Mohon tunggu...
Eko Irawan
Eko Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Menulis itu Hidup
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pantang mundur seperti Ikan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Peluang CPNS dan Dilema Memilih Jurusan Pendidikan

25 September 2018   15:58 Diperbarui: 26 September 2018   10:23 1994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jadi CPNS masih pilihan idola para lulusan perguruan tinggi. Pada Tahun 2018 ini kembali dibuka kesempatan Seleksi CPNS. Apakah ijazah sarjanamu memenuhi salah satu kuota CPNS yang dibutuhkan? Setiap ada peluang seleksi CPNS para lulusan perguruan tinggi berlomba lomba ikut seleksi Penerimaan CPNS.

Menjadi CPNS adalah profesi yang masih bergengsi di masyarakat. Sejak Masa Kolonial, kebanggaan menjadi pegawai pemerintah telah ditanamkan. Ada anggapan yang salah kaprah, dianggap belum sukses jika belum jadi PNS. Berikut mari kita ulas masalah ini bersama sama, tentang Peluang dan hubungannya dengan memilih Jurusan di Perguruan tinggi.

Tapi Peluang Jurusanku selalu Kecil

Bacalah dengan cermat setiap ada informasi peluang Seleksi CPNS. Cek keabsahan dari informasi tersebut, apakah benar atau hoaks. Ini penting, karena diluar banyak oknum pemangsa para pelamar CPNS berkeliaran. Jangan mudah percaya jika bertemu seseorang menawarkan menjadi CPNS dengan imbalan sekian puluh juta.

Baca berita tentang korban CPNS beberapa tahun lalu bergelimpangan sebagai korban dari pada oknum penipu. Penerimaan CPNS seperti yang kami alami sendiri adalah free, tidak pakai bayar ini itu untuk pelicin atau uang suap. Pastikan dulu keabsahan lowongan seleksi tersebut. Tanya yang berkompeten dan akses situs terpercaya yang menangani CPNS. Baca dengan cermat, penuhi persyaratan dan selamat bertarung.

Kenapa? Jadi PNS ibarat masuk lubang jarum. Lubangnya kecil, sementara yang masuk banyak, berebutan dan peluangnya tidak sampai ratusan. Sebuah peristiwa di Surabaya tahun 1988 ketika ada penerimaan CPNS pakai sistem pendaftaran face to face. Apa yang terjadi? Berebutan, berdesakan dan banyak yang jadi korban, dari mulai hilangnya ijazah sampai hilangnya nyawa. Ngeri.

Untung di era digital sekarang ini sudah pakai teknologi, Jadi kasus seperti itu tidak terjadi lagi. Namun eskalasinya tetap sama. Berebut masuk satu lubang jarum yang sempit. Mudah-mudahan ijazah yang kamu punya dibutuhkan dalam seleksi ini.  Memang peluang ini selalu ada, tapi tidak seimbang dengan lulusan sarjana tiap tahunnya.

Mindset harus Jadi PNS setelah lulus sarjana adalah patokan salah kaprah sehingga kamu akan menunggu dan menunggu hingga masuk batas akhir usia 35 Tahun.

Padahal tambah tahun saingan juga tambah banyak. Yang lebih miris adalah kita pegang ijazah sarjana dengan jurusan yang tidak ada dalam lowongan CPNS. Sudah kuliahnya bayarnya mahal, begitu lulus sarjana tidak ada lowongan yang membutuhkan jurusan itu. Wow dan wal hasil jawabmu adalah peluang jurusanku selalu kecil dan semakin kecil dan tambah kecil.

cpns-jpg-5b91db5a12ae9460f9083e37-5ba9fc4cbde5752142162052.jpg
cpns-jpg-5b91db5a12ae9460f9083e37-5ba9fc4cbde5752142162052.jpg
Mindset belum sukses Jika belum PNS

Kenapa minat jadi PNS selalu diikuti jutaan pelamar? Karena mindset yang ada adalah belum sukses jika belum PNS. Memang jadi PNS ada asumsi jika sudah tua dapat pensiun. ini tidak diperoleh dari pekerjaan lain.

Orang tua kita selalu mendorong kita untuk berprofesi yang aman, yaitu jadi PNS. Namun cita-cita menjadi PNS harus dipertimbangkan dengan baik. artinya pilihan menjadi CPNS jangan dijadikan acuan wajib hingga kamu masuk usia 35 tahun tetap menunggu dan menunggu. Batas Usia 35 tahun adalah batas akhir usia pelamar CPNS Sarjana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun