Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Menepis Rentenir dari Kehidupan Ibu-ibu Kampung

24 Oktober 2018   10:00 Diperbarui: 25 Oktober 2018   13:03 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yang ditempuh ibu ibu ini biasanya mengadaikan segala macem barang yang dimilikinya. Lebih celakanya lagi, Ibu ibu ini mengajukan kredit baru ke rentenir lainnya untuk bayar rentenir awal. Yang satunya waktu bayar, diputar pinjam rentenir lainnya. Inilah bom waktu yang disimpan ibu ibu kita soal rentenir yang akan meledak suatu waktu. Rata rata Suami mereka tidak tahu. Jika tahu, alamat menganggu keharmonisan rumah tangga mereka. Ini Fenomena yang kami temukan dilingkungan sekitar kita. Jika tidak mampu bayar, ibu ibu ini bukan tanpa resiko karena faktanya para bodyguard berwajah sangar akan datang marah marah dan melakukan tindak kekerasan dan penyitaan yang tidak berkemanusiaan. Jujur ini Kami lihat sendiri dan para korban tidak berani melapor karena dalam ancaman. Awalnya Manis, Kok akhirnya Pahit sih.

Pemberdayaan Perempuan Sampai Dimana

Dalam hal ini diperlukan langkah kongkrit pemberdayaan masyarakat agar ekonominya tumbuh. Koperasi pada hakekatnya adalah lembaga yang dirancang untuk menolong ekonomi lemah agar bangkit secara ekonomi.

Namun fenomena sekarang, banyak koperasi dijadikan kedok para rentenir menjadi lintah darat dan vampir yang mengeksploitasi ibu ibu dikampung kampung. Ini bukan konsep Koperasinya, tapi para rentenir yang memakai baju koperasi agar memudahkan beroperasi di lapangan. 

Sekarang diperlukan kepedulian dari warga masyarakat sendiri agar para korban rentenir ini tidak masuk ke jurang kenistaan. Beberapa Kampung di Surabaya sudah menerapkan mengusir para vampir rentenir ini agar tidak mengganggu kehidupan ibu ibunya. Sekarang diperlukan langkah real agar ibu ibu ini memperoleh penghasilan tambahan dan tidak mikir dapat uang mudah dengan pinjam rentenir. Sampai dimanakah program pemberdayaan masyarakat

Perlu Penggagas Ekonomi Kreatif di Kampung

Berharap uluran tangan dari yang berwenang masihlah membutuhkan waktu. itu kalau dibantu, Kalau tidak? Saatnya dikampung ada para penggagas ekonomi kreatif yang berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat. Kalau masyarakat tidak bergerak sendiri secara swadaya, Kapan kondisi bisa dirubah. 

Kampung punya potensi yang bisa dikembangkan. Sayangnya masyarakat sendiri yang tidak peka membaca peluang kampung. Banyak lho peluang usaha bisa dikembangkan dikampung. Misal membuat product kerajinan dari daur ulang. Buat yang unik. Pasarkan dengan metode unik. Coba lihat kampung sebelah agar anda punya ide untuk mengangkat kampung sendiri. 

Diam berpangku tangan bukan solusi, karena perubahan akan terjadi jika masyarakat berinisiatif. Lakukan sekarang, atau jadilah penonton yang hanya bisa berkomentar miris, tapi tidak sanggup melakukan apa apa.

Menepis Rentenir, Menjemput ekonomi Kreatif

Kehadiran rentenir ditengah masyarakat adalah peluang bagi para pelaku untuk mengeksploitasi dengan sasaran ibu ibu yang butuh dana cepat. Jika para ibu ibu ini sadar dan menolak dipinjami duit panas dan lebih memilih membuka usaha ekonomi kreatif, maka rentenir bisa diberantas. Jadi pola pikir ibu ibu dapat dana cepat dengan cara pinjam ke rentenir harus ditepis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun