Mohon tunggu...
Eko Setyo Budi
Eko Setyo Budi Mohon Tunggu... Lainnya - Pensiunan PNS

Suka traveling, kuliner, baca buku/menulis dan jogging..

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Gojek di Vietnam Tutup, Ada Apa?

7 September 2024   06:30 Diperbarui: 7 September 2024   06:34 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gojek di Vietnam Tutup: Ada apa? 

Oleh: Eko Setyo Budi

Gojek didirikan di Indonesia tahun 2010 berkantor pusat di Jakarta merupakan sebuah perusahaan tehnologi yang melayani angkutan melalui ojek. Perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim yang sekarang menjabat Menteri Pendidikan Kebuadayaan Riset dan Tehnologi RI. 

Saat ini Gojek sudah melayani di 50 kota di Indonesia, hingga bulan Juni 2016, aplikasi Gojek sudah diunduh hampir 10 juta kali di Google Play, dan App Store. Perkembangan Gojek yang begitu pesat di Indonesia, maka Gojek melakukan ekspansi bisnisnya ke Asia Tenggara.   

Driver Gojek di Indonesia. (Sumber: jungleworks.com)
Driver Gojek di Indonesia. (Sumber: jungleworks.com)

Ekspansi Gojek

Sekedar diketahui, pada 24 Mei 2018, Gojek mengumumkan kepastiannya untuk berekspansi ke empat negara di Asia Tenggara yaitu Vietnam, Thailand, Singapura, dan Filipina. Gojek mengaku menyiapkan dana sebesar USD 500 juta atau sekitar Rp7,1 triliun untuk memuluskan langkahnya tersebut. Sebulan kemudian tepatnya pada 25 Juni 2018, Gojek memperkenalkan GO-Viet di Vietnam dan GET di Thailand sebagai bagian dari ekspansinya

Mengutip dari situs Wikedpedia.org, menyebutkan  pada 12 September 2018, GoViet secara resmi diluncurkan di Vietnam setelah sebelumnya mulai beroperasi di Kota Ho Chi Minh sejak 1 Agustus 2018. Pemilihan Vietnam sebagai negara pertama dari rencana ekspansi Gojek bukannya tanpa alasan. Negara ini memiliki jumlah penduduk yang cukup besar yaitu sekitar 107 juta orang dengan penetrasi internetnya sekitar 54%. 

Go-Viet dipimpin oleh Duc Nguyen yang pernah bekerja pada Uber sebagai International Launcher untuk membantu melakukan riset pasar, menjalin kemitraan, analitik pasokan, integrasi pembayaran, hubungan masyarakat, dan rekrutmen.

Pada acara peresmian Go-Viet di Vietnam, Persiden Joko Widodo  menyempatkan diri setelah kunjungan dari Korea Selatan, untuk hadir dalam peresmian Grand Launching Go-Viet di Hanoi di sela kunjungan kenegaraan ke Vietnam. Rombongan presiden tiba pada Selasa, tanggal 11 September 2018. dan langsung menjuju istana kepresidenan Vietnam untuk mendapat sambutan. 

Di Vietnam, Goviet bersaing langsung dengan Grab serta beberapa perusahaan ride-hailling lokal macam Uber, MVL, FastGo, VATO, Be, XELO, dan Mai Linh Bike. Di antara kedelapan perusahaan tersebut, Grab menjadi yang pertama hadir di Vietnam yaitu pada Februari 2014 atau empat tahun lebih awal dibandingkan dengan Gojek maupun pemain lainnya.

Go-Viet menawarkan layanan transportasi kendaraan atau GoRide, pengiriman makanan atau GoFood, dan pengiriman barang atau GoSend. Melansir media lokal Vietnam, Go-Viet berhasil menjalin kerjasama dengan lebih dari 25.000 sopir dan berhasil merebut 35% pangsa pasar di Kota Ho Chi Minh, dalam jangka waktu dua bulan setelah peluncurkan. Saat itu, Direktur Utara Perusahaan Go-Viet mengatakan bahwa GoViet bisa menjadi mitra strategis bagi Gojek. Hanya dalam jangka waktu singkat, GoViet juga mulai merambah ke berbagai layanan yakni GoCar hingga GoPay.

Ironisnya, setelah hampir enam tahun beroperasi, boleh jadi karena kompetisi yang ketat di segmen ini membuat Go-Viet mundur dari Vietnam.  Bisnis Gojek di Vietnam resmi ditutup terhitung sejak tanggal 16 September 2024 oleh Manajemen PT Goto Gojek Tokopedia Tbk (GOTO). 

Penutupan Gojek di Vietnam disampaikan sekretaris perusahaan Go To, Koesoemohadi. Dia mengatakan, penutupan GoViet karena perusahaan mengambil keputusan strategis ini agar bisa lebih fokus mengembangkan dan memperkuatan kegiatan operasional yang dapat memnerikan potensi pertumbuhan siginifikan secara berkelanjutan.

“Strategi ini sejalan dengan agenda Grup GoTo dalam mendorong  pertumbuhan bisnis jangka panjang,” katanya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu, 4 September 2024. Kemudian, dia menjelaskan bahwa bisnis Gojek di Vietnam menyumbang kurang dari 0,5 persen dari nilai transaksi kotor (GTV) Grup GoTo dan hanya 2 persen dari GTV on-demand services di 2024. “Sehingga keputusan ini tidak akan berdampak negatif pada operasional perseroan secara luas, serta kinerja bisnis dan keuangan secara menyeluruh,” ujarnya.

Apakah Gojek kalah bersaing di Vietnam?

Menurut Koesoemohadi, pasar di Vietnam sebenarnya menarik tetapi “kue yang diperebutkan” (skala) relatif kecil dengan ruang pertumbuhan yang mulai terbatas.  Di sisi lain, pelaku usaha di segmen ini semakin terfragmentasi dengan kecenderungan lebih banyak ‘bakar uang’ untuk mempertahankan pangsa pasar. Sedangkan potensi ekonomi digital, terutama  di Indonesia, jauh lebih prospektif dan lebih menjanjikan di masa depan. Dengan keputusan mundur di Vietnam, Gojek bisa mengejar yang lebih cepat dan lebih tinggi lagi.

GoTo mencatat penurunan rugi periode berjalan sebesar 61 persen menjadi Rp 2,8 triliun pada semester I-2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 7,2 triliun. Adapun nilai transakksi bruto alias GTV grup tercatat di angka Rp 256,37 triliun per Juni 2024 atau turun 12 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 292,56 triliun. 

Pendapat bruto GoTo pada semester I-2024 sebesar 9,71 triliun atau turun 18 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, yakni Rp 11,81 triliun. Pada semester I-2024, pendapatan bersih GOTO tercatat sebesar Rp 7,73 triliun, atau meningkat 12 persen dibandingkan periode sama tahun 2023 sebesar Rp 6,88 triliun.

Hingga penutupan perdagangan Rabu, 4 Setember 2024, saham GOTO stagnan dilevel gocap Rp 52 per saham. Transaksi jumbo lebih dari Rp 800 miliar terjadi di pasar negosiasi, saat ini perdagangan pasar regular (net) hanya berkisar Rp 51,01 miliar.

Direktur Ekonomi Digital CELIOS (Center of Economic and Law Studies), Nailul Huda, mengatakan langkah GoTo menutup bisnis di Vietnam merupakan strategi yang tepat. Menurutnya, potensi ekonomi digital di Indonesia jauh lebih prospektif dan lebih menjanjikan di masa depan dibandingkan Vietnam. 

"Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar juga saya rasa mempunyai daya tawar yang lebih menarik dan bisa mendatangkan keuntungan yang cukup besar bagi perusahaan. Ketika ada negara yang memang tidak menguntungkan ya sangat wajar jika perusahaan tersebut cabut dari sana," kata Nailul.

Menurut Nailul, pendanaan yang sangat terbatas membuat perusahaan digital harus menggeser strategi bakar uang ke high value user. "User yang paling potensial ya Indonesia (dan Singapura) menurut saya. Dengan kondisi strategi perusahaan saat ini dan kondisi pendanaan yang seret, ya lebih baik mengembangkan user di kota-kota tier 3 dan tier 4 di Indonesia. Sangat rasional bagi mereka," ujarnya.

Melansir dari situs Republika.co.id,  menyebutkan perusahaan riset pasar Mordor Intelligence, pasar pemesanan kendaraan di Vietnam diperkirakan bernilai USD 880 juta pada tahun 2024 dan tumbuh menjadi USD 2,16 miliar pada tahun 2029.

Perusahaan riset pasar lainnya, yakni Q&Me, menemukan bahwa 42 persen pengguna di Vietnam lebih menyukai Grab untuk layanan sepeda motor, diikuti oleh Be dengan 32 persen dan Xanh SM dengan 19 persen. Hanya 7 persen yang mengatakan bahwa mereka sering menggunakan Gojek. Dengan operasi di Vietnam yang menyumbang kurang dari 1 persen dari transaksi bruto GoTo pada kuartal kedua tahun ini, keluarnya perusahaan dari pasar ini diperkirakan tidak akan berdampak besar pada situasi keuangannya, The Business Times melaporkan.

Gojek sebelumnya menarik diri dari Thailand pada tahun 2021. Kini Gojek fokus pada pasar domestiknya (Indonesia) dan Singapura. Di Indonesia, nilai transaksi bruto Gojek meningkat sebesar 18 persen tahun-ke-tahun pada kuartal kedua tahun ini. 

Sementara jumlah pesanan yang diselesaikan naik 24 persen hingga mencapai rekor tertinggi. Gojek juga mengalami peningkatan pangsa pasar sebesar 3 poin persentase di Singapura.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun