Malam Minggu, 7 November 2020 jadi moment asyik kopdar pegiat sejarah Malang dari beberapa elemen pegiat sejarah dan pegiat kampung tematik. Berikut ulasannya
Kesederhanaan event
Situasi pandemi, acara kopdar seperti ini dikemas dengan protokol kesehatan berupa jaga jarak sehingga kesederhanaan event acara tidak mengurangi makna.Â
Pembatasan undangan juga dilakukan dengan selektif, sehingga pihak museum Reenactor Ngalam memohon maaf tidak menyebarkan undangan resmi terkait acara tersebut.Â
Dari sisi hidangan juga sangat sederhana berupa makanan polo Pendem khas tempo dulu. Terasa nuansa gerilya sangat terasa di museum Reenactor Ngalam malam itu.
Nuansa Gerilya di Museum Reenactor
Konsep nuansa Gerilya yang dibangun di seputar Museum memang dikembangkan di museum Reenactor ini. Sehingga terasa nuansa seolah olah inilah tahun 1947 di malang. Inilah satu satunya museum se indonesia yang membuat nuansa seperti ini.Â
Biasanya museum hanya properti pajangan, disini properti tersebut di gunakan sebagai sarana pembelajaran historical reenactment. Dari pakaian yang digunakan juga menyesuaikan dengan masanya.
Diskusi Lintas elemen
Diskusi tipis tipis malam Minggu ini dihadiri banyak elemen pegiat sejarah, Pegiat Literasi, Pegiat Museum dan pegiat kampung tematik. Dari pegiat sejarah, hadir Bapak Mansoer Hidayat, sejarawan dari Lumajang yang menulis buku sejarah Arya Wirabraja dan Sejarah pahlawan Mayjen Imam Soedjai. Dibahas pula peran Besar Bapak Imam Soedjai di awal kemerdekaan diseputar malang raya.Â
Hadir pula sejarawan muda dari Jelajah jejak Malang, Devan Firmansyah. Dari Pegiat Literasi juga Hadir Bapak Yunus dan Mas Heri dari komunitas Bolang Kompasiana. Hadir pula Mbak Hariyani, dari Rumah Literasi Candi Panggung.