Pertumbuhan UMKM di sekitar kita sudah selayaknya menjadi tanggung jawab kita semua. Usaha rumahan untuk menciptakan keluarga tangguh, terutama sejak pandemi melanda negeri ini, tengah mengalami kembang kempis, terutama usaha UMKM. Dengan kearifan lokal Indonesia berupa gotong royong, sedikit banyak bisa membantu usaha orang orang terdekat sekitar kita.
Jangan berpikir kita investasi ke warung sebelah terus hitung hitungan untung besar, bukan itu maksudnya. Semua elemen masyarakat dewasa ini terkena dampak pandemi, apapun usaha dan bidang usahanya. Kita bisa makan layak saja, sudah Alhamdulillah. Berikut beberapa langkah gotong royong yang bisa kita lakukan untuk membantu UMKM disekitar kita. Semoga menginspirasi.
Lapar? Makan di warung sebelah aja.
Gaya hidup modern menciptakan trend baru termasuk kebiasaan makan. Warung kuliner tumbuh pesat, karena semua manusia butuh makan setiap hari. Bagi yang tidak sempat masak, wisata kuliner adalah solusinya.Â
Diperkotaan, warung dengan tempat nyaman, bisa Nongkrong lega dengan kolega, fasilitas free WiFi, bebas pengemis dan pengamen dan punya spot foto Instagramable, banyak dikunjungi konsumen. Ukuran mahal, tidak masalah. Padahal secangkir kopi disana bisa 15ribuan. Gaya hidup demikian telah mewabah sebagai trend kekinian.Â
Terus bagaimana nasib warung UMKM tetangga sebelah? Sepi pembeli. Karena secara modal, tempat dan masakan yang dijual, jelas tidak bisa mengejar trend kekinian.
Solusinya simple. Lapar? Coba sekali kali makan sederhana di warung sebelah aja. Ini sudah sangat menolong mereka untuk bertahan usahanya. Kopi disana bisa 4 sampai 5ribuan. Dimasa pandemi, kurangi kegiatan dan datangi warung sebelah agar berkah rejeki juga mereka nikmati. Jangan gengsi, ini upaya gotong royong khas Indonesia. Masak malu? Lha kamu warga negara mana? Turis asing aja kalau makan cari yang khas Indonesia, seperti Gatot dan tiwul.Â
Butuh sesuatu? Belanja aja di toko sebelah.
Selain selera kuliner high end, belanja pun juga mengalami pergeseran sangat signifikan. Keberadaan mini market sudah semakin dekat dengan perkampungan. Silahkan saja belanja kesana, toh toko toko itu juga menampung pekerja dari lingkungan sekitar.Â
Terus bagaimana nasib toko sebelah yang menyediakan kebutuhan sehari hari seperti sabun, sampo dan mie instant?
Sekali waktu belanja saja disana. Tak ada rugi anda memberikan selisih harga lebih mahal 200 perak untuk UMKM tetangga anda sendiri, agar mereka punya penghasilan. Membantu tetangga itu pekerjaan mulia lho. Jangan jangan kalau utang belanja ditetangga, tapi belanja besarnya di supermarket. Ini yang lucu.