Aku banyak ditanya. Bahkan oleh rekan seniorku. Yang lebih dahulu menulis. Ada apa dengan aku, kok prosesku menulis jadi meluap luap tanpa henti. Jujur, aku sendiri bingung. Apa ini temporer. Apa ini hanya sementara waktu. Apa ini fenomena tertentu. Entahlah. Yang jelas passion menulisku jadi seperti nafas. Seperti auto pilot yang berjalan sendiri dalam suatu pesawat terbang dalam kondisi khusus.
Kondisi khusus? Bisa jadi iya. Tapi apa? Aku juga perlu meneliti diriku sendiri. Kena apa ? Daripada oleng, mari ngopi dahulu.
Ngopi adalah sebuah cara merefresh pikiran agar kembali segar. Di komputer tekan aja F5. Komputer saja, kadang Hank. Melotot layarnya, saat prosesornya overload. Mungkin kondisiku setahun kebelakang, secara psikologis juga tengah mengalami overload. Hmmmm, binggo... Kondisi khusus terjawab.
Kalau dihitung hitung, setahun kemarin itu aku tak lebih hanya menulis 10 artikel. Macet. Suntuk. Nulis satu artikel saja, bisa berhari hari. Mati ide. Buntu narasi. Mati gagasan. Buta opini. Pokoknya, mati menulis. Terus dulu, kemana aku? Tapi kenapa sekarang proses pertumbuhanku menulis jadi ekspress... Jadi banyak. Jadi receh banget.
Nah, itulah kondisi khusus yang kumaksud. Passion itu muncul karena kondisi khusus tadi. Muncul karena Ngopi. Terus apa dengan ngopi kita jadi receh menulis, jalan sendiri seperti auto pilot?
Belakangan, sejak Oktober 2020, saya bertemu dengan para start up luar biasa di kampung Nila Slilir. Siapa mereka? Mereka adalah para sahabat baruku yang menghargai kapasitasku. Apa maksudnya?Â
Ternyata simple. Mereka yang bisa menghargai aku itu, ternyata memberi aku ruang berkarya. Seandainya mereka hanya membutuhkan aku, tentu setelah kebutuhannya kucukupi, ya sudah. Dilupakan. Tentunya, Setelah aku tidak dibutuhkan, ya lupalah cara menghargai. Tapi sahabat sahabat baruku ini malah mengajak aku kolaborasi dan diajaklah aku ngopi.
Ngopi di kampung Nila Slilir, bermakna Ngobrol Perkara Ikan. Keanehan terjadi. Bukan perkara ghoib lho. Aneh yang dimaksud disini adalah kenapa aku jadi ngurusi ikan, padahal aku ini Reenactor. Penulis dan pereka ulang sejarah perang kemerdekaan Indonesia. Jauh banget antara ikan dan sejarah.
Ketika mau nulis artikel inipun juga bingung, mau ditaruh ditema apa. Yo, anggap aja ini cerpen curhat. Temanya ya ngopi. Bukan ngobrol perkara ikan, tapi Ngopi itu : Narasi, Gagasan dan Opini.
Hmmm... Itulah tiga kunci yang membuka pintu receh menulisku jadi meningkat. Aku sih belum apa apa. Belum begitu wow. Tapi agar aku tidak dibilang sok, ya sombong dan macem macem itu, ya tak cerita saja inilah ngopi versi Eko Irawan itu.Â
Alhamdulillah, sahabat baruku di kampung Nila Slilir itu, memberiku tempat, tantangan dan keajaiban. Dan sumbangsih apa yang bisa kulakukan, ya dengan menulis ini.Â
Lahirlah apa yang disebut peka. Frekuensi berkarya memang timbul dari sebuah lingkup lingkungan.disaat lingkunganmu Ndak kondusif, kok menulis, sudah ngantuk berat saja, tidak bisa bobok kok. Benar apa tidak?
Mungkin Ini anugerah dari Allah. Mengikuti air mengalir saja. Frekuensi tempat, lingkungan dan orang orangnya cocok, ada kenyamanan dan muncul kepekaan, maka narasipun muncul. Gagasan bak oksgen yang terus menyembur dari aerator di kolam bioflok itu. Dan dari sinilah bertebar recehnya karya karyaku jadi seperti sekarang. Kok teman temanku yang ada di komunitas Bolang, lha aku sendiri saja heran. Kok passionku jadi sekencang ini. Why?Â
Ternyata kunci receh menulis itu ada 3, pertama perkuat narasi, dengan cara berani menulis, berani belajar, berani terima tantangan.
Kedua bangun gagasan, dengan cara peka lingkungan, peka kondisi, cepat tanggap dan cepat respon. Tentunya temukan dulu frekuensi yang cocok dan nyaman. Ibaratnya kita itu pesawat radio. Jika frekuensinya ada digelombang FM, maka radionya harus disetting di frekuensi FM yang sama.
Ketiga kuasai opini, dengan cara terus mengalir, bergerak, tetap ceria seperti ikan ikan.Â
Tiga hal ngopi inilah yang akan jadi motor karya saya selanjutnya dalam seri ngopi budidaya ikan, dan insya allah akan ada cerpen curhat ngopi ala tulisan ini. Receh, renyah, tak kaku tapi fleksible. Itu nurut saya sendiri. Jadi apa ini bermanfaat, Yo semoga aja ini bisa menginspirasi. Ada yang mau baca. Yang penting, Lakukan aja. Tak perlu banyak alasan. Harus berani berkarya.Â
Hasilnya apa? Pasti hasil tak akan mengingkari usaha. Man Jadda wa Jadda. Siapa yang bersungguh sungguh akan memperoleh hasil manfaatnya. Demikian Terima kasih sudah membaca cerpen curhat ngopi Buku ini. Semoga berarti dan menginspirasi.
Malang, 28 Desember 2020
Oleh Eko Irawan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI