Pada Masa Perang Kemerdekaan Indonesia antara Tahun 1945-1949, merupakan Masa Paling berat Bagi Bangsa Indonesia yang baru saja menyatakan kemerdekaannya. Salah satunya adalah bagaimana mencukupi kebutuhan Pangan para Pejuang yang bertarung antara hidup dan Mati melawan para penjajah.Â
Menurut Cerita Alm. Serma Purn. Marsaid, Kakek Kami, makanan yang paling nikmat dan bisa kenyang sepanjang hari adalah Gatot dan Tiwul.Â
Kakek Kami tersebut adalah Pejuang Republik yang memperoleh Bintang Gerilya. Seorang ex tentara PETA yang ikut berjuang di Palagan Soerabaia dan turut menyaksikan agresi Militer Belanda di Kota Malang.
Gatot dan Tiwul Makanan Istimewa
Pada 31 Juli 1947 Kota Malang Jatuh ke Tangan Belanda. Para Pejuang mulai mundur ke daerah Kabupaten Malang. Wagir adalah salah satu pos awal bagi Serma Marsaid dan kawan kawannya untuk mundur, karena beliau lahir dan dibesarkan di daerah ini. Â
Warga wagir banyak yang mulai persiapan mengungsi. Salah satu yang disiapkan warga adalah gatot dan tiwul. Makanan yang berasal dari singkong ini menjadi makanan yang sangat istimewa bagi para pejuang. Makan gatot dan tiwul bikin lebih kenyang di banding makan nasi. Dengan makan gatot dan tiwul serasa kenyang seharian penuh.
Singkong adalah tumbuhan yang sangat mudah tumbuh di Indonesia. Tidak perlu pengolahan lebih lanjut, cukup ditancapkan saja ditanah, tanaman singkong sudah bisa tumbuh.Â
Di tengah masa perjuangan, para petani di Malang sudah sangat kesulitan untuk menanam padi. Selain alasan keselamatan, banyak para petani harus mengungsi ke daerah Republik. Dan olahan singkong menjadi menu istimewa jaman gerilya.
Kandungan Gizi pada Gatot dan Tiwul
Olahan singkong ini bagi Masyarakat yang tinggal di daerah Wonosobo, Gunungkidul, Wonogiri, Pacitan, Blitar, dan Malang banyak mengkonsumsi jenis makanan ini sehari-hari. Apakah makanan ini bergizi?Â
Berdasarkan hasil penelitian, kandungan gizi dan gizi dari makanan tiwul benar-benar baik untuk kesehatan. Berikut ini yakni data kandungan gizi yang terkandung dalam tiwul.Â