Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bagaimana Loket Pelayanan Publik Ideal itu?

20 Februari 2020   20:20 Diperbarui: 20 Februari 2020   20:23 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Loket Pelayanan Publik di Instansi Pemerintah atau swasta, seharusnya sudah efisien dan memberikan kenyamanan kepada para pemohonnya. Masyarakat datang ke sebuah Instansi tersebut memang membutuhkan sebuah perhatian dan pelayanan yang baik. Bagaimana seharusnya loket Pelayanan Publik itu?

Harapan Masyarakat

Tak perlu banyak teori, bagi masyarakat yang penting datang disambut dengan baik, jika ada persyaratan yang kurang diberi penjelasan yang membuat hati tenang. Sikap petugasnya ramah, Informatif dan prosedurnjya jelas. Jika Gratis, Ya harus gratis. Jika Harus ada tarif yang wajib dibayarkan ya harus Jelas dan tranparan.

Tentang tempat pelayanan memang situasional. Namun diera sekarang,  sampai ke Pelayanan desa pun mulai berbenah dengan model front office yang nyaman.  Soal Fasilitas, tak masalah. Yang penting, datang duluan ya dilayani pertama. Tidak ada pembedaan kasta pemohon. Antri tak masalah, Yang penting semua pemohon punya hak yang sama. Tidak ada perlakuan khusus.

Ini sekelumit harapan masyarakat, agar pelayanan Publik itu nyaman dan humanis. Tapi apakah masih ada Loket Pelayanan Publik yang tidak nyaman itu? Mari Kita lihat didaerah masing m,asing. Semoga sudah berbenah diri.

Loket Pelayanan ideal itu seperti apa?

Berikut beberapa point tentang loket Pelayanan Publik yang ideal ala masyarakat, tanpa teori tapi seperti inilah yang diharapkan, semoga ide ini menginspirasi bagi semua loket pelayanan publik di Negeri tercinta.

Situasi Tempat Loket Layanan Publik

Tempat yang sempit dan ruangan yang terbatas disebuah instansi memang menentukan nyaman tidaknya suatu pelayanan.  Misal jika loket layanan terlalu rendah dengan sistem jendela. Apakah itu ideal? Berikut beberapa foto sebuah loket pelayanan Publik yang diunggah akun Facebook Edy Waluyo menunjukan foto seperti ini

Bagaimana menurut anda? Nyamankah pelayanan seperti ini? Pemohon harus bersikap seperti pada gambar diatas? Pelayanan seperti ini sungguh tidak humanis. Bagaimana jika pemohonnya orang cacat atau ibu hamil? Sebagai Masyarakat memang menyadari tidak semua instansi punya anggaran untuk membangun front office idealnya, namun hal sepele seperti ini perlu diperbaiki. Ada mekanisme perencanaan dan pengusulan untuk mningkatkan kualitas pelayanan publik bisa diajukan oleh instansi terkait, khususnya instansi pemerintah.

Ideal tak Perlu Wah

Artikel ini bukan menghakimi instansi tertentu, namun lebih pada hasil diskusi sambil ngopi dipinggir jalan tentang loket layanan publik. Intinya pemohon sebagai manusia harusnya diperlakukan sebagai manusia. Cara melayani petugas yang ketus dan tidak ramah, menandakan petugas tersebut salah tempat ditugaskan diarea dimana dia harus totalitas menjadi abdi masyarakat.

Terkadang ada petugas yang bentak bentak, jarang senyum dan sibuk dengan gawainya sendiri. Hal hal yang sepele seperti itu sangat memperburuk citra pelayanan publik. Banyak Hal yang bisa dikupas dari materi yang kita bahas sekarang, namun intinya loket Pelayanan publik itu tidak perlu wah. Sederhana asal nyaman bagi tamu pemohon.

Semoga menginspirasi dan dibaca oleh yang berwenang agar loket pelayanan publik bisa lebih humanis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun