Tapi kamu senang berkonflik. Yang susah, kamu sendiri. Kamu tebar benih benih masalah. Kau cari dukungan. Agar semua orang, menuding aku bejat. Padahal apa gunanya? Mereka orang luar yang tak punya kuasa.
Inilah percaturan cintamu. Silahkan, aku tak akan melawan. Aku pasrah. Drama ini sia sia. Tapi demi kepuasan dendammu, silahkan saja. Dibalik ini, pasti ada keadilan.
Jika aku balas, hanya ukuran manusia. Tapi jika azab Allah yang bicara, dusta apa lagi yang akan kau ceritakan?Â
Aku pernah mencintaimu. Aku sayang padamu. Tapi caramu melukai aku. Pergi saja, jangan ganggu hidupku. Aku bertanggung jawab sesuai takaran Keyakinkanku. Dan itu syar'i. Berdasar dalil aqli.Â
Walau dianggap aku tak tegas. Tak teges. Tapi aku ingin berkah Illahi. Pergilah saja, bersenang senanglah bersamanya. Itu pilihan hidupmu. Aku tak menghalangimu.Â
Tak perlu drama. Tak nyaman denganku, ya akhiri saja. Buat apa bersakit sakit dalam dendammu. Silahkan pergi, dan aku tak akan mengganggumu lagi.Â
Tapi jangan menuntut aku lagi. Karena dihatimu, bukan aku lagi. Yang kau beri nikmat itu dia, untuk apa lagi mengusik rejeki orang yang kau dzolimi? Disuruhnya? Tak takutlah azab Illahi?Â
Percaturan sebelum berpisah. Mari dinalar dengan jernih. Permudah saja. Tak perlu drama rumit. Dibikin sederhana. Agar nyaman hidup selanjutnya. Karena dendam dan dusta bukan solusi. Itu akan menyakiti, sepanjang hidupmu. Jauh dari berkah, jauh dari Keridhoan Illahi.
Selamat Jalan mantan kekasihmu, jangan pernah kembali hanya karena kelak kau menyesal dengan pilihanmu sendiri bersamanya. Ini bukan permainan. Ini bukan dolanan. Tuhan tahu, apa yang kamu tidak tahu.
Malang, 11 Januari 2021
Oleh Eko Irawan.