Wisata "Pulau Lumpur Sidoarjo (LUSI)": Apa Daya Tariknya?
Oleh: Eko Setyo Budi
Pada hari Minggu 22 Desember 2024 saya dan teman-teman SMA mengadakan rekreasi Pulau Lusi, (Lumpur Sidoarjo), Dusun Tlocor, Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, Sidoarjo.  Tujuan wisata ini  boleh dikatakan mempererat tali silaturahmi serta bisa menikmati makan bareng (menu seafood) yang sudah dipesan seminggu sebelumnya. Walaupun yang hadir hanya 12 orang, namun tidak mengurangi kehangatan,  senda gurau, dan berfoto bersama. Masuk  ke obyek wisata ini di pungut Rp 5.000,- per mobil. Ternyata Pulau Lusi itu amat ramai dikunjungi wisatawan lokal pada hari libur. Saya ke Pulau Lusi ini yang ke dua. Pada kunjungan pertama pada awal tahun 2021 saat itu baru dibuka setelah wabah Covid-19 sempat ditutup. Awal dibuka wisata tersebut, wisatawan terlihat sedikit, sepi, warung pun belum banyak yang buka. Sementara wisatawan yang ingin ke Pulau Lusi masih dilayani walaupun yang naik bus air tidak penuh tetap diberangkatkan.
Pulau Lusi atau disebut Pulau Lumpur Sidoarjo adalah pulau buatan merupakan hasil reklamasi timbunan lumpur pengerukan Sungai Porong. yang memiliki luas total 94.00 Ha. Pulau Lusi terbentuk karena lumpur panas Lapindo yang terjadi pada tahun 2006 yang jumlahnya puluh juta meter kubik dialirkan ke Sungai Porong, lalu dikeruk dibawa ke muara sungai yang jaraknya sekitar 8 km.
Pulau Lusi memiliki luas total 94.00 Ha yang didalam reklamasi tersebut terdapat tambak Wanamina seluas 4.90 Ha yang tujuan awalnya adalah untuk memantau perilaku biodata ikan apakah memiliki pengaruh lumpur terhadap kehidupan ikan di muara, dan lahan 89.10 Ha belum dimanfaatkan.
Loket Bus Air (Sumber: Foto/Dok.pribadi)
Sunarso, Kepala Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), mengatakan, pulau buatan tersebut dikerjakan bersamaan dengan pembangunan jalan sepanjang 15 km dari Desa Dukuh Sari Kecamatan Jabon sampai Dusun Tlocor. Di Tlocor juga dibangun dermaga serta tempat parkir seluas 6.000 meter persegi karena memiliki potensi cukup besar khususnya dalam membangun obyek-obyek wisata. Dengan posisi daerah yang ada, maka kawasan baru cocok dimanfaatkan sebagai wisata berbasis sungai dan alam, terutama mendukung sumber daya laut. Kini semakin bermanfaat juga sebagai tempat rekreasi masyarakat Sidoarjo seperti wisata pancing atau pergi ke laut, serta kuliner hasil budidaya ikan.
Dalam upaya pengembangan wisata, pemerintah daerah Sidoarjo berupaya penataan dalam  memperkuat keberadaan landmark kawasan dengan mendirikan elemen vegetasi (ruang hijau) di bagian utara monumen (sisi tanggul). Fasilitas penunjang wisata seperti warung seafood, panggung hiburan, pusat informasi wisata, toilet, mushala, dan tempat parkir tertata dengan baik, termasuk dermaga dan ruang tunggu keberangkatan bus air. Bus air tersedia 4 unit yang dikelola oleh Bumdesma Jabon Mandiri. Bus air kapasitas 24 seat mengantar Anda ke Pulau Lusi dipungut untuk dewasa sebesar Rp. 25.000,- per orang untuk pergi pulang. Perjalanan naik bus air menuju Pulau Lusi sekitar 25 menit.
Pemandangan Pulau Lumpur Sidoarjo (Pulau Lusi)
Memang kalau dipandang secara langsung melalui sungai dengan perahu (bus air) untuk wisatawan tidak seberapa menarik. Tetapi apabila dilihat dari atas... Wow ... keren, hebat. Hamparan hutan mangrove (bakau) yang memenuhi kawasan pulau yang dibatasi oleh alur sungai Porong, yang menuju pantai Tlocor. Wisatawan yang meilntasi sungai juga dapat menikmati latar belakang Gunung Penanggungan. Di dalam bus air selama menyusuri sungai Porong Anda wajib menggunakan rompi (jaket pelampung) karena gelombang sungai Porong makin meninggi bila air laut mulai pasang. Sungai Porong di lokasi itu cukup deras, lebar sungai 140 meter dengan kedalaman sekitar 20 s.d 30 meter. Arusnya cukup deras, oleh karena itu semua penumpang yang akan menuju pulau Lusi diberi rompi pelampung  untuk menjaga keselamatan apabila terjadi kecelakaan di air.
Di Pulau Lusi terdapat jalan setapak di tengah hutan bakau yang ridang. Wisatawan bisa menyaksikan burung kuntul putih bertengger di atas pohon bakau, sebagian lagi berterbangan menghiasi atas dedaunan yang hijau. Suasana di dalam hutan bakau tersebut sangat alami, dan kebersihan jalan masuk menuju tempat yang di tuju masih terjaga, dan melewati beberapa jembatan kayu yang dikelilingi oleh pohon-pohon sampai menuju titik akhir. Jadi, kondisi alam yang alami ini boleh disebut sebagai "wisata alam". Wisata alam adalah tempat pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah usaha budidaya. Secara garis besar wisata alam merupakan kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi alam untuk dinikmati keindahannya, baik yang masih alami atau sudah budidaya, agar ada daya tarik wisata ke tempat tersebut.
Ketika mengunjungi pulau Lusi ini yang dapat kita pelajari adalah sebagai berikut:
1. Dampak dari bencana alam yang dasyat.
2. Upaya penyelamatan biota laut dari semburan air panas.
3. Ternyata soal bencana lumpur panas Lapindo tidak hanya merusak lingkungan dan tata sosial masyarakat, tetapi masih memberi alur ekonomi masyarakat sekitarnya. Buktinya terbentuk pulau Lusi.
4. Sebagai pembelajaran bagi seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk dapat melaksanakan proyek sesuai rencana harus memikirkan dampak pekerjaan tersebut apabila terjadi hal yang terduga (bencana).
Pentingnya Menjaga Alam dan Lingkungan
Kepedulian kita kepada alam dan lingkungan akan menjaga ekosistem. Dengan menjaga lingkungan berarti juga menjaga sumber daya alam. Pada tahun 2023 Provinsi Jawa Timur menggelar  "Festival Mangrove ke-III di Sidoarjo, tepatnya di Wiasata Bahari Tlocor dan Pulau Lusi di Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, pada hari Minggu, 29 Januari 2023.
Gubernur Khofifah Indar Parawangsa memimpin langsung penanaman 1.000 bibit mangrove dan bibit pohon produktif. Dalam kesempatan tersebut juga dilakukan pelepasliaran burung air dan biota air berupa ikan dan udang sebanyak 23.000 ekor di perairan Pulau Lusi. Gubernur Khofifah juga melakukan penanaman cemara udang sebagai pendukung mangrove.
Menurutnya, hal itu penting dilakukan sebagai upaya membangun daya dukung dan keseimbangan alam. Dalam banyak referensi cemara udang itu bisa memiliki ketahanan hidup sampai 500 tahun. Jadi, kalau menahan abrasi yang kuat selain mangrove adalah camara udang. Manfaat hutan mangrove antara lain menahan abrasi, habitat biota laut, menahan angin, menahan infiltrasi laut, ecotourism serta menyerap dan menyimpan karbon 4 sampai dengan 5 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan tropis di daratan.
Dengan demikian, wisatawan ke Pulau Lusi dapat memahami bahwa menjaga ekosistem alam adalah wajib bagi setiap elemen masyarakat. Â Cara yang paling mudah yakni mensosialisasikan seperti melalui media sosial, pesannya yaitu melestarikan alam berarti memelihara keindahan alam merupakan investasi manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia sangat berperan dalam menjaga lingkungan adalah tugas yang mulia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H