Ini sebuah renungan saya pribadi. 27 tahun saya mengabdi sebagai PNS. Bangga jelas iya. Karena setiap hari saya berseragam PNS dengan sepatu mengkilat dan tidak semua orang punya kesempatan menjadi abdi negara seperti saya ini. Sebuah anugerah yang harus saya syukuri.Â
Namun saya kembali merenung. Pensiun masih 10 tahun lagi. Tapi saya tak boleh lengah. Setelah pensiun kemana? Berdasar pengalaman kerja saya disebuah instansi pemerintahan, sekalipun saya hanya staf pengadministrasi umum, namun banyak ilmu yang saya dapat. Dan keresahan tetap menghinggapi pikiran saya.Â
Pertanyaannya sepele. Mungkin saya jago administrasi di kantor kelurahan. Namun setelah pensiun, apa mungkin saya buka kantor kelurahan dirumah? Jelas jadi tertawaan orang, Paling nantinya bisa jadi makelar surat. Tapi 10 tahun lagi, apa laku pekerjaan makelar surat? Sementara sekarang saja, surat surat sudah digitalisasi dan orang bisa mengurus surat via online.Â
Belakangan saya memang kunjungi teman teman yang pensiun. Mereka ada yang jadi pedagang es jadoel. Ada yang jadi petani. Ada yang jadi deptcolector. Ada yang ojek. Dan macem macem profesi lainnya, asal halal ya mereka lakukan. Bahkan ada yang masih tetap berseragam dinas, dan ngopi ngopi disekitar kantornya dahulu. Rata rata mereka bilang, stress karena tidak siap pensiun. Dan beberapa dari mereka itu ada yang sakit, stroke dan tak berapa lama kemudian meninggal. Seperti inilah fenomena yang saya lihat diseputar teman teman saya yang pensiun.
Memang ada, teman teman yang pensiun itu, enjoy enjoy aja. Kenapa ada yang siap, dan kenapa banyak yang tidak siap. Berdasarkan wawancara sambil ngopi, jadilah artikel ini. Inspirasi ini didapat dari rekan yang siap pensiun, berikut tipsnya saya rangkum disini. Semoga menginspirasi dan menolong banyak pegawai yang lagi galau menjelang pensiun.
Tidak punya wawasan BisnisÂ
Ternyata, mayoritas pegawai itu tidak punya wawasan bisnis. Saya penasaran apa maksudnya. Ahli dibidang administrasi, memang iya. Tapi kepekaan mandiri dan filling memutuskan sesuatu, ternyata tidak ada. Kok seperti itu? Selama bertahun tahun, mereka jalankan tugas administrasi. Dasarnya perintah atasan dan tupoksi yang sudah diformulasikan.Â
Laksanakan tugas hingga tuntas, usai. Begitu setiap hari sampai pensiun. Tak perlu mikir penghasilan, pada tanggal tertentu dijamin gajian. Tingkat gaji berbeda beda berdasar pangkat, dan khabarnya ke depan akan dibuat sistem gaji baru berdasar kinerja.
Ini menurut mereka yang tidak punya jabatan struktural. Enak tanpa mikir inovasi, yang penting gajian. Namun setelah pensiun, akan bingung. Karena tunjangan hilang, yang ada gaji pokokpun berkurang. Kaget, tentu iya. Apalagi yang dapat fasilitas mobil dinas, rumah dinas dan tunjangan jabatan struktural.Â
Setelah pensiun, itu diminta dikembalikan. Bahkan saya ketemu seseorang mantan kepala dinas, yang maaf harus keliling ke kantor teman temannya yang masih dinas untuk tujuan minta sangu. Lho kok? Ya, seperti inilah potret teman teman pegawai yang sudah pensiun.
ternyata ini berasal dari mindset cara berpikir pegawai yang bersangkutan. Nyantai, asal menggugurkan kewajiban dinas, beres, tiap bulan dapat gaji. Bahkan ada pegawai yang kodenya 804. Apa itu? Sebelum jam 8 datang absen. Kerjanya ghibah, main hp dan ijin keluar. Jam 4 sore datang lagi, absen. Beres.Â
Tanggal muda gajian. Tak ada perbedaan fasilitas dengan pegawai yang rajin, outputnya sama saja. Yang rajin dan malas, sama saja. Tak ada pembeda. Entah dengan sistem e kinerja yang akan diterapkan tahun mendatang, semoga bisa memberi perubahan signifikan.
hal ini beda dengan seorang wiraswasta yang kerja keras, bisa baca peluang usaha, bisa meningkatkan penghasilan dan tingkat kemakmuran terbaca dihari tuanya. Teman saya yang usaha telor asin ternyata sudah punya BMW seri baru, punya peternakan itik sendiri, rumahnya mapan, tidak bingung uang, karena uang sudah bekerja secara system.Â
Teman saya yang lain, punya toko sembako dan usaha kopi. Dia bisa beli kontan 4 unit rumah, yang satu senilai 700jutaan. Mobilnya juga seri terbaru. Punya ruko dan beberapa tanah kapling. Melihat itu, saya jadi mikir, kenapa dengan saya, hanya dapat style keren berseragam dinas, tapi mobil Ndak punya. Motor kreditan. Rumah nunut ortu. Utang berjibun dibank pakai jaminan SK pegawai. Bahkan cicilan saya itu sampai pensiun nanti. Pinjam bank tapi untuk kebutuhan konsumsi. Jika tanggal tua, lebat kebit cari pinjaman.Â
memang salah management, tapi bukan saya pribadi yang demikian. Banyak sesama PNS yang hidupnya seperti saya ini. Life stylenya Jersey, tapi keropos di dalam. Jika pensiun, mengkhawatirkan. Inilah pelajaran berharga yang saya share melalui tulisan ini. Bahwa wawasan bisnis itu perlu. Jangan lengah dengan fasilitas. Jika pinjam bank gunakan untuk usaha prodoktif.Â
Karena tidak punya wawasan bisnis, banyak PNS yang tergiur investasi bodong dan MLM Abal Abal. Pelajaran yang bisa diambil sekarang adalah introspeksi diri. Kenapa. Terus, mulailah visi baru, dengan pengaturan managemen lebih hati hati, menabung, belajar usaha mandiri dan menambah pengetahuan membangun sistem keuangan yang bekerja sendiri.Â
Apa yang harus dilakukan? Belajar peka usaha. Yang bisa dilakukan tanpa mengganggu aktivitas dan kewajiban kerja. Misal pelihara burung kenari atau pelihara ikan nila. Belajarlah pada para wirausaha disekitar dan temukan passionmu sendiri. Insya Allah akan diketemukan solusi siap pensiun.Â
Pasti bisa, karena setiap manusia diberi otak yang digunakan untuk berpikir. Jika bilang tak bisa, ya lucu, ditaruh dimana otak anugerah Allah selama ini. Dan satu kesalahan lagi, adalah sudah memutuskan sesuatu tidak bisa dan tidak mungkin, padahal belum melakukan tindakan apa apa. Ingat, menunggu sempurna, itu tidak ada. Yang ada itu kesempatan memanfaatkan peluang yang lagi trend sekarang. Pensiun nikmat sehat sejahtera harus jadi idaman, mulai sekarang dan jangan nunggu waktu yang tepat. Biasakan bertindak efektif, tanpa menggunakan rumus banyak alasan.Â
Mengembangkan potensi pribadi yang bisa dikembangkanÂ
Malas belajar adalah penyakit kronis para pegawai. Mindset malas aja pasti sudah digaji, asal gugurkan kewajiban, terus beres, adalah mindset sesat yang merugikan diri sendiri. Nanti shocknya setelah pensiun. Mau kemana?
Tiap diri itu punya potensi anugerah Illahi yang harus disyukuri. Misal kemampuan publik speaking. Tingkatkan kemampuan itu, karena bisa jadi penghasilan baru diwaktu mendatang. Jangan hanya dipakai ghibah, gunakan dan tingkatkan kemampuan itu agar jadi sumber berkah. Semoga kedepan, ada pelatihan ketrampilan yang bisa meningkatkan kemampuan seorang. Misal kemampuan penelitian dan menulis, hingga yang bersangkutan bisa jadi penulis hebat dibidang apapun, dan tulisannya layak jual.
Banyak kok materi materi yang bisa dikembangkan oleh seorang PNS sebagai persiapan hari tuanya. Sekalipun sudah pensiun dari dinas, mereka butuh pemberdayaan lho.
Iya, yang pensiun pejabat, pasti enak dan sejahtera. Ini konteks PNS yang bukan pejabat lho, tidak punya ketrampilan dan bingung mau kemana setelah pensiun. Dari segi jumlah, banyakan PNS yang pensiun tidak punya apa apa, kecuali hidup tambah sengsara. Sudah tua, tidak cukup tenaga untuk kerja berat, tidak punya wawasan bisnis.Â
Sementara tuntutan ekonomi ke depan justru tambah berat. Mereka para lansia yang perlu secara mandiri bangkit. Banyak peluang potensi yang bisa dikembangkan sejak dini. Jangan anggap mau pensiun tak perlu belajar. Otak manusia itu, akan tumpul jika tidak pernah diasah. Jadinya tambah tua tambah bebal, pikun dan mensengsarakan anak cucunya.Â
Jadilah masa tua nanti yang prodoktif, mampu berpikir hebat seperti para empu jaman sejarah dahulu. Belajar dari sejarah, kita bisa menyaksikan para sesepuh nenek moyang bangsa ini, adalah orang orang hebat. Semakin tua semakin Waskita. Masak kita sebagai generasi keturunan mereka, kita jadi lansia melempem?
Demikian curhat keresahan saya menjelang masa 10 tahun lagi pensiun. Jika saya lengah sekarang, saya akan sama saja dengan teman teman yang sekarang pensiun, sakit sakitan, hidup sengsara dari hutang dan hutang. Penghasilan menurun karena pensiun, sementara kebutuhan meningkat. Masak masa pensiun tambah sengsara?
Selamat mengeksplore persiapan pensiun, sesuai potensi masing masing. Jangan bilang tidak bisa. Kita punya otak dan panca Indra untuk belajar lagi dan mengasah kemampuan pribadi. Banyak orang bisanya hanya mengevaluasi pihak terkait selaku pemangku kebijakan, tapi lupa tidak mengevaluasi diri sendiri dan akhirnya lengah. Menyesal kemudian tiada guna, lebih baik kembangkan potensi diri sejak sekarang, atau jadi penonton di masa mendatang.Â
Jadi penonton itu menyedihkan lho, masak dihari tua disaat kita sudah tidak mampu kerja, hanya akan jadi penonton orang lain makan enak dan hidup sejahtera bersama anak cucunya. Kayak nonton film kuliner, kita nonton orang makan. Tapi kita tetap lapar, karena hanya jadi penonton doang.
Demikian, semoga menginspirasi. Mohon maaf jika ada yang tidak sesuai. Tulisan ini berdasarkan pengalaman dan bukti langsung secara visual yang saya lihat di lapangan. Ini realita yang saya temui dan seperti inilah keadaan faktual dilapangan. Bukan hendak menyalahkan pihak lain, tapi tulisan ini berupaya membangun kesadaran pribadi masing masing PNS itu sendiri, agar bangkit mengembangkan potensi pribadinya, agar siap berkarya setelah pensiun.Â
Mulai sekarang atau silahkan menjadi penonton selamanya. Mau? Saya tidak mau hanya jadi penonton. Oleh sebab itu, temukan passion berkaryamu sekarang, Ndak pakai lama, Ndak menunggu keadaan sempurna, mulai sekarang dengan memanfaatkan semua yang Tuhan berikan pada kita. Insya Allah pasti bisa dan jangan lupa bersyukur. Terima kasih telah membaca artikel ini semoga bermanfaat dan bisa menginspirasi.
Malang, 15 Desember 2020 oleh Eko Irawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H