Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Filosofi Slilir Ngilir Sumilir

5 Januari 2021   16:48 Diperbarui: 5 Januari 2021   17:24 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangkit ekonomi kreatif dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, itulah visi misi Kampung Nila Slilir kelurahan Bakalan Krajan kota Malang. Disaat pandemi covid 19 melanda seluruh bumi Pertiwi, dengan kearifan lokal masyarakat setempat dibentuklah guyub rukun Pokdakan Krajan Slilir Sumilir selaku motor pegiat dan start up dari kampung Nila Slilir, terus bergerak mengembangkan bisnis budidaya ikan nila. 

Keseruan inilah yang menarik minat Kompasianer Bolang, para penulis Kompasiana yang tergabung dalam Blogger Kompasiana Malang turut andil membantu perkembangan kampung Nila Slilir dengan progres nyata berupa program Bolang Investasi Bergulir. 

Satu kolam merupakan kolam kerjasama dengan pengurus Pokdakan, dijadikan kolam riset untuk penulisan seputar budidaya nila, kolam kedua merupakan kolam investasi bergulir antara bolang dengan Petani nila anggota pokdakan. 

Harapannya, setelah panen nanti, kolam akan menjadi milik petani yang bersangkutan dan hasil penjualan dari panen kolam bergulir ini akan digunakan untuk biaya pembuatan kolam bioflok untuk petani lainnya.

 Mekanisme investasi syar'i dikuatkan dengan perjanjian kerjasama untuk waktu tertentu, setelah break effent point' tercapai untuk kolam bergulir, maka ada bagi hasil antara petani dan bolang selaku investor. Kepercayaan bolang ini, merupakan support nyata dan kepercayaan pihak luar terhadap prospek guyub rukun di kampung Nila Slilir. 

Ini bukan semata mata pure investasi, tapi upaya nyata pemberdayaan masyarakat, agar seiring waktu berjalan, akan semakin banyak petani budidaya nila di kampung Nila Slilir sehingga tujuan pemberdayaan ekonomi kreatif bisa tercapai merata di seluruh lingkungan masyarakat kampung Nila Slilir. Semoga akan semakin banyak investor bergulir membantu petani Nila Slilir, sehingga kedepan Slilir mampu menjadi sentra budidaya Nila Malang Raya.

Filosofi Slilir Nglilir Sumilir 

Wilayah Bakalan Krajan Kota Malang dari segi historis, telah memiliki peradaban sebagai desa kuno. Dalam Prasasti Turyyan, telah disebutkan nama Wanua Gurung Gurung. Wanua adalah sebutan nama untuk Desa. Wanua Gurung Gurung ini sekarang menjadi dusun Urung Urung, kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang. 

Situs urung urung, yang sekarang disimpan di balai RW. I tersebut, semakin menguatkan posisi Bakalan Krajan Kota Malang sebagai desa kuno yang ada di malang Raya. Warga setempat menyebut makna Bakalan Krajan sebagai cikal bakal Kerajaan, tentu tidaklah salah. 

Karena jika ditelisik dari prasasti Turyyan yang bertanggal 24 Juli 929 Masehi maka dapat dipastikan Dusun dusun di Bakalan Krajan telah ada sejak tahun 929.  

Informasi historis ini sangat membanggakan warga sekitar untuk terus berkarya, karena nenek moyang mereka sudah diakui lebih dari seribu tahun yang lalu dan akan terus berjaya untuk seribu tahun yang akan datang.

Nama Slilir, sendiri sulit diartikan dalam kosa kata bahasa Jawa sekarang. Ada yang menyebutnya dari kata Ngilir, yang artinya bangun atau bangkit. Ini terbukti dengan bangkitnya Kampung Nila Slilir sebagai upaya pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat berbasis budidaya nila sistem bioflok. 

Dahulu desa ini sudah kondang, sekarangpun saatnya guyub Rukun slilir menjadi kebanggaan dengan adanya kampung Nila Slilir. Saatnya potensi Guyub Rukun jadi percontohan membangun bisnis ekonomi kreatif dikampung kampung lainnya.

Kata Slilir sendiri bisa jadi perubahan bunyi cara pelafalan dari kata Sinelir. Sinelir adalah sebuah Wangsa pada jaman kerajaan singhasari. Berikut screenshoot ketika kita cari hal tsb :

Screenshoot Google (Dokpri)
Screenshoot Google (Dokpri)
Pada masa tersebut, Wangsa Sinelir membentuk komunitas masyarakat yang terkenal sakti pada masa Singhasari. Kisah yang di tulis dari Pararaton ini, menggambarkan perseteruan wangsa Sinelir dengan Wangsa Rajasa. Jika wangsa Sinelir sekarang ada di Slilir, Bakalan Krajan kota Malang maka wangsa Rajasa secara kajian toponimi sekarang berada di dusun Rejoso, daerah kota Batu. Disana juga diketemukan jejak jejak historis dari Ken Angrok, sang Rajasa Amurwa bhumi pendiri kerajaan Singhasari. Untuk menggambarkan hal tersebut bisa kita lihat screenshoot sbb: 

Screenshoot silsilah dari kantong ilmu.com
Screenshoot silsilah dari kantong ilmu.com
Perseteruan antara dua wangsa yang sama sama kuat dan sakti ini bisa diredam dan disatukan dalam konsep guyub rukun oleh Raja Kertanegara, dan jadilah Singhasari menjadi pemersatu Nusantara lebih awal sebelum dilakukan Mahapatih Gajah Mada dari Majapahit. Penemuan arca amoghaphasa di daerah darmasraya, wilayah kerajaan Melayu, merupakan bukti nyata upaya armada laut singhasari saat ekspedisi Pamalayu dibawah panglima kebo Anabrang menyatukan bumi Nusantara dalam Panji Panji guyub Rukun Nusantara dibawah naungan Kerajaan Singhasari. 

Peristiwa heroik ini terjadi berkat guyub Rukun wangsa sinelir dan Wangsa Rajasa membangun sinergi saat disatukan Raja Kertanegara, sehingga mampu membentuk pasukan hebat pada masanya. Gagasan Guyub Rukun gagasan Raja Kertanegara inilah yang harus dikembangkan warga Slilir membangun kampung Nila Slilir, menuju konteks sekarang, masyarakat Nusantara berdaulat budidaya konsumsi ikan.

Warga slilir, patut bangga, karena nenek moyangnya sudah hebat sejak seribu tahun lalu dan merupakan bahagian dari sejarah bangsa ini, dan saatnya sekarang, warga slilir membangun kearifan lokal guyub Rukun menjadi yang terdepan sentra budidaya nila sistem bioflok.

Para start up kampung Nila Slilir, ibaratnya Tokoh hebat singhasari, seorang panglima bernama Kebo Anabrang. Jika kebo anabrang jadi panglima laut dalam ekspedisi Pamalayu, maka para start up Kampung Nila Slilir, adalah panglima budidaya nila yang harus berwawasan Nusantara, mengembangkan sayap sayap kampung Nila tidak hanya dikampung sendiri, tetapi membawa nama harus budidaya nila menjadi pemberdayaan ekonomi kreatif kampung senusantara.

Filosofi Slilir Nglilir Sumilir yang dicetuskan Ki Ronggo, sesepuh Kampung Nila, seorang Pensiunan TNI yang turut aktif mensupport para start up muda, layak direnungkan. Ki Ronggo adalah inspirasi, telah memasuki masa purna tugas, tapi tetap semangat menjadi petani Nila di Kampung Nila Slilir. Tulisan ini terinspirasi dari beliau. Semangatnya luar biasa, dalam mensupport para muda start up kampung Nila.

Foto Ki Ronggo, bersama Sam Agung , dan Sam Tito bersama Penulis (Dokpri)
Foto Ki Ronggo, bersama Sam Agung , dan Sam Tito bersama Penulis (Dokpri)
Dan makna dari Sumilir adalah situasi sukses yang akan dicapai saat para petani nila panen. Secara keseluruhan makna filosofi Slilir Ngilir Sumilir, adalah bangkitnya ekonomi kreatif masyarakat Slilir melalui budidaya nila sistem bioflok dengan mengunakan metode kearifan lokal guyub Rukun menuju daulat ikan demi kesejahteraan masyarakat.

Konsep dari kampung Nila ini syarat filosofi, berdasar bukti historis sejak seribu tahun lalu bahwa guyub rukun adalah kunci membangun pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat. Bukan sekedar teori, tapi sudah dibuktikan sejarah bahwa kearifan lokal bangsa ini sangat dahsyat mampu menyatukan Nusantara. Jaga terus guyub rukun, saatnya berprestasi di panggung Nusantara.

Semoga artikel ini menginspirasi.

Malang, 5 Januari 2021

Oleh Eko Irawan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun