Termasuk diri saya sendiri, takut adalah masalah psikologi ketika sebuah ide terlintas dalam pikiran dan ada dorongan untuk membuatnya menjadi tulisan. Takut adalah masalah yang manusiawi yang biasa dihadapi semua orang. Ada berbagai macam ketakutan yang dialami tiap pribadi dan tingkatnya berbeda beda. Salah satu bidangnya adalah takut menyampaikan ide ide melalui sebuah tulisan.
Inventarisasi Takutmu
Saya selalu mencoba menginventarisasi diri saya sendiri termasuk di dalamnya apa yang menjadi kelemahan dan apa yang menjadi ketakutan. Ambil sebuah kertas dan catat. apa saja kelemahanmu dan apa saja yang kamu takutkan. Bukan takut hantu, takut air deras, takut api atau takut ketinggian, tapi tanya pada dirimu kenapa kamu takut untuk menulis.
Dalam dirimu pasti ada jawaban dan alasan. dan apa yang kamu kemukakan adalah kelemahanmu. misal, aku takut menulis karena aku tidak punya materi apa yang harus aku tulis dan andai kutulis, apa ada yang baca? Ada yang apresiasi? Apakah menarik? Itulah yang disebut banyak alasan.
Santai saja, daftar itu bukan untuk kamu share ke media sosial, tapi sebagai langkah awal belajar jujur pada diri sendiri. Untuk apa menipu diri sendiri, jika apa yang kamu lakukan sebenarnya adalah untuk kepentinganmu sendiri. Kurang lebih seperti inilah memanajemen diri sendiri agar kreatif.
Selama ini banyak yang dengan mudah menyalahkan orang lain, menyalahkan sistem dan ada yang menyalahkan nasib. Terlalu jauh, Bung! Itu sama saja kamu tahu semut di seberang sana, tapi kamu tidak tahu ada gajah di depan matamu.
Takut adalah pikiran negatif yang meracuni otakmu
Dalam pikiran setiap manusia, pasti ada pikiran-pikiran negatif. Pikiran negatif membuat kamu khawatir, cemas dan beberapa organ tubuhmu tiba-tiba ada gejala aneh, seperti bergetar jika kamu takut akan ketinggian. Kenapa Pikiran pikiran negatif itu kamu sayangi dan pelihara terus-menerus di dalam otakmu, padahal itu tidak menguntungkanmu, tidak ada manfaat bagi hidupmu dan menghambat proses kreatifmu menulis?
Pikiran negatif adalah investasi buruk yang akan meracuni otakmu. Ibarat menabung, kamu tabung dan kumpulkan hal-hal bersifat negatif bersemayam dan menguasai hidupmu. Terus kamu pelihara dan seolah-olah itulah takdirmu.
Kamu lanjutkan dengan berkumpul dengan orang-orang yang berpikir negatif pula. bukan solusi yang akan kamu dapat, tapi menipu diri sendiri dan berusaha melimpahkan ketidakmampuanmu itu pada pihak lain.
Pikiran negatif mewajibkan kamu menyerah pada keadaan, frustasi dan depresi serta menipumu dengan jawaban bahwa kondisimu sekarang ini adalah kesalahan pihak lain, baik orang, sistem, dan bahkan nasib yang sudah digariskan.
Berani berubah dengan modal kemauan
Dalam hukum yang digariskan Ilahi dalam kitab suci, nasibmu sampai kapanpun tidak akan berubah, sampai kamu mengubahnya sendiri. Banyak orang hanya omong doang, berhenti pada wacana. Tapi tidak ada aksi. Pasrah aja. Kamu sebenarnya mampu melawannya dengan berani berubah. mengubah mindset takutmu dengan action, "Mantap, aku coba!". Ayolah budayakan bertindang dong, Bung!
Menulis adalah langkah awal dari sebuah proses mensyukuri nikmat limpahan ide yang diberikan padamu oleh Tuhan yang Mahapemurah. Ide-ide itu terkadang hanya numpang lewat sepintas. Mungkin kamu mampu mengingat ide itu hingga 25 tahun ke depan. Its, oke... Tapi apa manfaatnya bagi dirimu? Hanya ingat doang? Rugi dong.
Siapa tahu ide yang kamu tulis adalah solusi maha penting bagi orang lain yang membacanya. Jangan pernah takut, kecuali takut dosa dengan hukum Ilahi. Kalahkan takutmu, Bung. Lampaui batas yang kamu ciptakan sendiri. Â Jangan pernah menciptakan batas untuk diri sendiri, dobraklah batasmu.Â
Atau jangan-jangan kamu punya penyakit pelit, ndak mau berbagi solusi dengan orang lain? Salah satu yang membuat kamu tidak pernah menulis adalah rasa takutmu yang berlebihan seakan akan ide-idemu adalah sebuah ilmu rahasia yang hanya kamu saja yang boleh tahu. Rasa memiliki ide dan hanya untuk diri sendiri adalah sah-sah saja.
Jika itu menguntungkanmu secara finansial bagimu, segera daftarkan dirimu agar mendapat hak paten. Namun kebanyakan ide-ide itu adalah solusi yang kadang tidak bermanfaat bagimu tapi di luar sana pasti dibutuhkan orang lain.
Ide-ide yang seperti inilah yang harus kamu tulis dan bagikan kepada publik. Hitung-hitung kamu beramal menolong orang lain. Kan lebih afdol tangan kanan menolong, tangan kiri tidak boleh tahu.
Inilah keajaiban menulis yang saya rasakan bahwa dengan menulis, titipan Ilahi bisa saya sampaikan pada yang membutuhkannya dan suatu saat Kemurahan Allah SWT pasti membalas niat tulus Ini. Amien.
Demikian semoga Inspirasi tulisan ini bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Terima Kasih sudah membacanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H