Kita tidak ahli dibidang yang kita tidak menyukainya. Ditest keilmuan dibidang tsb, kita dianggap karbitan karena jelas plonga plongo. Terus untuk apa bayar mahal kuliah di perguruan terkenal jika hasilnya memalukan?

Kesimpulannya, jika kuliah, milih jurusannya harus sesuai bakat minat. Agar kelak tidak menyesal dan buang buang biaya untuk kuliah yang kita tidak suka. Kedua anggap kuliah adalah bekal pengalaman pendewasaan diri. Selama kuliah, jangan hanya kuliah melulu. Ada kegiatan ekstra yang mengembleng peningkatan kapasitas mu disana. Misal kelompok penulis, inkubator entrepreneur atau organisasi kepemimpinan. 

Pola Pikir Entrepreneur 

Entrepreneur adalah solusi masuk akal bagi anak muda untuk sukses sejak muda. Sukses tidak harus menunggu tua brow. Kisah crazy rich asal Malang yang beli jet pribadi merupakan sosok entrepreneur yang memulai kiprah sejak Muda. Banyak inspirasi muda sukses, layak kamu pelajari sejak dini.

Jangan ngomong tidak bisa. Jika belum mencoba sudah bilang tidak bisa, artinya kamu sedang berdoa bermohon agar gagal dan pasti tidak bisa dan celakanya itu dikabulkan.

Jangan ngomong itu nasib. Ingatlah, Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang, jika orang tersebut tidak mau merubah nasibnya sendiri. 

Orang yang berpola pikir negatif, suksesnya jauh. Karena doanya negatif. Hasilnya juga negatif.

Pola pikir entrepreneur adalah Wira usaha kreatif dari passion kamu sendiri. Selama kuliah dan selagi muda, cobalah berpikir besar. Namun sayang banyak para muda berpikir setelah lulus cari kerja, ikut orang. Tidak mau ribet, digaji minim terima saja sebagai nasib. Sudah sekolah tinggi mikirnya masih inlander gitu brow? Masya Allah. 

Sekarang banyak inspirasi muda yang sudah meroket. Jadi youtuber top atau jadi penulis hebat. Salut pada mereka. 

Saya pun merasa terlambat karena belajar entrepreneur baru sekarang dan itupun belum sukses sukses amat. Tapi kemauan belajar ini wajib dimiliki, apalagi yang masih muda.

Peluang entrepreneur itu terbuka luas. Jangan dikit dikit pesimis dan gampang menyalahkan pemerintah jika kamu sendiri malas usaha. Cobalah peka lingkungan dan lihat peluang disana.

Selamat mengeksplore jiwa entrepreneurmu mulai sekarang. Jangan ditunda, jangan pesimis dan jangan memutuskan sesuatu pasti gagal sebelum mencoba. Jadilah pelopor start up bisnismu sendiri. Jadilah yang terdepan, bukan pengikut atau pengekor. Tak ada kata terlambat untuk memulai, karena Man Jadda Wa Jadda, siapa yang bersungguh sungguh akan memetik hasilnya. 

Malang, 20 Februari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun