Akan tetapi cerita yang sangat kuat di Sidoarjo adalah sebelum jasadnya ditemukan nelayan dan dimakamkan secara terhormat, yakni Dewi Sekardadu dikabarkan sedang berusaha keras mencari putranya. Anak Dewi Sekardadu tersebut hasil pernikahannya dengan Syech Maulana Ishaq.Â
Dikabarkan bahwa Dewi Sekardadu dipisahkan secara paksa dengan putranya yang masih bayi berkat ulah dari Patih Kerajaan Blambangan bernama Patih Bajul Sengara dengan cara memasukkannya dalam peti yang dipaku dan dihanyutkan ke laut.
Berbulan-bulan berlalu, Dewi Sekardadu yang masih sesak atas perbuatan patih kepercayaan ayahnya tersebut tiba-tiba mendengar kabar ada bayi laki-laki ditemukan salah seorang nahkoda kapal. Kemudian diserahkan kepada pemilik kapal yang bernama Nyi Ageng Pinatih, seorang janda kaya raya asal Gresik.Â
Putra Dewi Sekardadu tersebut akhirnya diberi nama Joko Samudro atau yang saat ini dikenal dengan Sunan Giri. Mendengar bahwa anaknya dihanyutkan ke laut, Dewi Sekardadu nekat mencari keberadaan anaknya dengan menumpangi kapal nelayan warga Blambangan untuk mencarinya. Namun nahas, di tengah perjalanan kapal yang ditumpanginya harus kandas dihantam ombak dan karam.
Jasad Dewi Sekardadu yang mengapung di laut, diceritakan dibawa gerombolan ikan keting yang membawanya ke tepian pantai. Jasadnya kemudian dilihat para nelayan sekitar dan kemudian dimakamkan di daerah tersebut.Â
Kawasan daerah makam Dewi Sekardadu akhirnya diberi nama Dusun Kepetingan yang berasal dari kata 'Keting atau Ikan Keting'. Masyarakat Dusun Kepetingan, Desa Sawohan, Kecamatan Buduran, Sidoarjo yang mayoritas adalah nelayan, hingga kini sangat menghormati sosok Dewi Sekardadu.Â
Pada waktu-waktu tertentu, masyarakat akan berbondong-bondong ziarah ke makam tersebut sebelum melaksanakan upacara sedekah bumi ala nelayan yang dikenal dengan nama 'Nyadran'.
Setelah saya kunjungan dari Makam Dewi Sekardadu saya mendapat informasi penjaga makam (kuncen) Pak Sutrisno (67 tahun), mengatakan, dalam waktu dekat ini ada kegiatan 'Nyadran' yaitu pemberangkatan di mulai dari Dermaga Bluru Kidul menuju Makan Dewi Sekardadu pada hari Minggu, 21 September 2024. Pelaksanaannya dimulai pukul 07.00 WIB Â dari Dermaga Bluru Kidul dan diperkirakan sampaikan ke Makam Dewi Sekardadu puluk 08.00 WIB.Â
Masih ada waktu saya akan melihat 'Nyadran', kesempatan di depan mata ini sayang kalau terlewatkan begitu saja. Insya Allah saya akan saya tulis  di Kompasiana. Tradisi lokal tersebut yang diselenggarakan warga Desa Bluru Kidul dan Dusun Kepetingan menandakan bahwa kegiatan tersebut sudah terjalin lama dan patut kita apresiasi telah menjaga adat istiadatnya sejak dahulu, dan turun menurun sampai sekarang. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H