Lahirlah apa yang disebut peka. Frekuensi berkarya memang timbul dari sebuah lingkup lingkungan.disaat lingkunganmu Ndak kondusif, kok menulis, sudah ngantuk berat saja, tidak bisa bobok kok. Benar apa tidak?
Mungkin Ini anugerah dari Allah. Mengikuti air mengalir saja. Frekuensi tempat, lingkungan dan orang orangnya cocok, ada kenyamanan dan muncul kepekaan, maka narasipun muncul. Gagasan bak oksgen yang terus menyembur dari aerator di kolam bioflok itu. Dan dari sinilah bertebar recehnya karya karyaku jadi seperti sekarang. Kok teman temanku yang ada di komunitas Bolang, lha aku sendiri saja heran. Kok passionku jadi sekencang ini. Why?Â
Ternyata kunci receh menulis itu ada 3, pertama perkuat narasi, dengan cara berani menulis, berani belajar, berani terima tantangan.
Kedua bangun gagasan, dengan cara peka lingkungan, peka kondisi, cepat tanggap dan cepat respon. Tentunya temukan dulu frekuensi yang cocok dan nyaman. Ibaratnya kita itu pesawat radio. Jika frekuensinya ada digelombang FM, maka radionya harus disetting di frekuensi FM yang sama.
Ketiga kuasai opini, dengan cara terus mengalir, bergerak, tetap ceria seperti ikan ikan.Â
Tiga hal ngopi inilah yang akan jadi motor karya saya selanjutnya dalam seri ngopi budidaya ikan, dan insya allah akan ada cerpen curhat ngopi ala tulisan ini. Receh, renyah, tak kaku tapi fleksible. Itu nurut saya sendiri. Jadi apa ini bermanfaat, Yo semoga aja ini bisa menginspirasi. Ada yang mau baca. Yang penting, Lakukan aja. Tak perlu banyak alasan. Harus berani berkarya.Â
Hasilnya apa? Pasti hasil tak akan mengingkari usaha. Man Jadda wa Jadda. Siapa yang bersungguh sungguh akan memperoleh hasil manfaatnya. Demikian Terima kasih sudah membaca cerpen curhat ngopi Buku ini. Semoga berarti dan menginspirasi.
Malang, 28 Desember 2020
Oleh Eko Irawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H