Bangkit ekonomi kreatif dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat, itulah visi misi Kampung Nila Slilir kelurahan Bakalan Krajan kota Malang. Disaat pandemi covid 19 melanda seluruh bumi Pertiwi, dengan kearifan lokal masyarakat setempat dibentuklah guyub rukun Pokdakan Krajan Slilir Sumilir selaku motor pegiat dan start up dari kampung Nila Slilir, terus bergerak mengembangkan bisnis budidaya ikan nila.Â
Keseruan inilah yang menarik minat Kompasianer Bolang, para penulis Kompasiana yang tergabung dalam Blogger Kompasiana Malang turut andil membantu perkembangan kampung Nila Slilir dengan progres nyata berupa program Bolang Investasi Bergulir.Â
Satu kolam merupakan kolam kerjasama dengan pengurus Pokdakan, dijadikan kolam riset untuk penulisan seputar budidaya nila, kolam kedua merupakan kolam investasi bergulir antara bolang dengan Petani nila anggota pokdakan.Â
Harapannya, setelah panen nanti, kolam akan menjadi milik petani yang bersangkutan dan hasil penjualan dari panen kolam bergulir ini akan digunakan untuk biaya pembuatan kolam bioflok untuk petani lainnya.
 Mekanisme investasi syar'i dikuatkan dengan perjanjian kerjasama untuk waktu tertentu, setelah break effent point' tercapai untuk kolam bergulir, maka ada bagi hasil antara petani dan bolang selaku investor. Kepercayaan bolang ini, merupakan support nyata dan kepercayaan pihak luar terhadap prospek guyub rukun di kampung Nila Slilir.Â
Ini bukan semata mata pure investasi, tapi upaya nyata pemberdayaan masyarakat, agar seiring waktu berjalan, akan semakin banyak petani budidaya nila di kampung Nila Slilir sehingga tujuan pemberdayaan ekonomi kreatif bisa tercapai merata di seluruh lingkungan masyarakat kampung Nila Slilir. Semoga akan semakin banyak investor bergulir membantu petani Nila Slilir, sehingga kedepan Slilir mampu menjadi sentra budidaya Nila Malang Raya.
Filosofi Slilir Nglilir SumilirÂ
Wilayah Bakalan Krajan Kota Malang dari segi historis, telah memiliki peradaban sebagai desa kuno. Dalam Prasasti Turyyan, telah disebutkan nama Wanua Gurung Gurung. Wanua adalah sebutan nama untuk Desa. Wanua Gurung Gurung ini sekarang menjadi dusun Urung Urung, kelurahan Bakalan Krajan Kota Malang.Â
Situs urung urung, yang sekarang disimpan di balai RW. I tersebut, semakin menguatkan posisi Bakalan Krajan Kota Malang sebagai desa kuno yang ada di malang Raya. Warga setempat menyebut makna Bakalan Krajan sebagai cikal bakal Kerajaan, tentu tidaklah salah.Â
Karena jika ditelisik dari prasasti Turyyan yang bertanggal 24 Juli 929 Masehi maka dapat dipastikan Dusun dusun di Bakalan Krajan telah ada sejak tahun 929. Â
Informasi historis ini sangat membanggakan warga sekitar untuk terus berkarya, karena nenek moyang mereka sudah diakui lebih dari seribu tahun yang lalu dan akan terus berjaya untuk seribu tahun yang akan datang.
Nama Slilir, sendiri sulit diartikan dalam kosa kata bahasa Jawa sekarang. Ada yang menyebutnya dari kata Ngilir, yang artinya bangun atau bangkit. Ini terbukti dengan bangkitnya Kampung Nila Slilir sebagai upaya pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat berbasis budidaya nila sistem bioflok.Â
Dahulu desa ini sudah kondang, sekarangpun saatnya guyub Rukun slilir menjadi kebanggaan dengan adanya kampung Nila Slilir. Saatnya potensi Guyub Rukun jadi percontohan membangun bisnis ekonomi kreatif dikampung kampung lainnya.
Kata Slilir sendiri bisa jadi perubahan bunyi cara pelafalan dari kata Sinelir. Sinelir adalah sebuah Wangsa pada jaman kerajaan singhasari. Berikut screenshoot ketika kita cari hal tsb :
Peristiwa heroik ini terjadi berkat guyub Rukun wangsa sinelir dan Wangsa Rajasa membangun sinergi saat disatukan Raja Kertanegara, sehingga mampu membentuk pasukan hebat pada masanya. Gagasan Guyub Rukun gagasan Raja Kertanegara inilah yang harus dikembangkan warga Slilir membangun kampung Nila Slilir, menuju konteks sekarang, masyarakat Nusantara berdaulat budidaya konsumsi ikan.
Warga slilir, patut bangga, karena nenek moyangnya sudah hebat sejak seribu tahun lalu dan merupakan bahagian dari sejarah bangsa ini, dan saatnya sekarang, warga slilir membangun kearifan lokal guyub Rukun menjadi yang terdepan sentra budidaya nila sistem bioflok.
Para start up kampung Nila Slilir, ibaratnya Tokoh hebat singhasari, seorang panglima bernama Kebo Anabrang. Jika kebo anabrang jadi panglima laut dalam ekspedisi Pamalayu, maka para start up Kampung Nila Slilir, adalah panglima budidaya nila yang harus berwawasan Nusantara, mengembangkan sayap sayap kampung Nila tidak hanya dikampung sendiri, tetapi membawa nama harus budidaya nila menjadi pemberdayaan ekonomi kreatif kampung senusantara.
Filosofi Slilir Nglilir Sumilir yang dicetuskan Ki Ronggo, sesepuh Kampung Nila, seorang Pensiunan TNI yang turut aktif mensupport para start up muda, layak direnungkan. Ki Ronggo adalah inspirasi, telah memasuki masa purna tugas, tapi tetap semangat menjadi petani Nila di Kampung Nila Slilir. Tulisan ini terinspirasi dari beliau. Semangatnya luar biasa, dalam mensupport para muda start up kampung Nila.
Konsep dari kampung Nila ini syarat filosofi, berdasar bukti historis sejak seribu tahun lalu bahwa guyub rukun adalah kunci membangun pemberdayaan ekonomi kreatif masyarakat. Bukan sekedar teori, tapi sudah dibuktikan sejarah bahwa kearifan lokal bangsa ini sangat dahsyat mampu menyatukan Nusantara. Jaga terus guyub rukun, saatnya berprestasi di panggung Nusantara.
Semoga artikel ini menginspirasi.
Malang, 5 Januari 2021
Oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H